Usai sholat Isya, pikiranku melayang pada beberapa scene video yang menuntut untuk segera diselesaikan. Namun, saya teringat tentang tulisan seribu kata.
Sambil mengunyah susu dancow bubuk sachet, saya menekan tombol on sebuah benda titik (....) si Unyil (saya yakin kamu bisa tebak). Kubuka folder 'berpikir terbalik' saya memperhatikan setiap file, tenyata seribu kata terakhir berada pada hari Selasa tanggal 04 Februari 2020.
Kuakui, sayapun masih kurang konsisten terhadap tulisan seribu kata per hari. Tapi, komitmen saya Insyaa Allah tetap akan saya tuntaskan tentang seribu kata perhari selama seratus delapan puluh hari berturut-turut. Jika saya melewati satu hari (alpa sehari), maka saya akan mengulang dari awal lagi (day One). Ini tentang komitmen yang saya batinkan sejak bulan Mei 2019 tahun lalu. Entah, sudah berapa kali saya mengulang. Tapi, saya tak peduli. Yang jelas saya akan selalu berusaha menyelesaikan tantangan yang menggemaskan ini.
Ok, untuk pertama kalinya saya menulis seribu kata dengan judul yang sudah diberi di awal. Biasanya sih, saya menulis saja sampai seribu, lalu diakhir saya akan memilih kira-kira judul yang mana paling menggambarkan maksud utamanya. Kali ini judulnya pun gak aneh kok, tapi mungkin lumayan susah jika tak tau harus bercerita apa. Judulnya, "Judul". Singkat, tapi agak lucu bagi saya. Meskipun tak selucu kucing tanpa lengkungan senyumnya.
Menurut Doktor Abdul Halik, seorang dosen eksternal di kampus IAIN Parepare dan dosen internal di UIN Alauddin Makassar, katanya "Jangan pernah mencari judul pada rencana proposal penelitian tetapi carilah permasalahan terlebih dahulu". Memang, masalah akan mengundang judul. Tapi, menurut saya judul juga bisa mengundang masalah atau kita bisa menemukan masalah.
Tiba-tiba, saya terpikirkan dengan yang katanya 'fansku' menulis tulisan dengan judul yang sama. Kuharap ia tak merasa pusing tujuh keliling. Cukup para pemimpin kita yang merasa pusing di tengah wabah virus Corona. Meskipun, mungkin ada juga warga yang ikut merasa pusing atau mungkin sebagian lagi merasa biasa-biasa saja (sebut saja para warga plus enam dua). (-_-)
Susu dancowku semakin menipis, habis masuk ke dalam tubuh kecil ini. Sebenarnya ini milk sachet pertama di awal 2020. Memang sekali-kali, saya suka mengunyahnya. Rasanya tidak terlalu manis dan tidak bikin eneg. Malahan milk bubuk ini kadang dicampur sama tahu (temannya si tempe) bukan untuk digoreng tapi dijadiin lulur. Pernah coba? Cobalah dijamin aneh.
Saya saja pernah coba, sering malah tapi itu dulu. Makanya dulu itu, saya aneh. Meskipun sekarang sudah bermetamorfosis menjadi Antik. Antik yaakk, bukan cantik. Meskipun semua perempuan itu cantik, yang aneh kalau ada cowok cantik.
Jumlah kata tiga ratus tujuh puluh tujuh, ok mari kita kembali ke judul utama.
J U D U L
Kalau nama itu dipadankan seperti judul. Maka, nama itu harus menarik. Bahkan, beberapa orang bisa tergambarkan dari namanya meskipun tak semuanya juga. Beberapa orang tak memiliki nama keren, tapi justru sosoknya sangat keren. Bahkan, beberapa orang namanya tak terkenal di bumi namun sangat terkenal di penduduk langit.
Kamu pilih yang mana?
Terserah deh,,, seperti Corona yang memilih mangsanya sendiri tanpa memandang usia, status, kekayaan bahkan kebangsaaan.
Berada di kalimat ini, milk sachetku benar-benar telah habis. Namun, tulisan ini belum genap seribu kata.
Judulnya sih judul tapi topiknya kemana-mana. Yaa, seperti manusia. Yang katanya mau focus, tapi tetap saja fokusnya ke mana-mana. (hmmm... sebenarnya manusia yang kumaksud itu saya).
Mau focus tapi gak berhasil- focus-fokus juga.
Jika suatu hari nanti, saya bisa focus pada satu hal. Apa yang akan terjadi? Entahlah. Ingat kita hanya sok tau, bukan Maha Mengetahui. Kita Ciptaan bukan Sang Pencipta. Kita cuma berkuasa, bukan Maha Kuasa. Tapi kuakui, beberapa dari kita memang Mahasiswa. Semoga tidak ada yang menyembah kita gara-gara status fana itu.
Karena mahasiswa, selalu punya cita-cita utama. Bagaimana status mahasiswa itu berubah menjadi alumni bukan DeO yakkk (DO= Drop Out). Cukup Nabi Adam dan Hawa yang pernah di DO tapi semoga kelak kita bisa kembali di tempat itu, kampung halaman yang sesungguhnya.
Jadi, sebenarnya kita ini lagi merantau di planet bumi. Jangan sampai pulang salah alamat yaa. Jangan mau diajakin jalan-jalan ama iblis dan Jin ke rumah barunya. Toh, dulu kakek terdahulu kita sekampung dengan iblis tapi ia memilih kampung yang lain mana ingin membawa teman banyak lagi.
Tulisan ini diketik dengan instrument alami hujan, deras mengguyur bumi. Seolah memberontak 'mengapa kamu lebih perhatian dengan Corona? Apa perlu kutunjukkan kembali pesonaku. Hingga pemukiman mu akan dipenuhi dengan air berwarna cokelat muda".Semoga tidak.
Tulisan ini belum selesai, tapi pikiran ku kini menuju pagar hijau. Kenapa? Belum tergembok. Hujan deras terasa horror dengan pintu gerbang yang belum terkunci.
Tulisan ini sempat terhenti, dikarenakan tetangga kamar ingin air minum.
Sambil menunggu tekonya penuh, ia bercerita tentang liburnya beberapa kampus karena virus Corona. Sayapun tak sabar, menunggu hari libur saya meskipun sesampai di rumah saya tak akan benar-benar liburan. Ada tiga judul yang menanti untuk disetorkan. Sebenarnya kabel-kabel otakku masih merasa bingung memutuskan harus pilih judul yang mana. Sebuah judul yang tak boleh salah pilih. Bayangkan saja, judul yang kupilih beberapa tahun yang lalu, sampai saat ini masih melekat di wajahku. Sebut saja Bapak akademik kampus, yang tiap kali bercanda padaku akan menyapaku dengan 'Sarjana Upin Ipin'. Agak menggelitik memang. Bagaimana bisa saya mendapatkan gelar karena Upin Ipin. Mereka tokoh Malaysia dan saya tokoh tersembunyi di Indonesia tepatnya di kota kecil tapi bersinar karena lampu-lampunya.
Sudah dua lembar menuju tiga lembar dengan jumlah kata delapan ratus Sembilan. Tersisa dua ratusan kata, saya hanya ingin berpesan. Jangan terlalu mengagumi manusia kecuali Rasul kita, Muhammad saw.
Bahkan sebelum Rasulullah dikagumi, harus sang Penciptanya dulu yakni Allah swt. Baru setelah itu putera ibu Aminah, Muhammad saw.
Kenapa?
Karena akan lebih menguntungkan dan lebih membawa berkah.
Gak pecaya? Coba saja lakukan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya.
Lebih praktisnya coba saja satu hari seribu istigfar dan seratus shalawat. Lakukan, dan perhatikan apa yang terjadi. Kamu boleh memberitahu saya apa yang terjadi biar kita sama-sama tambah takjub atas Kuasa-Nya.
Kutekan tombol S pada keyboard laptop, mengingat laptop ini akan tiba-tiba mati jika tanpa aliran listrik.
Bayangkan bagaimana nyeseknya, jika hampir selesai tapi tak tersimpan. Bak seperti orang yang terkena Corona dengan status kritis, padahal masih ingin hidup lebih lama. Mewujudkan mimpi-mimpi kecil hingga mimpi-mimpi besar. Kuharap mimpi itu bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang mimpi orang lain.
Terlalu egois, jika hanya mewujudkan mimpi sendiri. Bisa jadi akan menjadi mimpi buruk di hari perhitungan kelak. Ah, setan akan merasa senang gembira melihat kita berbondong-bondong mengikutinya. Katanya sih, paling banyak perempuan. Semoga saja,,,, akan berubah atau paling tidak semoga kita semua diberi Rahmat-Nya untuk kembali ke kampung sejati. Eitss...jangan lupa berusaha. Man jadda wajadda, kalimat populernya. (Parepare, Sabtu 21 Maret 2020 pukul 21:25 wita).
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...