Hi\1

12 0 0
                                    

Bismillah.

Hi, aku mengulang lagi. Dengan bangganya aku sebut itu, padahal ini adalah sebuah kegagalan. Ya, karena aku mengulang lagi dari hitungan pertama. Namun, berjalannya waktu (meskipun tanpa kaki) saya menyadari bahwa tidak mengapa kalau saya selalu mengulang. Ini berarti kesempatan untuk mengisahkan akan semakin lama bahkan mungkin bisa seumur hidupku. Kemarin malam teman bimbelku dulu, namanya Husnil. Wanita cantik berginsul mengungkapkan bahwa ketikan seribu kata ini bisa menjadi moodbosternya. Alhamdulillah jika memang begitu dampaknya. Meski kuakui tulisan ini sangat receh, garing, tidak jelas dan hmmmm mungkin kadang bikin pusing juga. Bagaimana menurutmu readers?

Apa yang kamu rasakan setelah membaca ketikan seribu kata ini?

Ketiga kalinya, lagu Fiersa Besari Hidup kan Baik-Baik saja terplay di laptopku. Ya, saya suka liriknya pun termasuk musiknya. Meski tidak semua lagunya saya sukai, namun kuakui ia selalu memiliki lagu yang apa adanya dengan pemilihan kata yang berbeda daripada lagu lain. Lagunya sesuai realita tapi tidak pasaran.

Saya belum pernah membaca bukunya, namun saya suka video dokumenternya yang dipadukan dengan tulisan. Bisa dibilang video sastrawi. Hmm... seorang penulis memang berpotensi menjadi pencipta lagu yang apik.

Saya pun berharap demikian. Jika kelak, saya bisa menciptakan lagu yang menyentuh dan berfaedah. Jadi bukan hanya soal menyentuh (touching heart) saja tapi bagaimana lagu itu juga berfaedah bagi penyanyi maupun pendengar. Aamiin.

Seharian ini saya masih bergejolak dengan rasa malasku. Otak dipenuhi konsep namun rasa malas kadang mengikatku. Hmm... saya sebenarnya tau apa penyebabnya. Sebuah benda yang dulu tidak menjadi penghalangku, kini sangat mengganggu. Saya sepertinya kecanduan pada beranda facebook, instagram dan youtube. Ketiga media tersebut sering menenggalamkan pikiran ini, larut menikmati setiap tayangan yang ditampilkan. Belum lagi di aplikasi whatsapp yang juga menyita perhatianku. Ya, benda itu bernama smartphone. Penyebab diri ini kurang produktif. Hmm... mungkin tidak berlaku padamu? Bisa jadi yaa. Dulunya pun benda ini juga tak menjadi masalah dalam diri ini, namun efek pandemic virus viral sepertinya mengubah jarak kedekatanku dengan smartphone. Phone smartphone, usernya malah jadi lazy. Astagfirullah... jadi Lazyuser.

Perlu komitmen pada diri agar saya menentukan jam-jam tertentu untuk bermain smartphone atau memiliki kemampuan untuk mengabaikan smartphone. Ya, kemampuan untuk mengabaikan.

Agar diri ini tak hanyut dalam arus informasi. Ya, meskipun postingan yang kulihat kebayakan yang berfaedah namun jujur hal ini mengurangi produktivitasku dalam berkarya. Saya memang malah kaya konsep namun minim action. Tentu, ini kurang baik. Kecuali kalau saya punya parnert seorang yang actioner, tentu tak masalah jika saya lebih banyak kaya konsep.

Namun karena belum punya parnert seperti itu, akhirnya harus saya seimbangkan.

Mulai besok, saya harus tegas pada diri ini agar mempunyai kemapuan untuk mengabaikan smartphone.

Ya, banyak hal harus kuselesaikan termasuk proposal penelitianku. Ingin segera kuakhiri status mahasiswi ini. Walaupun sebenarnya, selepas status mahasiswi ini saya kembali memimpikan untuk menjadi status mahasiwi lagi tapi versi disertasi. Hmm.... Hobbiku jadi sekolah terus padahal dulu saya tidak sekolah.

Ya, memang seperti itu. Hati yang berbolak-balik. Makanya jangan terlalu benci ataupun terlalu suka terhadap sesuatu. Semoga hati ini selalu diarahkan ke jalan penuh kebaikan. Termasuk hati readers. Aamiin.

Kemarin ke rumah keluarga salah satu tante [bukan keluarga sih tapi sahabat orangtua], menemani sang penguasa dapur lebih tepatnya jadi relawan ojeknya. Saya sangat bersyukur bahwa bertemu dengan orang yang berbeda. Tentu ini peluang untuk belajar dari mereka meskipun mereka sedang tidak mengajari. Hanya saja kita yang harus peka untuk mengambil pembelajaran dari mereka termasuk pada orang yang bersifat buruk. Kalimat populernya: ambil baiknya, buang buruknya. Tapi, kalau saya ambil semuanya. Namun, dengan fungsi yang berbeda.

Yang baik, kita teladani. Yang buruk, kita jadikan referensi agar tidak mengikuti itu.

So'jangan marah, kesel jika bertemu dengan orang yang bersifat buruk. Karena pada dirinya, kita akan belajar bersabar, melatih emosi dan menumbuhkan kerelaan hati agar tetap mendoakan yang baik-baik untuknya.

Saya punya prinsip agar bagaimana setiap orang yang kita temui kita sedekahkan doa untuk mereka. Tentu, doakan yang baik-baik saja.

Taukan bahwa doa itu memantul ke pendoa. Jadi, doakan yang baik-baik saja ;- oce? Hmmm... setan akan membuatmu lupa untuk medoakan mereka. Sayapun, masih suka lupa. Tapi, harus selalu ingat.

Ok, kita kembali ke rumah keluarga tanteku itu. Seorang wanita akrab disapa Aji (haji bugis) datang ke rumah itu. Turut membantu menyelesaikan burasa (sejenis makanan yang terbuat dari beras dan santan kelapa). Sangat menarik sosok Aji itu, saya melihatnya sangat cantik. Meski wajahnya tak semulus orang lain dan usinya yang telah memasuki usia lanjut.

Hanya saja karena penampilannya yang sederhana ditambah kisah hidupnya yang penuh kekecewaan hati tapi penuh kesabaran mampu memperkuat inner beautynya.

Ia juga seorang pengusaha besar di kampung terlihat harta tanahnya di mana-mana serta rumahnya yang lumayan besar dibandingkan rumah orang lain. Meskipun ia juga haji, namun ia sama sekali tak menggunakan symbol haji (sejenis songkok perempuan yang mewah lagi berwarna-warni).

Dulunya ia adalah seorang penjual pisang di pasar. Mendapatkan suami yang tidak setia, membuantya harus survive dengan segala kondisi buruk yang bisa menghampiri. Sebisa mungkin, ia memperbaiki rumah tangganya. Namun, dengan berat hati ia memilih berpisah setelah menunggu suaminya selama 11 tahun yang pergi merantau tapi tak pernah kunjung pulang ke kampung. Malahan di sana, mantan suaminya itu menikah lagi.

Ia tetap berusaha bersabar atas siatuasi buruk yang menimpanya. Ia berusaha memperbaiki ekonomi hidupnya hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang duda beranak dua. Ia sempat ragu, namun pada akhirnya ia yakin dan menerima lamaran duda itu.

Akhirnya, sekarang mereka hidup... hmmm.... Saya yakin masih dengan masalah namun setidaknya ada kebahagian lain yang mereka akan lalui. Setidaknya tak ada rasa sakit lagi karena diduakan. Kini, suaminya sangat menyesal. Karena usahanyapun disana tak kunjung berhasil.

Hidup memang akan selalu penuh dengan masalah. Masalah hilang ketika kamu sudah berhasil kembali ke kampung sejati [tempat Nabi Adam dan nenek hawa pertama kali hidup, Surga]. Maka perjuangan akan harus terus dilakukan hingga kata 'innalillah' menjadi awalan nama kita. Saat hari itu tiba, hari itu seperti titik final. Lalu, kita akan hanya menunggu hasil selama hidup di dunia. Beruntung, jika punya amal jariyah. Pahala akan terus mengalir meskipun raga sudah tak hidup di dunia.

Maukah kamu memiliki amal itu?

Cobalah ke youtube lalu ketik 'apa saja amal jariyah'. Nonton semua video yang berkaitan lalu pilih yang mana menurutmu terbaik untuk diikuti setelah itu lakukanlah... semoga Allah memberi Rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Hmmm.... Apalagi yang saya ketik ya?

Hujan turun secara perlahan. Sang kepala keluarga dari tadi berteriak dengan nada bercanda 'engkasi kapang tugasna' artinya ada mungkin lagi tugasnya. Ya, saat saya duduk di depan laptop. Ia selalu mengira kalau saya sedang mengerjakan tugas, baik itu tugas pesanan maupun tugas dari efek status mahasiswa. Padahal sebenarnya, saya sedang mengetik seribu kata ini. Hh... masih kategori tugas sih, tapi pribadi. Ok, cukup. Terima kasih sudah membaca... setia pada alur dan tetap senantiasa berusaha Mengingat-Nya. Aamiin. (Tanete Sabtu 20 Juni 2020|21:06 wita).

180* DaysWhere stories live. Discover now