Happy reading❤❤
●●●
Tak seperti biasanya, pagi ini Tara datang ke sekolah sendiri tanpa ada Kai yang mengantarnya hingga di ambang pintu.
Melihat itu jantung Chia semakin berdetak dengan sangat cepat. Tara melewati ambang pintu dengan wajah tenangnya, duduk di samping Jihan seraya menebarkan senyum.
"Pagi Jihan, pagi Chia," sapa nya. Chia terus memperhatikan wajah Tara yang seperti biasanya, tak ada yang berbeda dari raut wajah Tara.
"Pagi Tara," sapa Jihan balik, memeluk Tara dari samping.
"Lo berangkat sendiri? Kok nggak sama Kai?" tanya Jihan. Chia menoleh sekilas pada Jihan lalu Tara, pertanyaan itu juga yang ingin ia tahu jawabannya.
Netra hitam Tara seketika membulat sempurna, seolah ia terkejut karena telah melupakan sesuatu. Buru-buru ia mencari Handphone nya yang ada dalam tas lalu mencari kontak seseorang disana dan mengiriminya pesan.
Kai aku lupa kabarin. Pagi ini aku berangkat sama Kakak aku.
Jihan dan Chia yang masih menunggu jawaban dari Tara memperhatikan dengan lekat.
Tara menaikkan pandangannya, melihat Jihan lalu Chia seraya tersenyum.
"Pagi ini gue berangkat sama Kakak gue!" seru Tara semangat, ada binar bahagia di matanya. Chia dan Jihan yang mendengar itu pun ikut senang, dengan gerakan cepat Jihan kembali memeluk Tara.
"Wah... akhirnya lo Bisa ketemu kakak lo. Lo seneng banget pasti," ucap Jihan ikut senang. Tara antusias mengangguk.
"Seneng banget dong. Ini tuh kayak mimpi, setelah sekian lama akhirnya ketemu. Katanya Papa lagi ada kerjaan di luar kota jadi kita bisa ketemu, tapi sayang cuma sehari nanti malam udah pulang lagi," papar Tara.
"Nggak papa, Ra. Yang penting kan ketemu," Tara mengangguk walau ada sedikit raut sedih di wajahnya.
Chia yang sedari tadi hanya diam ikut tersenyum. Dia tidak pandai berekspresi untuk perihal seperti ini, sedari tadi dia hanya diam menonton dua orang yang berlagak seperti teletabis itu.
Sebenarnya pikiran Chia pagi ini sedang penuh. Penuh dengan rasa bersalah tentang kejadian semalam. Dia ingin memastikan apa yang dia lihat semalam itu Tara atau bukan. Jika itu memang Tara maka Chia harus meminta maaf. Sumpah, Chia sama sekali tidak berniat menyakiti hati sahabatnya itu.
Walau Chia tahu bahwa Tara sudah biasa akan hal itu tapi tetap saja, itu tidak biasa bagi Chia. Chia tidak pernah ingin sahabatnya itu tersakiti, apalagi itu olehnya. Sebisa mungkin dia ingin menjaga sahabatnya, karena itu dia sering mewanti-wanti pada Kai untuk tidak menyakiti Tara.
Chia ingin bertanya, namun lidahnya terasa kelu. Dia sangat ragu juga takut bila ternyata itu memang benar Tara. Pasti rasanya sangat sakit melihat kekasihnya harus berpelukan dengan sahabat dekat nya di depan matanya sendiri. Itu yang sejak semalam Chia pikirkan.
Chia menundukkan kepalanya, memejamkan matanya lalu mendongak menatap Tara dengan serius.
"Ra," panggilnya yang membuat Tara dan Jihan yang tengah mengobrol harus berhenti, beralih melihat Chia.
"Iya, Chi? Kenapa?" tanya Tara.
"G-gue mau tanya boleh?" tanya Chia hati-hati.
Tara terkekeh mendengar itu, "Tanya aja kali, Chi. Kenapa pakek bilang dulu? Kayak sama siapa aja," ujar Tara.
Chia nampak menimang-nimang, mengetuk-ngetuk jari nya di meja.
"Chiaaaa, kenapa?" tanya Tara lagi mendapati Chia yang hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...