Bismillah.
Saya akan mencoba melanjutkan cerita laba-laba kemarin, sambil ditemani music playlist baruku English Country Garden. Saya suka dan tidak bikin bosan. Awalnya saya menemukannya di resep makanan youtube Pufflova (hasil lihat story wa teman).
Saya langsung menulusuri koment tutorial masak hanya untuk mencari tau backsoundnya dan akhirnya menemukan.
Hari ini juga saya nyangkut sama instrument music sederhana tapi bagi saya d.hobbinya memang je empang dan sebenarnya itu juga hobbiku. Tapi, saya tidak suka kalau ke empang malam. Ini karena jalannya yang akan sulit dilalui dan saya tak suka dengan ular dan kodok yang siap melompat dari arah yang tak terduga.
Eitss... bukan ini yang ingin saya ceritakan pada episode seribu kata. Back to the topic.
Laba-laba,
Mengingatkan cerita sebelumnya bahwa ada seorang wanita yang terjebak di gowa. Kemudian wanita itu merusak sarang laba-laba yang ditemuinya. Anehnya, setiap kali ia merusaknya... ia akan merasa ngantuk dan tertidur pulas dan setelah terbangun akan mendapati sarang laba-laba itu kembali utuh.
Kejadian itu seolah memberi nasehat kepada si wanita itu bahwa ikuti prisinsip 'coba lagi, lagi dan lagi'. Kerja keras dan ketekunan harus dimiliki. Jika kita tak secerdas orang lain, setidak kita memiliki kelebihan dari sisi itu.
Saya teringat sebuah caption dalam bentuk gambar yang tersebar di facebook, "Bersabarlah dengan apa yang Anda benci". Tetiba terlintas apa-apa hal baik untukku tapi terkadang saya suka benci (tak ingin melakukan). Nah, silahkan refleksikan diri masing-masing readers.
Laba-laba, pengulangan dua kali kata sangat sesuai dengan maknanya tentang makhluk yang pantang menyerah, ingin mencoba lagi dan lagi.
Bagaimana, maukah kamu menirunya Hayana?
Nyatanya saya dengan menirunya dengan berusaha menuntaskan komitmen seribu kata ini.
Kutekan tombol save...
Saya teringat dengan tulisanku tentang seseorang yang kuwawancarai...
Begini sosoknya...
seorang alumni IAIN Parepare (dulu STAIN) juga dilantik menjadi hakim. Pelantikan ini dilakukan setelah melewati berbagai tahap seleksi termasuk mengikuti pendidikan hakim di Bogor.
Namanya Dian Aslamiah, akrab disapa Dian. Menjadi hakim adalah jabatan yang tak pernah disangkanya. Awalnya bercita-cita ingin bekerja di bank dan ia telah berhasil mewujudkannya sebelum menjadi hakim.
"Cita-citaku dulu kerja di Bank dan Alhamdulillah sudah tercapai," ucapnya.
Alumni dari Prodi Muamalah ini sebelumnya telah diterima di Bank Muamalat, meskipun saat itu ia belum diwisuda.
"Saya memasukkan lamaran dengan melampirkan keterangan sementara penyelesaian skripsi dan IPK sementara. Waktu itu tesnya juga banyak, sekitar 7 kali tes. Dari delapan ratusan pelamar hingga yang lulus sampai akhir cuma 6 termasuk saya," ungkapnya.
"Dian termasuk mahasiswi yang beruntung dari sisi ekonomi tapi dia mampu mengoptimalkan apa yang dia miliki ke hal-hal positif, bermanfaat dan bermakna. Sebelum menyelesaikan studi program sarjana (S1)-nya sudah mendapat tawaran bekerja di Bank Muamalat. Pihak bank melihat Dian memiliki kemampuan marketing di atas rata-rata. Dian kebetulan PPL di Bank Muamalat Parepare dan menunjukkan kinerja sangat baik sehingga memberikan kemudahan bagi Dian untuk mengajukan permohonan menjadi karyawati kontrak di Bank Muamalat hanya mengantongi surat keterangan sedang dalam penyelesaian skripsi dari jurusan pada waktu itu," ungkap Budiman yang saat ini Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...