Lisu = Pulang

2 0 0
                                    

Bismillah.

Di bulan Oktober, saya hanya menulis sekali. Ya Allah, kok saya semakin malas menulis yaa. Walaupun sebenarnya saya selalu menulis sih, cuma gak meluangkan waktu untuk tulisan seribu kata ini. Padahal ini kan sudah saya komitmenkan. Hmmm....

Oiya,

Oo haiii... readers. Apa kabarmu? Lama tak menyapamu. Apa kamu baru membacaku? Atau kamu senantiasa menanti tulisanku? Sungguh, saya tak peduli banyak atau tidaknya pembaca tulisan ini. Yang saya pedulikan bagaimana komitmen ini bisa selesai tentu tetap memperhatikan isi. Maksudku, bukan hanya sekedar bercerita tapi readers mampu menemukan hal yang bernilai dari tulisan ini. Tentu, nilai tulisan ini bukan tentang nilai angka 10, 9, 8... tetapi nilai hal baik apa yang kalian petik berdasarkan caraku merefleksi kehidupan yang fana ini.

Oiya, untuk pertama kalinya saya menulis di jam pagi. Biasanya kan malam, sambil melawan ngantuk. Sebenarnya, sambil menulis saya sedang menunggu kamar mandi kosong (tentu untuk mandi, bonus mencuci. Hehe). Selain itu, saya juga menunggu mas penjual susu kedelai.

Readers suka minum susu kedelai?

Awalnya saya tidak suka tapi karena suatu hari pernah melihat seorang dosen yang minum dengan lahap. Akhirnya, saya tersugesti jadi suka juga. Yaa,,, semudah itu saya suka sama sesuatu. Tunjukkan saja di depanku, kalau saya melihatnya itu baik, maka saya akan mudah tertarik.

Setelah dicek, ternyata susu kedelai juga punya banyak manfaat. Salah satunya, dalam dunia kecantikan. Apakah ini yang membuatku terlihat awet muda??? Heheh. Wallahu'alam.

Memang tidak semua susu kedelai itu enak. Tapi, tempat langgananku beli sungguh mantap. Memang sih kemasannya dari botol bekas yang sudah dicuci bersih, tanpa merek dan tanpa uji BPOM. Ya,,, saya modal yakin saja. Semoga susunya steril meskipun tanpa kemasan mewah.

Sebenarnya saya juga salut sama penjualnya. Seorang laki-laki yang sudah otw masuk dalam kategori tua menjelang rentang. Ditemani sepedanya antiknya, ia setia mendorong sepedanya. Yap, sepenglihatan saya... ia sama sekali tak pernah menaiki sepedanya saat membawa barang dagangannya. Tentu, ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi kondisi geografis sekitar kos ku itu naik turun (gunung). Kebayang gak sih, saat kamu harus mendorong sepeda dengan beban bawaan.

Terkadang saya suka menanyakan langsung kepada bapak penjualnya, ketika ia tidak hadir menjajakan dagangannya. Ia sering menghilang selama sebulan lebih. Kupikir ia telah bertemu batas usia, namun ternyata ia sering pulang ke Jawa (kampong halamannya).

Batas usia?

Yap, setiap orang akan menemui batas usianya. Kita tidak tau kapan, dimana dan bagaimana. Saat hari itu tiba, beberapa orang yang mengenal kita akan menangis setulus hati dan beberapa lagi akan menangis secara formalitas belaka.

Sungguh, readers. Jika hari itu tiba dan terjadi padaku. Saya memohon sepenuh hati, maafkan atas segala kekeliruan yang manyakitkan hati atas ulahku. Mohon doakan untukku dan sampaikan pada orang-orang yang menyayangiku tentang tulisan seribu kataku ini. Termasuk pada kedua orangtuaku. Sungguh, saya sangat menyanyangi mereka karena Allah swt, sayapun menyanyangi readers karena Allah.

Pun, jika ternyata readers yang duluan bertemu dengan batas usia. Hehe terlihat lucu tapi bisa jadi nyata. Insyaa Allah saya maafkan. Itupun, jika readers pernah mencubit hatiku. Kalau tidak yaa,,, tidak ada yang perlu dimaafkan di antara kita. Tapi hanya perlu mendoakan.

Bagaimana readers? Apa kamu sudah menerka-nerka kapan bertemu batas usia?

Sebenarnya sih, bukan tentang waktu yang penting. Maksudku, tidak penting kapan kita bertemu dengan batas usia itu. Lalu apa yang menjadi penting?

Di mana dan bagaimana? (tolong ditebalkan teksnya dalam pikiran readers).

DIMANA dan BAGAIMANA?

Dimana dan bagaimana akan menjadi salah satu penanda apakah kita husnul khatimah atau tidak.

Apa itu husnul khatimah?

Husnul yahhh readers. HUSNUL bukan khusnul. Tentu ini berbeda arti. Tolong readers cari sendiri apa itu Husnul dan apa itu khusnul.

Atau saya yang harus ceritakan disini???

Hmmm.... Baiklah readers. Saya ambil dulu smartphonenku yang sedang tercas.

....

Kok, harus ambil smartphone? Ya, pengetahuanku harus dicrosscheck dulu dengan om google. Apakah pengetahuanku tidak keliru. Tentu, tetap memperhatikan krediblitas link website.

Dari link news.detik.com

Dalam bahasa Arab ditulis dengan حسن الخاتمة. Huruf ح ditulis h. Sehingga tulisan حسن الخاتمة dibaca dalam latin: husnul khatimah, yang artinya, akhir yang baik.

Adapun kalimat خسن الخاتمة yang dalam latin ditulis Khusnul khatimah artinya adalah akhir yang hina. Ini merujuk pada Ibnul A'robi saat mengartikan akhsana ar-Rajulu_(أخسن الرجل) yang maknanya, terhina setelah perkasa.

Itupun penyataan pendukungnya dari laman website NU Online.

Jadi begini...

Salah satu, tokohnya Pengasuh Pesantren Darul Hikam, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Ustadz Faishal Zulkarnaen menyatakan bahwa tak perlu saling menyalahkan. Kalaupun ada yang salah tulis tentang husnul khatimah itu belum tentu salah. Karena si penulis memiliki maksud baik meskipun keliru dalam menulis.

Memang benar dalam bahasa Arab kalimat خسن dengan huruf خ bermakna hina atau tidak baik tapi kalimat ini sendiri jarang atau hampir tidak pernah dipakai, apalagi disandingkan dengan kata الخاتمة. Yang sering dipakai untuk akhir yang tidak baik adalah سوء الخاتمة atau Su'ul Khatimah.

"Pada dasarnya sikap menyalahkan ini tidaklah diperlukan karena hanya masalah transliterasi dari tulisan arab ke tulisan latin. Lebih baik berprasangka baik saja bahwa yang mendoakan ini sedang bermaksud agar yang didoakan mendapat akhir yang baik bukan sebaliknya," tandas alumni Pesantren Sunan Ampel Jombang ini.

Ustadz Faishal menjelaskan, kalau kita bicara transliterasi tidak ada habisnya, terutama dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Masing-masing penulis punya standar sendiri tulisan yang tepat untuk mewakili vokal yang pas.

Kalimat Husnul bisa saja dianggap tidak sesuai karena huruf H bisa berarti ه dalam bahasa Arab. "Bisa saja saya menulis Husnul Chatimah atau Chusnul Chatimah atau Khusnul Chatimah. Apa masih dipermasalahkan juga?," tegas Faishal. Ia mengambil contoh transliterasi orang Somalia yang menulis ح dengan huruf X serta perpaduan ejaan Bahasa Inggris. Sehingga bisa ditebak mereka orang Somalia akan menuliskannya begini "Xoonool Khaatimah.

"Bahkan huruf ع dalam transliterasi Somalia adalah C, jadi kalau menulis آل عمران jadi Aali Cimraan, apa nggak tambah kejang-kejang?," ujar Faishal.

Dalam penelusurannya, Faishal tidak tahu siapa yang awalnya memulai buat masalah seperti ini hingga ditiru oleh banyak sekali orang yang mungkin maksudnya baik tapi hanya membebek tanpa ilmu dan kurang mau menelaah.

"Akhirnya jadi keributan, meskipun maksudnya baik yaitu mengoreksi dalam mendoakan orang lain dengan cara yang tidak tepat," tegasnya. Masalah akan berkembang lagi bila memasuki hal lain dengan begitu banyaknya orang Indonesia yang memiliki nama dalam tulisan Khusnul Khotimah.

Padahal tujuan pemberian nama tersebut untuk mendoakan sang anak. Jadi yang namanya Khusnul Khatimah, jangan sedih apalagi mau ganti akte kelahiran segala hanya karena nyinyiran orang-orang ngawur ini.

Insyaallah nama anda sudah benar dan nama yang baik juga doa pemberian orang tua. Kalau masih saja ada yang ngeyel kasih saja pendapat saya ini," tandasnya. Kontributor: Syarif Abdurrahman Editor: Abdul Muiz
Sumber:

Bagaimana pendapat readers? ;-)

[Parepare, 01 Oktober 2020 pukul 08:38 wita]

180* DaysWhere stories live. Discover now