Happy reading❤❤
●●●
Tara sampai di rumahnya, namun saat baru saja ia turun dari gojay yang ia tumpangi, netra matanya langsung menangkap sosok Kai yang sedang duduk di kursi kayu depan rumahnya.
Dia saat ini sedang fokus dengan ponsel, membuatnya tidak sadar akan kehadiran Tara.
Buru-buru Tara menyeka air matanya, mengubah raut wajahnya sebiasa mungkin, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
Ia menarik kedua sudut bibirnya dengan paksa lalu menghampiri Kai.
"Kai," panggil Tara. Kai mendongak, tersenyum melihat Tara yang kini berada di hadapannya.
"Kamu udah pulang?" Tara mengangguk, duduk di samping Kai dengan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Kai. Tara merasa sangat lelah malam ini, namun karena kehadiran Kai sedikit membuatnya lebih baik.
Kai adalah obat baginya.
Kai terdiam, menimang bagaimana cara mengungkapkan tujuannya datang kesini.
Setelah pertengkarannya dengan Chia kemarin malam, ia langsung menghubungi semua pacar-pacarnya, mengajak mereka bertemu dan mengucapkan kata perpisahan.
Respon dan ekspresi yang mereka tampilkan berbeda-beda. Ada yang sesegukkan meminta Kai untuk tetap bersamanya, menampar Kai, dan juga memaki Kai. Namun Kai tetap tidak goyah, ini memang sudah konsekuensinya.
Dia menerima semuanya, dia tidak peduli mereka akan mengatakan apa tentang Kai. Sekarang yang ada di pikiran Kai hanya tentang bagaimana membuat Chia percaya bahwa dia benar-benar mencintai Chia. Kai benar-benar ingin berubah dan dia hanya akan menjadikan Chia satu-satunya.
Sejak kemarin malam, Kai sama sekali tidak menemui Chia bahkan ia tidak berniat sedikitpun mengejar Chia yang pergi dengan menggunakan taksi. Kai ingin memberikan Chia sedikit waktu untuk menangkan dirinya dan Kai pun menggunakan waktunya untuk menyelesaikan segala kegaduhan yang ia perbuat.
Dan sekarang adalah waktunya menyudahi semuanya dengan Tara. Kai terlalu kalut dengan pikirannya sampai-sampai dia tidak menyadari tentang keadaan Tara malam ini.
Selama ini Tara dia perlakukan dengan berbeda, karena itu saat menyudahinya pun harus dengan cara yang berbeda. Kai datang ke rumah Tara tanpa memberi tahu terlebih dahulu, menunggu gadis itu datang seraya memikirkan segala cara terbaik untuk menyudahi semuanya.
Sejauh apapun Kai berpikir, tetap saja yang namanya perpisahan akan terasa menyakitkan. Sekalipun dengan cara baik sekalipun. Justru, terkadang cara yang baik malah lebih menyakitkan. Membuatnya selalu terkenang dan pada akhirnya sulit melupakan.
Kai mengelus lembut surai hitam Tara, membiarkannya mencari kenyamanan di sana. Kai benar-benar denial, namun semakin lama hubungan ini akan terus menyakiti. Baik itu di pihak Tara atau di pihak Kai.
Mungkin jika kalian berpikir dengan satu sudut pandang, kalian akan beranggapan bahwa dalam hubungan ini Tara lah yang paling tersakiti, namun jika kalian sedikit membuka pikiran dengan memikirkan tentang Kai kalian akan tahu jika Kai juga di sini tersakiti. Ia selama ini harus berpura-pura mencintai orang yang sama sekali tidak ia cintai, ia menyembunyikan rasanya dan membiarkan orang yang ia cintai membencinya.
Semua itu berat bagi Kai. Selama ini dia hanya berusaha menjadi obat untuk Tara yang tanpa dia sadari dia pun justru menjadi luka yang lebih besar di kemudian hari, dan itu akan segera terjadi.
Jika mencari waktu yang tepat rasanya tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Semakin lama hubungan ini maka akan semakin besar juga rasa sakitnya. Dan menurut Kai inilah saat terbaiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...