Bismillah.
Tadinya saya punya ide cerita. Tapi karena sebuah tulisan facebok mengacaukanku, membuat ideku buyar.
Kujeda sejenak. Berjalan ke dapur membuka kulkas dan menemukan jagung manis yang sepertinya cocok dipadukan dengan cabe pedas.
Kumasak terlebih dahulu, karena diriku bukan ayam.
***
Bayangkan jika tahun ini adalah Ramadhan terakhirmu.
Apa yang akan kau lakukan?
Lalu, kau membantah. Saya masih muda, saya sehat, tidak ada penyakit sedang menggerogotiku.
Aku akan tetap ada tahun depan.
Hey...
Percaya diri tentu boleh, tapi sesuaikan konteksnya.
Lihat! ancaman virus viral bisa saja mendekatimu.
Meski kata innalillahi, tak harus melalui virus viral itu.
Tapi, coba bayangkan lagi.
Bagaimana jika ternyata tahun ini adalah ramadhan terakhirmu?
Masihkah kamu menyia-nyiakannya?
Hey... peryataan itu bukan Cuma untuk yang baca. Tapi terkhusus untuk si pengetik, si pengupload.
Apa yang akan aku lakukan?
Kuingat-ingat...
Apa-apa yang menjadi kekukaranganku.
Kuingat-ingat...
Apa yang menjadi penambah catatan amal burukku.
Kuingat-ingat lagi...
Tentang aktvitas baik apa yang ingin kulakukan namun tertunda hanya karena kata 'nanti'.
Jika tahun ini ramadhan terakhirku.
Seharusnya Aku tidak boleh menyia-nyiakannya.
Siapa yang bisa menyangka?
Toh juga tahun lalu, tak ada yang menyangka bahwa tahun ini dunia akan diguncang dengan wabah virus viral itu.
....
Jika ini ramadhan terakhirku
Aku ingin menghentikan kebiasaan burukku
*sebutkan dala hati
...
...
..
...
Jika ini ramadhan terakhirku, aku ingin melakukan
.. *sebutkan dalam hati
...
..
Tapi jangan lakukan hanya didala hati.
..
..
..
Memperbanyak sujudku, memperbanyak dzikirku dan mengurangi titik-titik noda hitamku.
Aku ingin berhenti dari aktivitas yang sia-sia belaka.
Aku ingin membuat malaikat Rakib lebih sibuk dibandingkan malaikat Atid.
Namun,
Setan takkan tinggal diam.
Hawa nafsuku akan terus diguncang oleh bisikannya.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...