How Great Is Your Love - Epilog

1.6K 156 12
                                    

JenSoo

JenTop

Happy Reading All....

♡♡♡


"Hai… tampan, kamu sudah bangun?"

Suara itu menyambut Jero yang terbangun dari tidur lelapnya. Saat setelah kesadarannya terkumpul, Jero segera bangun dan meraba untuk mencari letak keberadaan tongkatnya.

Tak lama, Jero bisa merasakan tangan lembut seseorang yang menyentuh tangannya dan memberi tongkat miliknya. Jero tahu siapa suara lembut yang ia dengar itu, yang tak lain adalah Jisoo. Calon istrinya. Tepatnya satu bulan lagi, pernikahan mereka akan di laksanakan. Dan Jero akan menjadi bagian keluarga Jisoo. Apalagi, setelah Yogi menikah dengan Juliet dua bulan yang lalu. Akhirnya, kedua orang tua Jisoo juga sepakat untuk menikahkan Jero dan Jisoo sebulan lagi.

Jessica juga menepati janjinya, membuat toko kue dan bekerja sama dengan Jero dan Mina. Toko yang telah berhasil mereka dirikan sejak 3 bulan terakhir ini, banyak di buru oleh kalangan anak muda dan khususnya para Ibu Rumah Tangga yang terkadang akan memesan untuk kebutuhan pesta mereka.

Jero memang masih tinggal di kontrakannya, tapi setelah menikah nanti, Theo akan memberikan Rumah sebagai hadiah pernikahan mereka. Lamaran Jero diterima, bahkan disambut baik oleh keluarga Jisoo. Dan sekarang, pendapatan Jero bertambah karena adanya toko kue itu. Ia tak lagi harus berjalan jauh hanya untuk menjual kue dagangannya itu.

"Jisoo, kamu sejak kapan datang?" Jero bertanya.
"Baru sampai. Aku menggunakan kunci cadangan kontrakanmu." Jisoo terkekeh.
"Kamu minta sama pemilik kontrakannya, ya?" Selidik Jero.
"Iya." Balas Jisoo dengan jujur.

Jisoo membantu Jero untuk berdiri, ia menuntun calon suaminya itu ke ruang makan. Jisoo tahu, Jero pasti lapar. Jisoo memang sengaja membawa makanan dari Rumahnya, karena ia ingin makan bersama Jero.

Akhir-akhir ini, Jisoo memang sering datang ke Rumah kontrakan Jero. Membawa makanan atau bahkan akan mengantar Jero ke toko kue. Dan itu sangat rutin ia lakukan, apalagi semenjak Jero telah melamar Jisoo malam itu. Seolah seperti kewajiban yang harus Jisoo lakukan setiap harinya.

Jika di ingat lagi, ketika itu Jero mengeluarkan keringat dingin saat akan melamar gadis pujaannya itu. Bagaimana tidak, Jero hanya takut jika lamarannya di tolak mentah-mentah oleh keluarga Jisoo. Tapi, semua pikiran buruknya menghilang, saat Theo dan Jessica menyambut lamarannya untuk Jisoo dengan hangat. Bahkan merestui hubungannya dengan Jisoo. Dan berjanji akan menikahkannya dengan Jisoo satu bulan lagi.

"Ayo makan, aku bawain kamu makanan. Jadi… hari ini kamu gak perlu masak." Kata Jisoo.
"Hmm…. aromanya enak." Ucap Jero saat ia menghirup masakan yang Jisoo bawa.
"Iya. Khusus buat kamu!" Jero tersenyum mendengarnya.
"Kapan-kapan, kamu yang harus nyobain masakan saya."
"Ish… gunain kata 'aku', jangan 'saya'. Aku gak suka, kedengeran terlalu formal tahu!" Protes Jisoo.

Jero terkekeh, ia lupa. Jisoo memang sudah sering mengingatkan Jero untuk merubah kata 'Saya' menjadi 'aku', tapi Jero selalu saja lupa dengan itu. Dan berakhir dengan kata maaf yang selalu ia ucapkan pada Jisoo.

"Maaf, ya? Itu sudah kebiasaan, susah banget buat di ubah." Kata Jero.
"Makanya mulai sekarang di biasain." Rengek Jisoo.
"Iya deh. Bakalan di biasain kok."

Jisoo tersenyum manis, lantas kemudian memberikan sendok pada Jero. Menyuruh lelaki itu untuk sarapan pagi ini.

"Aku pengen berduaan terus sama kamu… udah gak sabar nikah sama kamu." Jero terkekeh mendengarnya.
"Sabar, ya? Kan masih sebulan lagi." Jisoo cemberut.
"Kenapa gak di cepetin saja jadi seminggu lagi, sih?" Ia mengeluh.
"Jangan kayak gitu dong… kamu harus sabar. Buktinya aku juga sabar, kok." Kata Jero.
"Iya deh… aku sabar." Balas Jisoo.

Short Story | JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang