Bismillah.
Saat saya ketik ini, Alhamdulillah saya sudah makan dan sholat Isya. Bagaimana denganmu readers?
Setelah sekian lama tak megupload tulisan baru, terakhir itu ketika di tanggal 27 July 2020. Sangat disayangkan memang, karena saya melewati banyak hal yang bisa diabadikan dalam bentuk tulisan namun karena rasa malas dan selalu berlindung dengan kata 'nanti atau esok deh' akhirnya benar-benar banyak yang terlewatkan lagi terlupakan maknanya.
Sambil mendengarkan, lagu Fiersa Besari "hidup akan baik-baik saja" otak kecil ini terus saja menvisualisasikan dengan seseorang yang belum kuketahui secara pasti.
Namun, lagu ini cukup membuatku tersenyum kegeeran. Entah mengapa, saya suka liriknya yang apa adanya dan penuh makna.
Dan sepertinya saya harus menggantinya, karena setiap reffnya, saya akan berhenti mengetik karena ingin ikut bernyanyi.
Sebenarnya saya bukanlah fans Fiersa, hanya saja beberapa videonya di youtube saya suka pun termasuk lagunya meskipun tidak semuanya.
Karena benar-benar tidak konsen mengetik, akhirnya saya mengganti lagunya dengan Suara Kayu- Miniatur. Tapi agi-lagi, saya tidak bisa konsentrasi karena liriknya yang lucu. Akhirnya saya memutar 'english country garden'. Mendengarkan rangkaian nadanya seperti berada di negeri dongeng, saya suka itu.
Hmm... apa yang harus saya bicarakan yah?
Dua hari ini saya sedang bergulat dengan diriku sendiri, yang selalu menunda-nunda pekerjaan menulis berita. Saya lebih bersemangat mengedit video ataupun menulis caption pendek.
Berbagai alasan muncul, bahwa kau tak bisa menyenangkan semua orang. Namun, saya mencari diriku versi dulu, yang selalu semangat mengerjakan apapun itu. Tapi, saya juga tetap mengapresiasi diriku yang sudah berani berkata 'tidak' saat diri ini merasa tidak mampu mengerjakan project pesanan.
Bagaimana denganmu, readers? Apakah kamu sering berkata ya atau tidak? Atau seimbang? Tentu, disesuaikan dengan konteks dan kemampuan. Yaaa kan?
Seharian ini, saya juga dilanda kebingunan. Apakah saya harus pulang ke rumah besok sore atau tidak.
Benar-benar pilihan antara pulang dan tidak itu 50:50. Di satu sisi, saya rindu masakan sang penguasa dapur tapi di satu sisi lain, Sabtu depan ada acara bedah buku yang melibatkan novel Ca'di. Ya, bukuku.
Jika saya tak pulang, saya bisa mempersiapkan sebaik mungkin termasuk diri ini. Diri yang rileks tenang, akan mampu menjelaskan dengan bahasa yang sederhana tapi menyentuh.
Lagi-lagi senantiasa kuluruskan niat. Untuk apa ikut kegiatan itu? Jika hanya untuk riya, semoga segera lenyap riya itu dan berganti karenaNya. Barangkali orang bisa terinspirasi dari cerita sederhana yang akan kujelaskan nantinya.
Ekspektasi kegiatan sudah tergambar di otak kecil ini. Meskipun, saya juga tau bahwa apa yang diekpektasikan itu belum tentu sama dengan realita yang akan terjadi. Ah, biarlah.... Aku tak peduli dengan ekspektasi, naun akau harus bersiap dengan realita yang kelak akan menghampiri.
Tapi, sungguh saya bingung. Apakah harus pulang atau tidak ya?
2 orang temanku akan pulang ke rumahnya, sungguh sangat tidak enak nginap di kos seorang diri. Mungkin saya akan numpang di kos teman lain.
Mata ini benar-benar kembali mengantuk, ketika mengetik seribu kata ini.
Namun jumlah kata masih diangka empat ratusan. Lalu, saya harus mengetik apa?
Saya menutup mata dan merasakan nikmatnya tidur. Tapi, segera kubuka karena ketikan seribu kata ini belum selesai.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Beberapa pekan lalu digelar wisuda dengan protocol kesehatan yang ketat. Meskipun sebenarnya saya melihat masih ada hal yang mesti diperbaiki. Seperti jarak ketika foto bersama.
Beberapa hari setelah pelaksanaan wisuda, saya ikut bersama teman ke pantai Ammani di Pinrang. Memang sangat lucu, saya ke pantai Pinrang padahal di Parepare ada pantai cantik di Paputo Beach. Tapi, saya benar-benar sangat pensaran wajah pantai Ammani yang menyebabkan objek wisata tersebut dikagumi banyak orang. Padahal jarak masuknya itu lumayan jauh.
Sepulang dari pantai Ammmani, saya bersama Rani dan Amel singgah di rumah Mila.
Mila [bukan Milea] itu teman kuliahku yang seangkatan. Ia baru ikut wisuda, namun sejujurnya saya sangat salut dengan mahasiswa yang semester tidak normal, naun tetap ingin menuntaskannya sapai akhir.
Berapa banyak mahasiswa yang awal-awal semester semangat, lalu saat pertengahan atau akhir malah mundur atau berhenti melewati jalan yang ia pernah pilih sendiri.
Ah, memang snagat disayangkan jika hal itu terjadi. Namun, disatu sisi saya juga tetap menghargai keputusan mereka. Karena jika hati sudah tak bersemangat, maka untuk apa dijalani?
Saya kembali menguat dengan tetap berusaha menutup mulut pakai tangan kiri. Meski air mata tak dapat keubendung yang keluar secara natural.
Saya kembali menguap. Saya benar-benar merasa ngantuk.
Tapi faktanya rasa ngantuk hilang saat berseluncur di dunia maya.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Apalagi yang saya ketik ya?
Sepulang dari pantai Ammani, besoknya saya kembali ke Pinrang lagi tepatnya diKariango. Tentu dengan tujuan yang berbeda dari hari kemarin.
Satria Mandala Ismail [teman sekelas saat kuliah] sedang menggelar acara resepsi pernikahannya. Tentu sebagai teman sekelas, akan lebih baik jika mengunjungi mereka. Namun, saat pulang saya malah lupa kacamata yang paling saya suka pake.
Ingin ku kembali memungut kacamata yang jatuh di bawah kursi itu, namun saya teringat dengan kalimat "berikanlah benda yang sangat kamu sayangi kepada orang lain itu". Akhirnya saya meneruskan perjalananku pulang kos dan mencoba untuk melepas kacamata itu dengan penemunya yang baru. Toh, kalau dipakai itu artinya benda itu bermanfaat.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Harus cerita apalagi yaa?
Buku. Yap, naskah yang saya kirimkan ke pihak guepedia.com, Alhamdulillah diterima. Meskipun makin kesini, saya agak ragu dengan pengelolanya. Namun kucoba untuk yakin pada mereka. Sebenarnya saya ingin memesan 5 buku itu tapi webnya juga sedang bermasalah, mana adminnya slow respon.
Namun, saya merasa itu adalah cerminan diri saya, akhir-akhir ini. Dimana suka slow respon pada chat whatssap.
Lalu teringat dengan makna filososfis oleh sang kepala keluarga, bahwa jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka jangan langsung menyalahkan orang lain tapi perhatikan terlebih dahulu dirimu. Jangan-jangan ada masalah pada dirimu sendiri, yang mengundang masalah dari orng lain.
Lebh singkatnya, intropeksilah dirimu.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Bu Hikmah menyuruhkan untuk membuat brosur, namun jari jemari ini malah siuk mengetik –kali tulisan ini. Tulisan atau ketikan yang tetap awet tersimpan lama.
Hmm... apalagi yang ketik? Tersisa 50an kata untuk cukup seribu kata.
Oiya readers, saya sangat berterima kasih kepada kalian yang tetap setia membaca dari awal hingga akhir. Maafkan juga jika terdapat rangkaian kata yang membingungkan. Sungguh saya manusia biasa penuh kekurangan namun akan tetap merawat kelebihan bahkan menguprage. Pun, termasuk readers.....
Ok cukup seribu kata. [Parepare, Jum'at 21 Agustus 2020|21:01 wita]
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...