4.3

20 5 0
                                        

WooSeok baru terbangun ketika menjelang sore. Itupun dia terbangun karena efek obat tidurnya yang sudah habis. Masih dalam kondisi setengah sadar dia sudah dikagetkan dengan wajah Yohan yang berada tepat di depan matanya. Sorot mata Yohan seolah bersiap menghakimi dan memojokkan WooSeok. Terlebih lagi dengan adanya begitu banyak hal yang WooSeok sembunyikan.

"Oh, udah sadar ternyata. Kirain mau bangun nanti malem," ujar Yohan kemudian duduk kembali di kursinya.

"Haus." Yohan menyodorkan segelas air pada WooSeok.

"Nggak ada sedotan apa?" protes WooSeok.

"Badannya sakit tapi mulutnya udah sembuh seratus persen. Nih," balas Yohan kemudian memberikan segelas air di tangannya yang kini sudah diberi sedotan.

"Enak mas?"

"Apanya?" tanya WooSeok.

"Ternak ikannya. Enak?"

WooSeok yang merasa kepalanya sakit kini semakin nyeri karena tidak bisa memahami apa yang dimaksud adiknya itu. Yohan terkekeh melihat WooSeok merasa kebingungan dengan pertanyaan yang diberikannya.

"SeoHwa mana?" kini giliran WooSeok yang bertanya pada Yohan.

"Pulang bareng YunSeong. Tadi Yohan suruh buat ambil baju ganti buat mas WooSeok sama Yohan," balas Yohan.

"Itu anak dua kalo disatuin di rumah sendirian apa nggak bahaya? Tumben kamu nggak marah?"

"Tadinya mau Yohan suruh ikut pulang bareng mas JinHyuk sama EunSang tapi katanya mas JinHyuk sama EunSang ada urusan di kantor om DongWook sampe malem. Jadinya terpaksa Yohan biarin pergi sama YunSeong. Lagian kalo mereka berani macem-macem bisa diliat lewat CCTV dari HP kan," balas Yohan.

WooSeok tersenyum kecil. Matanya beralih pada punggung tangan kirinya yang terpasang infus. Dia kemudian terkekeh. Ini kali pertamanya dirawat di rumah sakit selama menjadi mahasiswa kedokteran karena selama ini dia yang bolak-balik rumah sakit untuk merawat pasien namun hari ini dia menjadi pasien.

Yohan yang melihatnya jadi merasa miris dengan kakaknya itu. Selama ini WooSeok selalu mengutamakan kesehatan adik-adiknya hingga lupa memikirkan kesehatannya sendiri. Bahkan semenjak kejadian papanya datang kembali WooSeok jadi lebih sering menghabiskan waktu untuk fokus pada studinya. Tidak hanya itu, bahkan WooSeok mulai mengalami gangguan tidur yang membuat Yohan khawatir.

"Mas WooSeok gamau cerita apa-apa sama Yohan?" pancing Yohan.

"Cerita apa emangnya?"

"Ya, tentang apa gitu. Yohan tau selama ini mas WooSeok cape banget. Pagi ke kampus, siangnya shift di rumah sakit, malemnya waktu pulang masih harus nyiapin makan buat Yohan sama SeoHwa. Belum lagi kadang EunSang dateng ke rumah sambil nangis gara-gara nggak paham materi kuliah. Yakin mas nggak mau cerita?" tanya Yohan lagi.

WooSeok menghela napas dalam-dalam. Dia beralih menatap Yohan yang duduk di samping ranjangnya. Dengan seulas senyum tipis di wajahnya dia mengusap pelan rambut Yohan.

"Selama hampir dua puluh lima taun mas hidup di dunia ini nggak pernah sekalipun mas ngeluh cape karena ngurusin kalian bertiga. Walaupun kadang memang kelakuan kalian itu bikin makin stress. Tapi kalo kalian nggak ada di rumah rasanya hampa banget. Semua kejadian yang lalu-lalang di hidup ini bener-bener mas jadiin pelajaran karena di setiap kejadian pasti ada makna yang bisa kita ambil."

"Pagi-pagi pergi ke kampus, siang shift rumah sakit, pulang malem harus ngurusin kalian yang udah besar tapi masih tetep keliatan kaya anak kecil. Ditambah lagi harus ngajarin EunSang kalo dia dateng ke rumah sambil nangis. Semuanya bener-bener mas nikmatin. Coba kalo sekarang dikit-dikit mas ngeluh cape, apa iya bunda bakalan seneng liatnya? Satu-satunya yang bisa dilakuin sekarang ya cuma bersyukur sambil dijalanin pelan-pelan aja. Cape memang awalnya tapi justru kalian yang bikin semangat juga," ucapnya menutup kalimat panjang yang terurai dari dalam hatinya.

In Aeternum Te AmaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang