Wujud Keinginan? Bisa Jadi Esok atau Lusa [eps.1]

1 0 0
                                    


Bismillah...

Alhamdulillah saat saya tulis ini raga sudah makan.

Sepotong kecil cokelat Kairo masih berusaha kukunyah dengan pelan. Tadinya selepas magrib, saya ingin tidur karena disergap rasa ngantuk. Namun, sang penguasa dapur menegur dan melarang tidur usai magrib. Akhirnya, saya bangkit dari tempat tidur lalu menuju meja makan untuk mengisi perut minimalis ini.

Ya, begitulah salah satu caraku untuk menghilangkan rasa ngantuk. Setelah makan, lidah ini terasa ingin makan yang manis-manis lalu otak ini mengingat sebuah cokelat yang terbungkus rapi tersimpan di salah satu rak kulkas. Cokelat dengan rasa yang khas.

Saya berhenti sejenak, berpikir harus memulai cerita dari mana.

***

Suara speaker masjid pukul empat dini hari sudah terdengar pada indera pendengaran ini. Saya mencoba untuk tetap focus berusaha untuk menyelesaikan sebuah video yang bertema tutorial memasak. Saat semuanya rampung, saya mengekspor video yang sejak pukul 2 dini hari saya rangkai. Raga ini bangkit dari tempat duduk, meninggalkan sebuah laptop yang masih berproses menyimpan (rendering). Kuraih gawaiku dan memerhatikan isi beranda social media. Namun, otakku berkata lebih baik tidur saja karena esok hari raga ini akan berjalan ke tempat pelosok salah satu desa yang ada di kecamatan Ma'rang.

Saya masih mengingat dengan jelas pesan sang penguasa dapur yang menyuruh untuk memasang kelambu anti nyamuk sebelum tidur. Namun, kupikir karena jam tidur yang tersisa sedikit dan kedua kelopak mata yang mulai terasa berat. Akhirnya, raga ini kubiarkan tertidur meski kulit akan diserang oleh nyamuk-nyamuk lapar.

***

Kedua mataku seketika terbuka saat merasakan seseorang sedang berjalan selurus dengan kakiku. Ia berucap, "jadi pergi?". Saya segera bangkit dari tidur lalu menjawab, "jadi". Namun, setelah perempuan yang penuh kasih sayang itu meninggalkan tempat tidurku, sepasang mata ini kemudian melirik angka waktu pada gawaiku. Seketika kurebahkan kembali tubuhku sambil bergumam dalam hati "masih 1 jam lebih". Namun, belum beberapa menit raga ini segera bangkit dari posisi ternyaman. Otak ini mengingat sebuah video yang harus segera diupload.

Kuperhatikan benda 14 inc ku itu, kulihat layarnya mati. Padahal seharusnya tak boleh mati, dikarenakan sebelum tidur saya sedang merender sebuah video yang sudah deadline. Kulirik ujung adaptor, benar saja tak tercolok. Hatiku seketika ingin bertanya pada sang penguasa dapur dengan rasa yang sedikit kecewa. Namun, kutahan karena saya harus memastikan terlebih dahulu. Siapa tau videonya telah selesai terender.

Kucari dengan saksama, namun saya tidak tau di mana tersimpan. Benar saja, saat menyimpannya saya tidak memerhatikan lokasi penyimpanannya secara pasti. Kutenangkan diri sejenak, sambil mencarinya dengan pelan. Akhirnya, saya berhasil menemukan. Sebuah video yang bertuliskan herbal, kuklik dua kali untuk segera menontonya.

Waktu janjian semakin dekat, kulihat video yang saya edit punya 1 titik scene blur namun kuputuskan untuk tetap menguploadnya. Lalu menyebarkan linknya pada sebuah grup lingkungan kerja.

Saya segera mematikan (power off) benda 14 inc ku itu. Lalu, bergegas merapikan tempat tidur dan segera menyapu lantai. Setidaknya saya harus tetap membantu sang penguasa dapur merapikan rumah meski tak sempat membantunya memasak di bagian dapur. Setelah semuanya rapi, saya bergegas menuju meja makan lalu mengambil sedikit nasi putih hangat lalu mengunyahnya bersama beberapa bakso tadi malam. Meski dingin, tetapi tetap terasa lezat di lidah. Saya mengunyahnya dengan pelan.

Tuntas pada makanan, saya bergegas menuju kamar mandi. Pikirku tak ingin membuat temanku menunggu. Setalah mandi dan memakai pakaian yang bernuansa biru dan ungu. Saya mengambil setumpuk cucian yang terletak di sudut tempat tidur. Namun, sang penguasa dapur bernegosiasi, nanti saja katanya. Lebih baik saya menyapu di halaman rumah katanya. Akhirnya, saya pun keluar mencari sapu. Namun, belum tuntas mengumpulkan dedaunan yang berguguran.... Sang pemberi nama Hayana berteriak memanggil dikarenakan gawaiku berdering. Pikirku, itu pasti temanku. Dan benar saja sebuah panggilan whatsApp dari seorang kawan lama di zaman putih abu-abu. Ia yang akan menjadi parnert berpetualang hari ini.

180* DaysWhere stories live. Discover now