Keputusan untuk mengambil penerbangan pertama menuju Bali rasanya sangat tepat. Dengan alasan supaya bisa menghabiskan waktu liburan lebih lama di Bali, hari ini mereka berangkat menuju tujuan mereka sekitar pukul 7 pagi.
Pukul 9 pagi mereka sudah sampai di bandar udara Bali namun tidak langsung bergerak menuju tempat tujuan mereka selanjutnya dan memilih untuk singgah di salah satu cafe yang ada di bandara terlebih dahulu. Selain karena masih merasa jet lag, alasan lain mengapa mereka berakhir di cafe bandara adalah karena mereka masih harus menunggu asisten papa YunSeong datang membawakan mobil untuk mereka.
Suasana diantara keduanya selama di cafe lebih sering dilanda keheningan karena YunSeong dan SeoHwa sama-sama sibuk dengan ponselnya. Mereka harus mengabari keluarga masing-masing kalau mereka sudah sampai di Bali. Apalagi ketiga kakak SeoHwa masih tetap harus mendapat kabar supaya tidak merasa uring-uringan.
"Masih belum sampe mas mobilnya?" tanya SeoHwa.
"Belum, katanya sebentar lagi. Kenapa?"
SeoHwa yang sedang menguap tak sempat menjawab YunSeong. Tangannya digunakan untuk menutupi mulutnya.
"Mau tidur, cape," ujarnya kemudian.
"Sebentar lagi ya. Nanti langsung pulang biar bisa tidur kok," balas YunSeong.
Mereka kembali dilanda keheningan setelah obrolan kecil yang tadi sempat berlangsung. SeoHwa meletakan kepalanya di meja sambil bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang diputar. Di hadapannya YunSeong masih sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi asistennya yang rencananya akan mengirimkan mobil ke bandara.
Kalau ditanya kenapa tidak naik angkutan umum saja maka jawabannya adalah mereka terlalu malas untuk memesan taksi online ataupun berjalan ke luar bandara untuk mencari taksi. YunSeong juga bilang kalau jarak tempuh dari bandara menuju tempat yang direncanakan lumayan jauh sehingga rasanya lebih baik menggunakan kendaraan pribadi saja supaya lebih nyaman.
"Ayo, mobilnya udah di parkiran," ujar YunSeong seraya bangkit dari duduknya.
SeoHwa menyedot matcha latte miliknya sekali lagi kemudian memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku jaket YunSeong, mencegah dirinya melakukan hal-hal ceroboh yang bisa saja terjadi. Setelah membereskan rok yang dipakainya barulah dia merangkul lengan YunSeong dan beranjak dari cafe berdampingan.
"Nanti ganti baju pokoknya. Jangan pake mini skirt gitu," ucap YunSeong.
"Emang kenapa?"
YunSeong menghela napas pelan. Dia tahu kalau SeoHwa sebenarnya paham dengan alasan mengapa dia bicara seperti itu, namun SeoHwa tetaplah SeoHwa.
"Nanti dibawa ke hotel sama orang asing. Mau?" bisik YunSeong.
SeoHwa menggeleng mantap. Tangannya yang merangkul lengan YunSeong semakin dieratkan. Satu tangannya yang lainnya menarik turun mini skirt yang digunakannya supaya menutupi hingga bagian lututnya.
"Lagian kenapa harus pake mini skirt coba?" protes YunSeong.
"Tadi pagi buru-buru banget gara-gara telat bangun, jadi nggak sempat bongkar lemari," balas SeoHwa.
"Alesanmu kurang bagus ah. Biasanya juga keliaran di rumah pake celana olahraga punya mas Yohan kok," ucap YunSeong menimpali.
"Ya masa ke bandara pake celana olahraga punya mas Yohan juga. Kan nggak mungkin mas," protes SeoHwa.
"Emang nggak boleh? Padahal mas Yohan kalo berangkat ke bandara mepet jam pulang latihan aja masih pake baju buat latihan taekwondo kan? Udah gitu lari-lari sambil bawa koper nyari gate keberangkatan juga. Nggak ada yang komen tuh," balas YunSeong.

KAMU SEDANG MEMBACA
In Aeternum Te Amabo
ФанфикKim Seo Hwa. Anak bungsu keluarga Kim ini sangat amat dijaga oleh ketiga kakak laki-lakinya semenjak kecil hingga dewasa. Yang mana hal itu membuat SeoHwa sangat menikmati seluruh perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh ketiga kakaknya. Apala...