Saya merasa tingkat kemalasanku meningkat menjadi 90%. Saya mulai malas melakukan hal-hal yang kusukai seperti menulis, mengedit, menggambar bahkan mengganggu kucing pun saya sudah merasa malas.
Akhir-akhir ini dialog antara Aku dan saya terus saja berkecamuk. Apakah saya tetap berada di lingkungan akademisi atau berpindah ke tempat lain?
Apakah ini hanya bisikan setan agar saya menjauh dari wadah yang membuatku tetap bertumbuh? Atau hanya karena saya jenuh berada dan melihat tempat yang sama? Atau memang di tempat lain sedang menantiku? hingga diberi gejala malas. Entahlah, Semoga Allah yang Maha Mengetahui memberi petunjuk.
Saya mulai mencoba untuk melawannya, tapi pikiranku selalu saja mengacaukan.
Apa mungkin saya harus berpuasa dari aktivitas social media dan mulai melakukan perjalanan pikiran melalui buku-buku dengan judul yang beragam?
Atau mungkin saya harus mengunjungi tempat (bukan tempat wisata mata) wisata hati seperti ke panti asuhan, rumah sakit ataupun rutan. Agar saya bisa mengembalikan kesadaran saya, betapa beruntungnya diriku masih memiliki kedua orangtua, masih sehat bisa berjalan-melihat dan masih bebas kemana-mana bertemu banyak orang t anpa harus dikurung dalam ruangan sempit.
Saya mencoba berdamai dengan diri ini dan sepertinya saya harus mengubah 90% malas itu menjadi 90% kedisiplinan.
Ya, karena suka menunda-nunda. Tidak disiplin lah yang membuatku selalu mager (malas gerak).
Hujan sedangcturun membuat kelopak mataku terasa berat dan sepertinya menyempurnakan kemalasanku menjadi 100%. Bagaimana membalikkannya?
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...