BAB 29

405 70 20
                                    

Aku tahu cerita ini adalah cerita baru dan aku pun belum punya pembaca tetap dimana kapanpun pembaca cerita ini akan pergi.

Jujur aja aku selalu merasa sedih setiap kali ekspetasi ku tentang pembaca di ceritaku tidak terpenuhi, tapi sepertinya hal itu hal wajar. Tapi sekarang, aku nggak akan mempermasalahkan hal itu lagi.

Sekarang aku cuma mau fokus ke ceritaku sampai cerita ini tamat seperti cerita sebelumnya.

Salam cinta dari calon orang sukses❤❤❤

____________________

Happy reading❤❤

●●●

Tara keluar dari rumahnya, mengunci pintu dan langsung menaiki gojay yang telah ia pesan sebelumnya. Ada rasa cemas dalam dirinya, namun ia tidak bisa menahan rasa ini lagi.

Sepanjang jalan ia terus merapalkan doa, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Motor yang ia tunggangi berhenti di depan rumah besar dengan pagar keemasan yang menjulang tinggi. Tara membayar tarif gojay itu lalu membiarkannya pergi.

Tara memandangi rumah besar di hadapannya, tidak ada yang berubah dan semuanya masih terlihat sama, hanya ada penambahan beberapa ornamen patung di depan rumah.

Tara meneguk silivanya dengan kasar, melangkah dengan ragu. Ia berdiri di depan pagar, menyentuh besi yang terasa dingin di kulit tangannya.

Beberapa kenangan masa kecil berputar di kepalanya, membuat rasa rindu itu semakin membuncah. Dimana saat itu dia dan kakaknya bermain petak umpet di teras rumah, lalu berlarian dan saling berpelukan. Tara merindukan semua itu.

Tara tersenyum tipis mengingat semua itu hingga suara seseorang memecahkan lamunannya.

"Non Tara? Non Tara ada urusan apa ke sini Non?" Itu pak Didi, penjaga di rumah papanya. Untuk seorang penjaga bicara seperti itu mungkin terdengar tak pantas, namun ada nada kekhawatiran dalam suara Pak Didi, dan Tara mengerti itu.

"Papa ada di dalam ya, Pak?" tanya Tara tanpa membalas pertanyaan Pak Didi.

Pak Didi mengangguk, melihat ke arah rumah dengan cemas lalu melihat Tara, "Non Tara mending nanti lagi ke sini, Non Tara mau ketemu sama aden kan?"

Tara terdiam, menimang apa yang Pak Didi katakan.

"Papa baru pulang kerja?" lagi, Pak Didi mengangguk membenarkan.

"Tuan baru saja pulang, Non. Tuan pasti sangat lelah."

Tara menatap pak Didi sendu, "Tara mau bertemu Papa dan kakak, Pak," lirih Tara, pak Didi merasa sangat sedih mendengarnya.

"Non, jangan sekarang yah," Pak Didi mencoba merayu Tara, dia sangat cemas dan takut bila Aryo- tuannya melihatnya.

Tara menatap dengan sendu rumah besar di hadapannya. Bahkan, di rumahnya sendiri ia harus mencari waktu yang tepat untuk datang. Hidupnya benar-benar tak beruntung, di benci oleh Papa nya dan tak di perdulikan oleh ibunya. Mengapa semua ini harus terjadi pada Tara?

Dunia benar-benar terasa tak adil bagi Tara.

Tara menunduk, buliran bening meluncur membasahi pipi nya hingga bawah dagu, buru-buru Tara menyekanya dan menatap pak Didi serius.

"Tara mau ketemu Papa, Pak. Tolong buka pagarnya," ujar Tara. Pak Didi membulatkan matanya mendengar itu, dia benar-benar takut sekarang.

"Non," sergah pak Didi, namun Tara menggeleng.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang