5.4

17 5 0
                                        

SeoHwa keluar dari operasi dengan keadaan lesu. Energinya terasa terkuras habis karena tadi menjadi asisten dokter selama operasi berlangsung. Awalnya dia pikir hanya akan melihat saja tapi ternyata dia diberikan tugas untuk menjadi asisten dokter selama operasi karena berbagai macam alasan yang membuatnya akhirnya setuju menjadi asisten dokter selama operasi.

"Baru selese operasi?"

SeoHwa mengalihkan pandangannya pada orang yang berbicara. Dia tersenyum tipis begitu mengetahui siapa yang berbicara padanya. Kim KookHeon. Ya, lelaki itu selalu datang di waktu yang tepat menurutnya. Ketika merasa lelah atau stress biasnaya KookHeon kerap kali muncul di dekatnya atau sekedar mengirim beberapa baris pesan yang seolah menyemangatinya.

"Sini duduk dulu." KookHeon menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya.

SeoHwa menurutinya dan duduk tepat di samping KookHeon. Tak berapa lama setelah duduk SeoHwa meregangkan tubuhnya karena merasa pegal selama operasi. Apalagi posisi kepalanya agak menunduk selama operasi yang mana hal itu membuat lehernya pegal bukan main.

KookHeon yang melihatnya tak bisa menahan senyumnya. Tangannya mengusap pelan kepala SeoHwa. Menurutnya apapun yang dilakukan oleh SeoHwa membuatnya merasa gemas. Bahkan ketika SeoHwa sedang bersin pun menurutnya SeoHwa akan tetap terlihat sangat menggemaskan.

"Mamah mau punya mantu dokter gigi ga? KookHeon kenal dokter gigi cantik nih. Mamah mau ya?" ujar KookHeon dalam hati.

"Adek."

Baik SeoHwa maupun KookHeon sama-sama mengalihkan pandangan mereka pada orang tersebut. Dan ternyata WooSeok sudah berdiri tepat di hadapan mereka. Air mukanya menunjukkan bahwa dia sedang khawatir, entah karena apa.

"Kalo gitu Saya permisi dulu," ujar KookHeon kemudian beranjak pergi meninggalkan SeoHwa dan WooSeok.

Poor KookHeon. Belum sempat dia mengobrol dengan SeoHwa tapi tiba-tiba WooSeok hadir yang mana membuatnya harus rela menyingkir. Padahal dia sengaja menunggu SeoHwa di depan ruang operasi selama hampir 1 jam. Tidak hanya sampai disitu, sebenarnya KookHeon sudah selesai shift dari 2 jam yang lalu namun dia sengaja menunggu SeoHwa selesai operasi.

"Kenapa mas?" tanya SeoHwa.

"Kok nggak bilang kalo adek ada jadwal operasi sih? Bukanya adek dokter gigi umum ya? Bukan yang bagian bedah gitu?" ucap WooSeok.

"Tadi asisten dokter bedahnya nggak bisa ikut operasi soalnya mendadak kontraksi gitu terus akhirnya dibawa ke bagian obgyn. Karena nggak ada dokter bedah lainnya akhirnya ngambil dari yang poli gigi umum deh. Tadinya udah sempat adek tolak tapi katanya ini buat pengalaman juga kalo misal adek mau ambil spesialis gitu. Urgent juga, jadi gabisa nunggu dokter lain," balas SeoHwa.

WooSeok tersenyum lebar. Tatapannya persis seperti seorang ayah yang bangga akan keberhasilan puterinya. Tentu saja, selama ini dia berperan banyak dalam hal membesarkan adik-adiknya. Semua perhatian, waktu, dan segala hal lainnya benar-benar dicurahkannya untuk ketiga adiknya, termasuk SeoHwa si bungsu yang mendapat paling banyak perhatian.

"Ini udah selesai kan?" SeoHwa mengangguk pelan.

"Pulang sama mas Yohan ya, udah ditunggu di poli olahraga," ucap WooSeok.

"Ngapain ke poli? Ototnya kenapa lagi?"

"Katanya cuma pemeriksaan rutin aja. Gatau deh bener apa engga. Nanti adek tanya sendiri aja," jawab WooSeok. SeoHwa mengangguk pelan.

"Yaudah, adek balik ke poli dulu ya. Mas WooSeok sampe malem?" WooSeok mengangguk sebagai jawabannya.

"Jangan lupa makan lho. Nanti kalo ketauan nggak makan lagi bisa berantem sama mas MinKyu."

In Aeternum Te AmaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang