Bismillah,
Saat saya menulisnya ini, saya sedang berada di rumah salah satu ibu dosenku. Untuk tahun ini, kedua kalinya saya menginap dengan alasan ingin membantu pekerjaannya. Suasananya tenang tanpa ada suara-suara menyeramkan seperti di kosku. Meski, beberapa suara nyamuk juga sangat terdengar jelas di telinga.
Tugas-tugasku semakin menumpuk, tapi sebenarnya saat ini saya sangat membutuhkan vitamin rumah. Ya, aura rumah kerap kali menjadi penyemangat dalam menuntaskan tugas-tugasku.
Kenapa?
Karena di rumah, saya bisa melihat wajah-wajah untuk siapa saya harus berjuang setelah Allah swt. Lagi pula, sesekali saya memang harus ada untuk mereka. Melakukan hal-hal kecil seperti merapikan rumah, mencuci piring, membuat mereka tertawa ataupun sesekali saya kadang juga membuat mereka marah karena kesalahan-kesalahan kecil yang saya lakukan di rumah.
Ah, rasanya ingin segera pulang.
Semoga saja, para pejabat kampus mengerti saat saya selalu pulang ke rumah. Mengerti akan posisiku apalagi saya belum terlalu terikat di kampus. Setidaknya, saya bisa punya waktu luang bersama dua orang yang selalu berjuang untuk saya.
Jujur, saja mataku berkaca-kaca saat mengetik ini.
Sedih saja, saat saya belum bisa mewujudkan setiap impian kedua orang di belakangku di saat umurku dan umur mereka terus berkurang.
***
Kebebasan finansial merupakan impian setiap orang yang punya keinginan di dunia dan di akhirat. Why? Di akhirat juga ikut?
Yap, untuk membantu sana sini juga membutuhkan uang selain tenaga dan waktu.
Semoga saja kita dimampukan membayar zakat dan THR orang lain, bermilyaran atau triliunan.
Begitulah katanya doa-doa seorang muslim millionare.
Lalu kamu mempunyai doa apa?
Apakah doamu hanya untuk dirimu sendiri? Hanya untuk keluargamu? Atau hanya untuk orang di sekitarmu? Sesama agamamu? Atau sebangsa dan setanah air saja?
Semoga kita memiliki doa terbaik dan diucapkan dalam hati dengan sepenuh hati.
Saya ingin, kamu mengucapkan doamu sekarang. Yap,, di dalam hatimu.
......................................................................
Keyakinan kepada Allah swt bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-hamba-NYa yang berdoa. Keyakinan itu harus ditumbuhkan dengan merangsang otak dan hati melalui berbagai tayangan video dakwah, bacaan-bacaan Islami ataupun melalui sosok-sosok soleh solehah yang juga dapat memberi dampak positif bagi otak dan hati kita.
Saat saya menulis ini, saya berharap ibu dosen saya tidak bangun. Karena kalau ia bangun, maka tulisan ini akan tehenti.
Padahal saya sudah berkomitmen menulis berturut-turut selama 180 hari.
Mungkin ke depan, saya harus meluangkan waktu lebih awal, bukan di pehujung waktu deadline baru menulis.
Tapi sadarkah kamu? Atau hanya saya sendiri yang merasa bahwa waktu itu berjalan begitu cepat meskipun tanpa kaki.
Seolah waktu itu melintas begitu cepat dan celakanya kita tidak bisa kembali atau memperlambat waku. Namun, kadangkala kita juga merasa waktu itu sangat lama jika kita sedang menunggu.
Oiya, apa yang kamu tunggu?
Happiness? Kebahagiaan?
Sangat diperlukan kemampuan menciptakan kebahagiaan di dalam hati dengan kondisi luar yang serba penuh ketidaksempurnaan.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...