1.7

15 6 0
                                        

Pagi harinya Wooseok, MinKyu, dan SeoHwa berangkat menuju bandara sekitar pukul 8 pagi karena mereka memilih penerbangan pukul 09:20 pagi dan baru akan tiba di Solo sekitar pukul 10:30 pagi. Setelah sampai di Solo tentu tujuan mereka selanjutnya adalah hotel karena akan menginap selama beberapa hari di Solo. Kebetulan Yohan belum bisa ikut karena ada kegiatan lainnya yang mengharuskannya menyusul ke Solo di lain hari.

Sesampainya di hotel MinKyu dan WooSeok berada di satu kamar sementara SeoHwa memiliki kamar sendiri. Keadaan SeoHwa pagi ini tidak ceria seperti biasanya bahkan tadi SeoHwa melewatkan sarapannya dengan alasan tidak nafsu makan. Memang efek kehilangan MinHee sangat luar biasa.

"Adek mau kemana nih?" tanya WooSeok.

"Gatau," balas SeoHwa.

MinKyu dan Wooseok saling bertatapan.. Mereka tahu kalau SeoHwa sebenarnya masih merasa sedih karena ditinggal MinHee. Dalam kondisi seperti ini biasanya Yohan menjadi orang yang sangat berperan penting karena dia bisa menghibur adiknya itu. Tapi sayangnya kini Yohan belum tiba di Solo.

"Shopping yuk," ajak MinKyu.

"Beli apa?" tanya SeoHwa kemudian.

"Yang adek nggak punya apa? Parfum koleksi adek masih?" tanya WooSeok.

"Masih banyak di rumah," balas SeoHwa lesu.

"Mas liat adek nggak bawa parfum deh kayanya. Ayo kita beli parfum," bujuk MinKyu.

"Adek kan biasa pake parfum mas WooSeok," jawab SeoHwa.

Mati sudah mereka berdua itu. Kalau sudah begini yang bisa membujuk SeoHwa biasanya hanya MinHee tapi sampai sekarang MinHee belum menelpon atau bahkan mengirim pesan pada SeoHwa.

Tak lama kemudian ponsel SeoHwa berdering. Nama MinHee terpampang jelas disana. WooSeok dan MinKyu menghela napas lega. Mereka memilih duduk di sofa sementara SeoHwa mengobrol bersama MinHee.

"Pusing banget deh," ucap WooSeok sambil memijat kepalanya.

"Yang sabar mas. Namanya juga anak gadis baru gede," balas MinKyu.

"Kamu awas lho kalo berani jadi kaya MinHee,"

"Emang MinHee kenapa?" tanya MinKyu.

"Gapapa si. Dia bisa bikin kita cemburu bukan main. Padahal mereka nggak pacaran. Masa segala pake kasih gelang sama anting-anting juga. Kan jadinya anting-anting yang mas beliin nggak dipake lagi," ucap WooSeok.

"Mas cemburu itu. MinHee baik banget kok aslinya. Selama di sekolah juga MinHee bener-bener ekstra kalo jagain SeoHwa kok," balas MinKyu.

"Cemburu banget sekarang adek perempuan satu-satunya udah besar. Nggak kebayang kalo nanti mulai deket sama cowo lain terus punya pacar terus nikah. Nggak bisa bayangin si mas tuh,"

MinKyu tertawa mendengar perkataan kakak tertuanya itu. Dia setuju kalau mereka mungkin tidak akan bisa membayangkan bagaimana rasanya jauh dari SeoHwa, apalagi kalau sampai SeoHwa menikah nanti.

"Patah hati pertama mas itu waktu SeoHwa sama MinHee deket banget," Ucap WooSeok setelah lama diam.

"Patah hati pertama MinKyu waktu SeoHwa lahir. Semua orang sayang banget sama SeoHwa. Yang bisa ngertiin MinKyu waktu itu cuma Mas Yohan aja. Tapi seiring berjalannya waktu MinKyu jadi makin sayang sama SeoHwa. Padahal dulu waktu kecil pasti MinKyu jahatin SeoHwa. Mulai dari yang baru lahir udah main gigit tangannya, sampe akhirnya dorong SeoHwa ke parit waktu SD. Lucu kalo diinget. " kenang MinKyu.

"Mas ayo kita shopping," ucap SeoHwa.

WooSeok berhenti memijat kepalanya sendiri, MinKyu bangkit dari duduknya. Disana SeoHwa sudah tersenyum lebar, tidak seperti sebelumnya yang terlihat lemah, letih, lesu, lunglai seperti orang kurang darah. MinHee memang luar biasa.

In Aeternum Te AmaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang