Satu bulan kemudian Yohan yang tadinya nampak seperti orang stress akhirnya kembali seperti semula. Sebenarnya tidak banyak berubah hanya saja sekarang ini aura Yohan nampak lebih menonjol dibandingkan biasanya. Hal-hal seperti ini tentu saja memancing rasa penasaran dari ketiga saudaranya dan berakhir membuatnya disidang oleh WooSeok.
"Udah bilang papa belom?" tanya WooSeok.
Yohan menghela napas berat. Dia merasa gelisah hanya karena mendengar pertanyaan yang dilontarkan WooSeok. MinKyu dan SeoHwa yang mendengarnya juga turut merasa gelisah.
Entah mengapa kini mereka merasa enggan jika harus menyebut-nyebut perihal papa mereka. Tentu saja mereka sudah memaafkan apa yang papa mereka lakukan terhadap mereka. Tapi tetap saja ada sedikit rasa marah dan kesal yang masih bersarang dalam hati mereka.
"Kamu nggak boleh cuma minta izin mas WooSeok aja lho Yo. Mau gimana pun papa itu masih hidup, masih ada di dunia ini. Kalo mau apa-apa tetep harus bilang sama papa dulu. Apalagi ini bukan persoalan kecil yang cuma ngelibatin kita berempat aja. Ini persoalan besar yang nentuin kemana jalanmu nantinya," ujar WooSeok.
"Apa kalo Yohan bilang papa bisa terima?"
"Kalo papa nggak bisa terima berati ya pasti ada alasannya. Dari awal kamu jalan pun mas udah sering bilang buat kenalin ke papa juga biar jalannya gampang. Sekarang ibaranya udha mau finish malah kamu belum bilang sedikit pun sama papa. Kalo kaya gini nanti yang susah siapa? Mas WooSeok. Kamu tinggal terima keputusan papa aja. Mas WooSeok yang harus tembusin ke papa. Jelasin dari awal sampe akhirnya baru nanti papa bilang iya atau enggak. Masih mending kalo misal papa bilang iya setuju, kalo engga gimana? Pusing kita semua jadinya kan?" ucap WooSeok panjang lebar.
"Ini sebenernya ngomongin apa sih mas?" bisik SeoHwa pada MinKyu.
"Mirae," jawab MinKyu singkat, padat, dan jelas.
SeoHwa mengangguk saja seolah dia paham walaupun masih sedikit bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dia memilih kembali fokus pada ponselnya sementara telinganya masih difokuskan untuk mendengarkan obrolan diantara kakaknya.
Keadaan berubah hening untuk sementara. SeoHwa jadi merasa makin bingung dengan keadaan yang terjadi kini. Ketika dia berusaha membaca kondisi barulah dia paham bahwa obrolan yang berlangsung ini menyangkut hal yang penting karena air muka ketiga kakaknya terlihat sangat serius.
"Sekarang gini deh. Mas tanya, rencanamu ke depannya gimana? SeoHwa belum kenal juga soalnya. Kalo misal papa udah kasih lampu ijo, mas udah kasih izin, MinKyu udah oke berati sisanya ada di tangan SeoHwa. Kalo misalnya nanti SeoHwa nggak bisa cepet adaptasi gimana? Pusing lagi kamu kan? Udah mending dibawa kesini aja hari ini," ucap WooSeok setelah lama hening.
"Ini ngomongin apa sih sebenernya? Adek daritadi dengerin tapi kok nggak paham si? Jelasin ke adek juga dong," celetuk SeoHwa.
"Mirae, dek. Kan tadi mas MinKyu udah kasih tau," balas MinKyu.
"Miraenya siapa? Awalnya adek kira miraenya mas Yohan. Tapi tadi nama adek ikut disebut juga. Kan jadi bingung. Makanya kalo ngomong itu yang jelas."
Ketiga lelaki itu hanya bis amenghela napas sambil menatap SeoHwa. Mereka lupa kalau adik bungsu mereka itu merupakan orang yang kurang peka dan terkadang sulit memahami apa yang sedang dibicarakan jika tidak langsung menyebutkan garis besarnya.
"Adek mending main sama temen adek aja sana. Mas Yohan lagi pusing malah jadi makin pusing. Nanti kalo udah waktunya dijelasin pasti dijelasin," ujar Yohan.
"Temen adek kan cuma sedikit. Esa lagi shift, Minnie juga lagi shift, DongYun hari ini ada jadwal juga, Lucy udah pindah ke luar kota semenjak nikah. Terus maksud mas adek suruh main itu main sama siapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/274017640-288-k276888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Aeternum Te Amabo
FanficKim Seo Hwa. Anak bungsu keluarga Kim ini sangat amat dijaga oleh ketiga kakak laki-lakinya semenjak kecil hingga dewasa. Yang mana hal itu membuat SeoHwa sangat menikmati seluruh perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh ketiga kakaknya. Apala...