Kalau di pernikahan WooSeok dahulu SeoHwa hanya bisa merasakan sedih tanpa menitipkan air mata, maka kini di pernikahan kakak keduanya SeoHwa benar-benar menitikan air matanya. Bukan hanya air matanya bahagia karena akhirnya kakaknya sudah menyandang status sebagai suami orang, namun dia juga menangis karena sekarang ini dia akan menjadi sangat jarang bertemu dengan Yohan.
Dihari ini, sekali lagi SeoHwa akhirnya melepas kepergian kakaknya untuk menikah dengan perempuan yang akan menjadi teman hidup kakaknya itu selama sisa hidupnya. Sedari malam SeoHwa bahkan sudah dibuat menangis karena salah satu sosok yang berarti di dalam hidupnya akan pergi dari sisinya untuk mulai membangun keluarga kecilnya sendiri. Bahkan hingga pagi hari ini SeoHwa sengaja tidak pergi mendekati Yohan karena sudah terlalu lelah menangis semalam, apalagi setelah Yohan selesai mengucap ijab tadi SeoHwa mulai merasakan hampa.
Berpisah dengan Yohan tentu terasa sangat jauh berbeda dengan ketika dirinya berpisah dengan WooSeok dahulu. SeoHwa akui kalau WooSeok memang selalu menjadi sosok pertama yang akan direpotkan dan sosok pertama yang kerap kali memberinya saran serta dukungan dahulu, namun Yohan selalu menjadi sosok pertama yang datang di kala dia merasa sedih maupun senang dan selalu bisa mengerti tentang apa yang sedang dirasakannya.
Musik yang diputar dengan kencang, obrolan orang-orang yang datang, serta seluruh keributan khas acara pernikahan membuatnya merasa muak dengan keadaan dan akhirnya membuatnya memilih untuk meninggalkan tempat berlangsungnya acara tersebut demi mencari sedikit kedamaian baginya sendiri. Pikirannya asik berkelahi dengan apa yang hatinya katakan hingga membuatnya melamun, memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dia pikirkan terlalu keras.
"Hai."
SeoHwa mengalihkan pandangannya untuk menatap orang yang menyapanya. Tak lama kemudian dia beralih menatap apa yang menjadi fokusnya tadi, enggan menatap orang yang menyapanya itu.
"Gue boleh duduk disini?" tanyanya dengan hati-hati.
"Kalo dijawab engga gimana?" SeoHwa balik bertanya pada orang tersebut.
Sosok yang mengajukan pertanyaan serta sapaan untuk berbasa-basi dengan SeoHwa pun hanya bisa diam sambil menelan salivanya karena menahan gugup dan ngeri akan aura SeoHwa sekarang ini. Setelah berpikir cukup lama, dia kemudian memilih duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari SeoHwa, tanpa membuka suara lagi.
"Kenalin, gue Bomin. Choi Bomin," ujarnya seraya mengulurkan tangannya.
"Nggak tanya," balas SeoHwa singkat dan terdengar dingin, sama sekali tak berminat untuk menanggapi lawan bicaranya itu.
Bomin berdeham pelan, menghilangkan rasa canggung dan malu yang perlahan datang menyapa dirinya. Perlahan dia menarik kembali tangannya yang tadi terulur untuk menjabat tangan SeoHwa kemudian duduk kembali di tempatnya semula.
Tak ada obrolan lagi diantara mereka. Bomin masih sedikit shock karena lawan bicaranya berbicara ketus dan membuat dirinya jadi enggan bertanya lagi. Apalagi ekspresi yang SeoHwa tampilkan saat membalas ucapannya tadi benar-benar menyatakan kalau dia sedang tidak dalam kondisi yang bisa diajak bicara baik-baik dan membuat Bomin menahan diri untuk tidak berbicara lagi.
Sementara Bomin berkelahi dengan seluruh isi pikirannya, SeoHwa justru sedang sibuk membalas satu persatu pesan masuk di ponselnya. Dia benar-benar mengacuhkan Bomin yang duduk tak jauh darinya.
"Neng."
SeoHwa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Bibirnya secara otomatis membentuk seulas senyum begitu tahu bahwa sosok yang ada di hadapannya kini adalah MinHee.
"Masuk yuk, tadi dicariin mas MinKyu," ucap MinHee.
SeoHwa menggeleng pelan kemudian berkata, "duduk disini aja. Mau nungguin mas YunSeong dateng."

KAMU SEDANG MEMBACA
In Aeternum Te Amabo
FanfictionKim Seo Hwa. Anak bungsu keluarga Kim ini sangat amat dijaga oleh ketiga kakak laki-lakinya semenjak kecil hingga dewasa. Yang mana hal itu membuat SeoHwa sangat menikmati seluruh perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh ketiga kakaknya. Apala...