#5 Why Me?

24 1 0
                                    


Langkah kaki kecilnya melangkah melewati pembatas villa.

Sebelum masuk pada salah satu rumah kayu, pandangannya tertuju pada sebuah kolam tanpa cat berwarna. Seorang bapak tua penjaga villa mendekat ke arah pemilik langkah kecil itu.

"Mau lihat isinya?" tanya pak tua dengan senyum merekah.

"Memangnya di dalam kolam, ada apa pak?" tanya gadis itu sambil mencoba menengok ke dalam.

"Ada hewan tersetia di dalam sana. Ayo, sini saya perlihatkan" ajak pak tua menunjukkan jalan.

Gadis itu pun melangkah mengikuti langkah kaki besar pak tua.

Benar saja.... Kolam itu berisikan air yang tak segar. Di atas kolam tertutupi dengan rangkaian besi sebagai pelindung. Tiba-tiba, sepasang mata hewan itu menatap tajam ke arah gadis itu.

"Pak, apakah hewan ini yang tersetia?" tanya gadis yang memakai khimar pink.

"Iya, nak. Konon hewan ini tersetia. Namun, saya heran kenapa banyak menggunakan namanya hingga ia memiliki citra negative," ucap Pak tua menatap sedih hewan itu.

"Sungguh, pak. Meskipun ia hewan tersetia tapi saya tak tertarik merawatnya," ucap gadis khimar pink itu sambil membalikkan badan dari kolam.

"Kenapa, nak?" tanya pak tua.

"Kami memiliki kesamaan dan saya tak suka," jawab gadis itu sambil menaikkan alisnya.

"Apa kesamaan itu, nak?" tanya pak tua penasaran.

"Kami sama-sama suka makan ayam," ucap sang gadis berlalu meninggalkan pak tua.

#buaya.

Rombongan anak muda-mudi mulai memasuki area villa. Masing-masing memilih bale-bale (rumah-rumah) sebagai tempat istirahatnya. Beberapa diantara mereka bersorak ceria sambil tersenyum bersama di depan camera mengabadikan moment.

Sementara gadis berkhimar itu hanya duduk membiarkan kakinya tergantung tanpa sandal di atas pasir abu-abu.

"Tiga hari dua malam.... Apakah ini tidak membosankan?" gumam gadis itu menatap langit biru.

Derai ombak menggulung keras seakan bersorak menyambut para pendatang. Angin pun ikut bertiup kencang hingga tak membiarkan khimar gadis itu tenang tanpa gerak.

"Ayo-ayo kumpul!" teriak Pembina kelompok.

Para anak-anak muda pun berkumpul mendekati arah sumber.

"Schedule kegiatan kita lumayan padat jadi tolong ikuti para pendamping kelompok kalian. Di dinding sana sudah tertera nama-nama kelompok beserta anggota dan pendampingnya. Harap kerjasamanya yah," jelas Ibu Pembina dengan penuh semangat.

Gadis berkhimar itupun berjalan mendekati nama kelompok, baru beberapa langkah. Pembina pun menyela...

"Lin, kamu bantu ibu yah. Kalau bisa kamu membawakan satu materi esok," pinta Ibu Pembina.

"Saya bu? Tapi kan saya gak punya materi bu," ucap Lin gadis bekhimar mengerutkan keningnya.

"Tenang, di tas ibu punya materinya cuma harus dibuatkan power point dulu. Kamu pasti bisa, ibu yakin," ucap Ibu sambil menepuk pundak Lin lalu beranjak pergi.

Lin pun menarik nafas panjangnya...

"Bagaimana mungkin saya harus tampil di depan mereka dengan tanpa persiapan," gumam Lin sambil menatap anak-anak muda itu yang sangat ribut.

***

Malam hari...

Para peserta camp duduk bersab di atas terpal hitam. Usai melaksanakan sholat isya berjamaah, Pembina memimpin renungan. Para pendamping turut mengamati anggota kelompoknya sambil memikirkan siapa yang berhak mendapatkan bintang prestasi. Bintang itu terbuat dari kertas mengkilap warna-warni yang akan ditempel pada setiap papan informasi kelompok.

180* DaysWhere stories live. Discover now