Alhamdulillah robbil'alamin.
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Pernahkah kau merasa kau membenci tempat mu sekarang dan merasakan ingin kembali ke tempat semula? Sungguh, setan sedang mencoba menggodamu untuk lalai dari bersyukur.
Terkadang sangat mudah menemukan hal-hal yang sepatutnya disyukuri. Namun, terkadang pula hatimu akan merasakan sesak karena lebih banyak menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan hingga membuatmu buta (tak melihat hal apa yang harus disyukuri).
Saat hatiku merasa kelapangan sungguh hal ini sangat membahagiakan dan membuat hati kecil ini merasa tenang. Lalu, saat hati ini merasakan kesempitan, apapun yang terlihat akan menimbulkan ketidaknyamanan yang berujung pada badmood. Semoga kita senantiasa diberikan 'lapang dada'.
Lapang dada merupakan hasil dari tindakan dan pola pikir kita sendiri. Bagaimana caranya supaya bisa lapang dada?
Salah satu caranya, cobalah mengurangi waktu melihat beranda media sosial entah itu di facebook, instagram ataupun status-status di whatssapp. Andai saja, informasi terkait pendidikan maupun pekerjaaan itu tidak tersebar melalui media sosial, ingin rasanya undur diri dari dunia maya.
Apa hanya saya yang suka dilalaikan dengan media sosial?
Sungguh, setiap saya dilalaikan endingnya saya akan merasa menyesal. Serba salah juga sih... melewatkan setiap jam, tapi di sisi lain banyak juga info yang penting :-D
Malahan terkadang kita mendapat pelajaran dari berbagai status yang bertebaran di media sosial.
Tadi sore, saya berhasil menyetorkan 'hantu proposal tesis' ke pak dosen. Meskipun, saya masih merasa masih banyak kekurangan dan ternyata benda itu akan selalu menghantui saya hingga saya berhasil meraih toga kedua.
Toga kedua itu penting untuk mendapatkan toga ketiga yang berujung pada kata Professor.
Emang enak jadi professor? Sungguh, saya melihatnya itu tidak enak karena bukan makanan. Hehe.
Ketika seseorang menjadi professor ada beban di pundaknya yang selalu dibawa hingga pada hari perhitungan kelak.
Saat berada di tengah masyarakat, seorang 'professor' selalu dianggap sebagai orang yang tahu berbagai hal, lebih cerdas dan lebih punya wawasan yang luas.
Jadi, masih mau jadi professor? Entahlah... saya hanya menapaki jalan yang ada di depanku. Sesekali juga saya harus memilih saat berada di persimpangan jalan.
Pernahkah kau merasa sedang bingung harus pilih jalan mana? Di saat kita bukan Maha Mengetahui tapi harus pandai memprediksi kira-kira jalan mana yang tepat.
Tulisan ini sebenarnya kayak buku Diary yang bisa dibaca orang umum, terkadang pula menjadi tulisan yang aneh, gak nyambung, tidak karuan, topic acak-acakan tergantung juga sih dengan suasana hati. Sungguh, betapa pentingnya mengendalikan suasana hati.
Pernah suatu hari di pagi yang cerah, saya sudah bersemangat. Biasanya kalau pagi-pagi kita sudah semangat, sampai malam pun akan tetap terjaga. Tapi siapa yang bisa memastikan, bahwa situasi yang tidak diinginkan bisa saja menghampiri dan mengusir rasa semangat dari hati dan otakmu. Maka penting, untuk tidak membiarkan hal-hal negative mengubahmu menjadi orang yang 5L. Kamu tau 5 L ? bukan lima liter yaaa...
***
Hikmah adalah sesuatu pelajaran atau akhir yang indah. Hikmah juga bisa berarti hadiah dari Allah swt yang berbungkus dengan musibah, ujian ataupun cobaan. Hikmah biasanya membutuhkan waktu untuk bisa dikenali bahwa ternyata 'Oooh, inilah hikmahnya'. Maka perlu kesabaran individu untuk menemukan atau menanti hikmah. Jika, kau tak bisa menunggunya maka pandai-pandailah menemukan hikmah (bukan orang yah).
Terkadang saya berfikir bahwa... hikmah ada banyak hal yang saya dapatkan kuliah di Parepare.
Dulu, di tahun 2013 saat pertama kali melangkahkan kaki ke kota kecil ini.. yang terfikirkan hanya pertanyaan, "bagaimana mungkin bisa saya menuju ke arah belakang?". Maklum, menurut saya saat itu, arah depan itu seharusnya ke Makassar. Akhirnya, tahun pertama di Parepare, saya sangat dikenal sebagai orang yang pendiam sekaaaaali (artinya pendiam banget), suka menutup diri, tidak mau bergabung dengan orang lain.
Padahal, sebenarnya saat itu saya sedang mencoba mencari hikmah keberadaanku di Parepare. Saya membiarkan waktu menunjukkan siapa teman-teman yang akan memberikan warna keceriaan di kota ini. Pada akhirnya, saya menemukan banyak teman yang baik hati. Mereka seperti crayon yang berbeda warna tetapi tetap memberikan kesan keindahan hati pada setiap pemiliknya.
Lalu, apakah teman-teman itu akan selalu ada di samping mu?
Tidak. Mereka seperti musim. Tidak menetap, kelak mereka akan pergi dan memang sudah terbukti. Beberapa teman yang dulunya sangat akrab, sekarang seolah-olah menjadi teman yang asing. Tapi, sungguh seakrab-akrabnya kamu dengan temanmu kamu tetap bisa akrab kembali asalkan kamu tetap membiarkan kenangan untuk akrab dengannya. Syaratnya, kamu harus mencocokkan kenangan di masa lalu pada saat bertemu. Maka, ruh keakraban itu akan muncul lagi.
Tentunya, hal inilah yang menjadi kekhawatiran bagi setiap pasangan suami isteri ketika ada acara reunian sekolah.
Taukan bagaimana jika sepulang reuni malah pulangnya sudah merasa berbeda pikiran dengan pasangannya atau bisa dibilang 'tidak sevisi dan semisi lagi'. Bahaya ini....
Tahukah kamu? Bahwa setan selalu berusaha untuk membuat pasangan suami isteri untuk bercerai.
Bisa dibayangkan bagaimana senyum puas si setan ketika sepasang suami isteri bercerai atau berpisah, mereka mengundurkan diri dari ibadah terlama.
Semoga kita diberi pasangan yang mampu mengingat dan mengingatkan pada hal-hal kebaikan.
Karena siapa yang bisa memastikan bahwa orang baik akan tetap baik dan orang jahat akan tetap jahat.
Ada loh orang baik berubah jahat dan orang jahat berubah menjadi orang baik. Maka ada yang bilang yang penting itu menjaga akhirnya (endingnya). Semoga saat kita dipanggil dengan kata lain saat raga berpisah dengan jasadnya, semogaaa saja kita saat itu dalam keadaan ketaatan, khusnul khatimah. Aamiin.
***
Saat saya menarik nafas, saya berfikir apa lagi yang saya tulis. Masih ada seratus lebih untuk menggenapi seribu kata. Lalu, pandangan tertuju pada tulisan di depan ku yang tertulis kertas HVS bekas di dinding kamar.
"Apapun yang kamu lakukan Hayana & Amel. Lakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas, lalu perhatikan apa yang terjadi?"
Sungguh, kalimat ini sangat ampuh saat saya sedang merasa berat melakukan sesuatu. Semoga Amel (keponakanku sekaligus mantan teman kamar) selalu mengingat kalimat itu.
Semoga di manapun ia berada dan apapun yang dilakukan selalu dikerjakan dengan hati yang ikhlas yakni Karena-Nya (karena Allah swt) termasuk kamu yang membaca ini.
Ya, kamu yang tak kutahui siapa saja yang membaca.
Semoga tulisan ini membuatmu menjadi orang yang suka verstehen (memahami). Apa yang dipahami? Memahami atas segala sesuatu lalu mengaitkan dengan Sang Maha Kuasa.
Laaa hawlahh walaa quwwata illah billah..
Tiada daya dan upaya selain pertolongan Allah swt.
Hasbunallah wani'mal wakil, ni'mal maula wani'man nasir.
Cukup bagiku Allah, sebaik-baik penolong dan pelindungku.
Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...
Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...Astagfirullah...
Terkadang di akhir cerita saya lupa menulis tanggalnya, kali ini saya mengingatnya (senyum lebar).
Parepare, 18 Juni 21:27 Wita.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...