BAB 8

527 74 9
                                    

Happy reading ❤❤

●●●

Minggu, hari yang paling di tunggu oleh semua orang. Setelah enam hari melakukan segala aktivitas yang melelahkan tibalah hari untuk bersantai.

Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menikmati hari libur. Ada yang pergi berlibur dengan keluarga, teman, saudara ataupun pacar. Ada yang tetap beraktivitas walau tidak seberat hari biasanya, ada juga yang hanya rebahan.

Chia memilih untuk stay di kamarnya. Menghabiskan waktu dengan berlibur ke pulau kapuk atau paling mentok nonton film. Keluar kamar hanya untuk makan dan minum.

Entah sudah berapa jam ia memejamkan matanya, tapi tetap saja matanya terasa sangat berat untuk di buka. Mulutnya terus menguap, mengguling-gulingkan tubuhnya mencari posisi yang paling enak. Tidak peduli walau seberkas sinar mentari telah menembus gordeng putih di kamarnya.

Chia meregangkan otot tangannya, duduk dengan keadaan setengah sadar. Mengambil ponsel dari atas nakas berniat untuk melihat jam. Tiba-tiba saja Chia teringat sesuatu, ia menepuk jidatnya keras.

"Bodoh banget. Jam di depan gede repot-repot ambil Hp," sungut Chia, mengangkat kepalanya dan melihat jam yang terpampang di dinding.

14.45

Bola mata Chia terbuka sempurna, menjatuhkan tubuhnya ke belakang seraya menggulung tubuhnya dengan selimut.

"Lima episode nonton, sebelas jam tidur kenapa belum ganti hari juga," keluh Chia, kembali memejamkan matanya.

"Chia... sayang!" panggil seseorang dari balik pintu, membuat Chia reflek membuka matanya sekilas lalu kembali menutupnya.

"Chia nya ngga ada!" balasnya berteriak dengan mata tertutup.

Cakra yang mendengar itu terkekeh pelan, mengetuk pintu coklat di depannya.

"Papi ngga boleh masuk nih?"

"Ngga boleh!"

"Anak papi masih ngambek nih ceritanya?"

"Ngga tahu!"

"Papi beneran gak boleh masuk?" Tanya Cakra lagi, tangannya sudah bersiap untuk memutar knop pintu.

"Ngga boleh!"

"Oh gitu. Padahal papi mau ngajak kamu makan sate di tempat kesukaan kamu," Mendengar itu netra hitam Chia reflek terbuka.

"Pertigaan star, Pi?" tanya Chia.

"Iya... di mana lagi?"

"Berapa tusuk?"

"Dua puluh."

"Empat puluh deh, Pi," tawar Chia.

"Lah kok nawar. Tadi katanya gak mau. Papi mau pergi sama Mommy aja kalau gitu, mingguan biar kayak orang pacaran," Chia buru-buru bangun dan membuka pintu, melihat Cakra yang sedang menahan tawa nya.

"Chia ikut!" serunya. Keadaan rambutnya benar-benar berantakan sudah seperti singa membuat Cakra geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang