Amarah [17]

6 0 0
                                    

Bismillah.

Ketika amarah menguasaimu, maka memerahlah matamu. Mendidilah darahmu, memanaslah telingamu. Kamu keluarkan semuanya tanpa memikirkan dampak pasca situasi itu berlalu. Penyesalan mungkin saja menyapa mu atau tidak ada sama sekali. Namun, penyesalan yang akan membuat kita normal kembali menjadi manusia yang penuh kekhilafan.

***

Persoalan judul yang tak kunjung usai di pikiranku membuatku sedikit gallon. Ya, kita tak boleh galau tapi gallon sedikit boleh kan?

Sepertinya otak ku terlalu memperumitnya hingga keputusan untuk memilih 3 judul belum menemui titik terang.

Padahal seharusnya tak usah diperumit toh juga judul itu akan diperbaiki oleh dosen pembimbing.

Tapi kenapa saya terlalu memperumitnya?

Ini karena otak yang selalu memikirkan nasib ke depan judul itu. Judul itu akan melekat pada riwayat pendidikan fanaku. Judul itu akan menjadi identitasku. Pasca memilih judul Upin dan Ipin semasa jenjang pertama, seorang kepala akademik kampus tak segan-segan menyapaku dengan Upin dan Ipin. Bukannya tersinggung, saya malah suka merasa lucu sendiri. Bagaimana mungkin, hanya karena hobbi nonton Upin dan Ipin saya menjadikan animasi itu sebagai topic utama penelitian. Lalu, sekarang. Karena suka nonton acara siraman kalbu setiap hari, saya jadi terpikirkan untuk mengangkat acara itu sebagai topic utama.

Ya Allah berilah hamba-Mu ini petunjuk. Judul yang mana harus saya pilih? Yang menantang tapi memudahkan. Hehe.

Awalnya program acara Siraman kalbu terlihat biasa-biasa saja. Namun, setelah seharian ini menelusuri. Saya menemukan sesuatu, ternyata program itu penuh pro kontra.

Ustad Danu yang menjadi tokoh utama dalam acara tersebut, ternyata merupakan seorang insiyur (Ir). Saya suka acaranya karena ada banyak pesan-pesan sederhana tapi justeru sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Selain itu, acaranya penuh cerita-cerita horror. Saya memang tidak suka nonton film horror, tapi kok kalau cerita horror saya selalu antusias.

Di sisi lain, sebuah akun instagram yang rutin mengupload video-video kritikan atau sekedar menyinggung mengupload sebuah video yang menyudutkan ustad Danu. Intinya sih ustad Danu dipandang musyrik. Tau kan musyrik? musyrik itu seperti meminta pertolongan selain Allah swt (menduakan Allah).

Di program acara siraman kalbu, ustad Danu mendoakan orang-orang yang datang karena sakit gangguan jin seperti, guna-guna, pellet, santet dan sejenisnya lah. Saya hanaya berpikir, kalau seseorang dikabulkan doanya berarti orang itu punya keimanan dan amal shaleh yang berkualitas.

Saya masih mencerna apa benar ustad Danu itu syirik? Sejauh ini sih saya masih percaya kalau dia adalah orang baik. Coba saja saksikan program acaranya sekitar jam 6:30 wita atau saksikan di youtube ada banyak videonya.

Pembahasannya itu sesuai dengan al-Qur'an dan As-Sunnah, dan saya sangat sepakat akan itu. Cuma saya kurang tau, apa benar jika melihat jin itu adalah hal yang salah? Karena ustad Danu disudutkan hanya karena bisa melihat Jin dan menurutnya itu hal yang keliru.

Entahlah, wallahu'alam. Hanya Allah yang mengetahui. Siapapun yang benar semoga senantiasa dijaga agar senantiasa bermanfaat dan semoga yang keliru semoga diberikan petunjuk, hidayah termasuk saya jika keliru.

Sang kepala keluarga menegur melihatku sedang berada di depan laptop. Dikiranya saya mengerjakan tugas judul padahal saya sedang mengetik seribu kata ini.

Jeda dulu, beberapa menit lagi buka puasa ;-)

Sekitar pukul 19:50 wita saya melanjutkan ketikan ini setelah sebelumnya saya menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim, non KTP. Apakah saya melanjutkan menceritakan tentang ustad Danu? Saya teringat tentang sebuah perkataannya yang selalu digaungkan bahwa kalau mengaji itu jangan diniatkan nanti untuk duniawi tapi hanya karena lillahi ta'ala.

Pertama kali mendengar itu, pikiran ku langsung mengingat bahwa beberapa postingan di facebook memberi informasi bahwa jika kita membaca ini kita akan mendapat ini..... mendapat itu, ternyata itu keliru. Memang sih, segala sesuatu harus Karena-Nya bukan karena-karenanya.

Dan yang tersulit adalah senantiasa menjaga niat agar tetap lurus Untuk-Nya. Yaa,,, meskipun setan dan jin jahat takkan tinggal diam menggoda.

Kita kembali ke kalimat pertama tentang amarah.

Sang penguasa dapur bertanya padaku, "Mau jalangkotek," tanyanya sambil menoleh padaku yang sedang duduk bersandar di tembok.

Mengalihkan pandanganku darin laptop ke arahnya, saya hanya memebalas "kitaji".

Akhirnya ia pun membeli. Kebetulan saat itu anak-anak SD yang setiap sorenya jualan kue sedang lewat di depan rumah. Saya tidak terlalu focus mendengarnya, karena saat itu saya sedang sibuk mengamati video tayangan ustad Danu di Youtube. Namun, aku berdiri beranjak dari tempat dudukku saat mendengar suara orang marah.

Benar saja anak kecil yang selalu membuat riuh telingaku sedang dimarahi. Kata saksi sih (sang penguasa dapur), ia sedang bermain masak-masakan namun air yang dimasaknya disuruhnya bocah penjual jalan kotek itu memasukkan jarinya ke dalam kaleng-kaleng panas. Sontak, anak itu langsung menangis dan anak kecil tetanggaku itulah yang menjadi pelakunya.

Saya sih merasa kalau anak kecil tetangga ku itu hanya tidak menyangka kalau airnya akan sepanas itu, namun kesalahannya terlambat saat tantenya sudah merasakan panas yang disusul dengan neneknya yang ikutkepanasan. Akhirnya, anak kecil tetanggaku itupun dipukul pakai kayu sama neneknya. Meskipun memakai kayu rapu, tapi mata ini ikut berkaca-kaca. Kasihan juga sih, kalau melihat anak kecil dipukul. Terlihat memang pukulannya hanya sampai di tubuhnya, tapi saya yakin pukulannya itu juga sampai ke hatinya meskipun tak terlihat. Takutnya malah ada perasaaan dendam lagi sama neneknya. Hal ini tentu tidak baik karena akan memunculkan ketidakpercayaan antara anak ke neneknya. Padahal, di hari-hari berikutnya anak ini akan tumbuh dan harus dekat dengan orang-orang yang menjadi keluarganya. Jika hubungannya tidak baik, maka semakin rumitlah jika menemui permasalahan.

Saya juga merasa neneknya tentu merasa kasihan dan merasa menyesal setelah memukuli cucunya. Pukulan itu hanya sebagai wujud rasa kasih sayangnya yang tak ingin melihat cucunya mengulangi perbuatan yang sama. Neneknya seolah ingin memberi penekanan bahwa perbuatan itu sangat tidak baik.

Kuingat-ingat lagi, apa saya pernah dipukul? Seingatku tidak pernah. Orangtuaku tidak pernah memukuliku apalagi pakai kayu. Namun, diceramahi... hehe sayalah paling sering dengan peringkat tertinggi penceramahnya dinobatkan kepada sang penguasa dapur. Ya, dibandingkan sang penguasa dapur, sang kepala keluarga lebih diam. Seingatku, ia baru sekali memarahiku. Itupun karena saya lupa menjemputnya di empang saat ia tidak bawa motor.

Saya lupa karena sedang asyik nonton film korea. Sejak saat itulah saya memutuskan berhenti menonton film Korea. Berdasarkan pengalamanku, setiap kali saya menonton korea selalu saja saya mendapat hari yang buruk. Ini seolah-olah menjadi teguran untuk saya untuk berhenti sejenak nonton Korea.

Sejenak?

Ya sejenak, setelah mencapai dua hal saya akan kembali nonton tapi dengan sudut pandang yang berbeda.

Baru-baru ini saya langgar nazarku, saya nonton film Korea melalui beranda facebook. Maka sayapun mendapat akibatnya. Sebuah masalah menghampiriku.

(Senin, 27 April 2020, 20:37 wita).

180* DaysWhere stories live. Discover now