JenSoo
With
JenTop!
And Happy Reading All.........
♡♡♡
Jisoo menatap Jero yang tengah bercengkerama dengan seorang wanita. Jisoo tak tahu siapa wanita itu, dan mengapa ada di ruangan Suaminya dan juga terlihat begitu akrab dengan Jero. Namun, hatinya begitu sakit saat melihat senyuman Jero pada wanita itu. Apalagi, wanita itu yang terlihat sangat cantik. Jisoo merasa kalah dengan kecantikan wanita itu.
Ia baru saja datang membawa bekal untuk Jero, saat akan masuk, Jisoo melihat wanita itu bersama Jero melalui pintu yang sedikit terbuka. Membicarakan pekerjaan, namun diselingi candaan. Keduanya seolah begitu akrab dan mampu membuat Jisoo merasa cemburu. Dua minggu bersama Jero, Jisoo tak pernah bisa membuat Jero tersenyum lepas seperti itu. Ia kalah dari wanita itu. Bahkan Jisoo merasa sangat jauh dari wanita itu. Ia takut, jika Jero berpaling darinya.
Ia mengetuk dengan sopan, takut mengganggu jika ia langsung memanggil suaminya. Jero dan wanita itu tampak menoleh, melihatnya. Jero menyapanya dengan senyuman, sementara wanita itu menatap Jisoo dengan kerutan di dahinya. Mungkin karena tak mengenali sosok Jisoo.
"Jisoo? Ayo sini, masuk saja."
Jisoo menurut, lantas ia perlahan melangkah masuk. Meletakkan bekal makanan untuk sang suami di meja, dan memberi senyum untuk menyapa wanita itu. Wanita itu juga membalasnya.
"Kenalin… ini namanya Irene, rekan kerja aku. Irene… ini Jisoo istri aku." Kata Jero.
"Istri?" Beo Irene seolah tak percaya.
"Iya. Ini istri aku."
"Nama Saya Irene."
"Saya Jisoo, istri Jero." Balas Jisoo sambil tersenyum.Irene terlihat menghela nafasnya, namun Jisoo sendiri terlihat pemalu. Ia lebih banyak sedikit menunduk, ketimbang melihat wanita itu yang menatap intens Jisoo. Dan tatapan itu membuatnya tak nyaman sama sekali.
Jisoo berpikir, apakah dirinya ada yang salah? Atau penampilannya ada yang kurang? Tapi, biasanya Jisoo memang selalu seperti itu. Bahkan, jika di Rumah Jero tak pernah protes dengan penampilannya. Atau apakah ia mempermalukan Jero?
"Jero, aku pergi dulu, ya?" Kata Irene pamit.
"Ok. Lain kali kita akan sambung pembicaraan kerja sama kita." Irene hanya mengangguk setuju.Kepergian Irene membuat Jisoo merasa lega, lantas menyuruh Jero untuk duduk di kursi sofa yang tersedia di ruangan Jero. Jisoo kembali membawa bekal yang di bawanya, lalu meletakkannya di depan Jero.
"Kamu rajin bawa bekal buat aku ya akhir-akhir ini." Kata Jero.
"Mama nyuruh aku bawa bekal buat kamu, kata Mama biar kita semakin akrab. Dan kata Mama ini memang sudah kewajiban istri buat bawain bekal untuk suaminya." Balas Jisoo dengan polos.
"Apa waktu sama Hanbin dulu, kamu juga kayak gini?" Jisoo menggeleng.
"Hanbin gak pernah ijinin aku ke Kantor, dia bilang aku cuma malu-maluin dia saja." Jisoo menyerahkan nasi pada Jero.
"Malu-maluin?" Jisoo mengangguk.
"Dia bilang, penampilan aku itu kampungan. Gak cocok buat dibawa ke Kantor, gak bisa dandan dan gak bisa ngapa-ngapain." Balas Jisoo.
"Dia emang gak pernah bersyukur, kamu gak usah pikirin lagi tuh kata-kata dia." Kata Jero sambil menyantap makanan dari Jisoo.Jero memang sangat membenci Hanbin, memperlakukan Jisoo dengan kasar atau bahkan bisa menyiksa Jisoo hingga membuat punggung Jisoo mempunyai bekas luka. Ia sedikit menyesal, mengapa ia tak membongkarnya saja sejak dulu? Tapi, ia bersyukur karena setidaknya Jisoo bisa lepas dari Hanbin, meski dengan cara seperti itu.
Mengingat malam itu, Jero benar-benar masih malu dengan dirinya sendiri. Tapi, entah apa Jisoo masih mengingatnya atau tidak. Istrinya itu terlihat diam saja, dan tak pernah mengungkit hal itu sama sekali. Mungkin juga karena Jisoo malu. Bisa jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story | JenSoo
FanfictionTempat penampungan Os, 2S, 3S dan Short story sebagainya.... JenSoo Always..... JenTop Empire With JiBot