BAB 50

481 46 9
                                    

Happy reading❤❤

●●●

"Lagi selingkuh, sama Enzi," celetuk Kai. Membuat semua mata kini menatapnya. Terutama Chia.

"Enzi? Cowok yang waktu itu sama Chia kan?" tanya Max. Kai mengangguk acuh.

Erina dan Lexa saling pandang, Lexa menatap penuh tanya pada Erina. Erina tersenyum canggung.

"Nanti aku ceritakan," bisiknya yang diangguki oleh Lexa.

Tidak lama terdengar suara knop pintu yang diputar dari luar, Chia yang semula memusatkan atensinya pada Kai jadi harus menoleh dan menatap daun pintu yang perlahan terbuka.

Senyum Chia mengembang sempurna ketika mendapati sosok bertubuh tinggi dengan buket bunga tulip merah berukuran cukup besar ditangannya.

Ia melangkah masuk mendekati Chia dengan diikuti Tara di belakangnya, Jihan yang mengerti langsung memberikan tempat untuk Enzi dan Tara berdiri disamping Chia.

"Maaf ya aku telat," ujarnya lembut. Chia tersenyum, menerima buket bunga itu dan menaruhnya pada pangkuannya.

"Chia... gimana keadaan lo sekarang?" tanya Tara, meneliti tiap inci tubuh Chia. Tara meringis ketika melihat banyaknya perban yang menempel dia tangan, kaki juga kepala Chia.

"Sakit banget ya pasti?" tanyanya lagi.

"Gue baik-baik aja," jawab Chia lemah.

Tara memeluk Chia, "Gue tadi takut banget Chia. Semua orang khawatir sama lo," ujar Tara menyalurkan segala ketakutannya.

Tara melerai pelukan, menyentuh tangan Chia lalu menoleh dan menatap Enzi lalu Chia, "Tadi gue hubungi Enzi dan kasih tahu tentang keadaan lo, setelah tahu keadaan lo dari Kai, Enzi berencana buat beli bunga dan ngajak gue karena dia nggak tahu bunga kesukaan lo. Apa lo marah?" tanya Tara, menjelaskan semuanya.

Chia menggeleng lemah, tersenyum tipis lalu menatap Kai dengan tajam. Kai yang ditatap seperti itu hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Apa lo liat-liat? Suka?" sinis Kai. Chia menghela nafas lelah, lalu mengalihkan wajahnya kembali menatap Enzi.

Enzi mendekati Chia, duduk di tepi brankar Chia seraya menggenggam tangan Chia. Ia menatap Chia dengan sendu, membelai pipi Chia dengan lembut.

"Aku minta maaf ya, kalau aja aku nggak telat jemput kamu pasti semua ini nggak akan terjadi," ujar Enzi.

Chia dengan cepat menggeleng, menaruh tangannya di atas punggung tangan Enzi, "Kamu nggak salah, aku yang kurang hati-hati."

PRANKKK

Suara benda yang terbuat dari aluminium yang jatuh dan bertabrakan dengan kerasnya lantai menimbulkan Suara yang memekakkan telinga. Semua orang berjengit kaget, menyentuh dada mereka seraya menoleh pada sumber suara.

Kai yang kini menjadi pusat perhatian langsung mengangkat kedua tangannya di udara, "Bu-bukan gue," elaknya.

"Tadi guntingnya lompat sendiri, suer," ucapnya lagi meyakinkan.

"Apasih lo, garing banget tau gak?!" sungut Vio.

Chia menghela nafas pelan, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Enzi.

"Kamu lain kali harus lebih hati-hati ya," peringat Enzi, Chia mengangguk. Enzi merengkuh bahu Chia, mengelusnya pelan.

"Anjir panas banget. Lo panas gak sih Max?" tanya Kai, mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajah.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang