02: Semi Ilmiah

7 0 0
                                    

Dalam kajian teori interaksi simbolik, George Herbert Mead menekankan pada bahasa yang merupakan system symbol dan kata-kata karena digunakan untuk memaknai berbagai hal. Dengan kata lain symbol atau teks merupakan repsresentatif dari pesan yang dikomunikasikan kepada public. Teori interaksi simbolik merupakan salah satu teori dalam kajian komunikasi antar budaya. Pada dasarnya, teori ini berbicara tentang symbol-simbol yang ada dalam sebuah interaksi dan mememiliki makna. Pencetusnya adalah Herbert mead, ketika nama itu disebut maka saya akan langsung mengingat salah satu dosen favorite saya, Ibu Uswatun Hasanah. Namanya indah popular di al-Qur'an artinya teladan yang baik. Sungguh, bu uswa menjadi salah satu sosok yang menjadi teladanku. Ia adalah wanita yang cerdas yang dibarengi sifat baik hati. Sayangnya, ia sudah pindah kampus, sayapun sudah tidak pernah bertemu lagi. Pernah suatu ketika, ia memberi tantangan kepada kami. Sebuah tugas analisis dan siapa yang presentasinya terbaik maka akan mendapatkan kenang-kenangan. Hari itu temanku terbaik tugasnya, namun Karena presentasiku cukup menarik perhatiannya akhirnya saya dapat baju oleh-oleh dari Singapur dan temanku dapat buku metologi penelitian. Moment itu, tidak pernah saya lupakan...

 ***

 Pendahuluan 

Perkembangan ilmu pengetahuan juga akan membuat perkembangan teknologi juga meningkat. Teknologi hadir di tengah masyarakat yang kehadirannya sebenarnya adalah mempermudah pekerjaaan atau menjadi problem solver dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah mengatasi hambatan berkomunikasi antara satu manusia dengan manusia lainnya. Manusia yang hidup dan selalu ingin berkomunikasi dengan satu sama lain sebagai tanda makhluk sosial menimbulkan masalah ketika aktivitas komunikasi itu harus terhambat diakibatkan oleh jarak yang jauh. Kisah telepon menjadi alat komunikasi baik untuk pribadi maupun publik telah dimulai beberapa tahun sebelumnya, dalam bulan Maret 1876 ketika Alexander Graham Bell (1847-1922), seorang penemu Amerika yang lahir di Skotlandia, mempatenkan telepon temuannya. Zaman sekarang, telepon tidak hanya berada diatas meja namun telepon sudah bisa ikut dalam genggaman manusia yang biasa disebut telepon genggam (handphone). Selain alat komunikasi, handphone sudah menjadi alat untuk mencari, mengunduh atau meng-upload sebuah informasi baik itu berupa teks, suara, gambar ataupun video. Ilmu pengetahuan terus berkembang menyebabkan handphone berubah menjadi smartphone (telepon pintar). Dengan bantuan software (berbagai aplikasi web browser) dengan didukung oleh hardware yang memadai menjadikan seseorang mampu mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi hanya dengan jari-jari tangan yang berinteraksi dengan touchscreen (layar sentuh) smartphone. Kini smartphone tidak hanya sebagai media penyedia informasi ataupun alat berkomunikasi namun juga sudah menjadi entertainment (fungsi hiburan) bagi penggunanya termasuk di kalangan mahasiswa. Seiring dengan perkembangan berbagai aplikasi sosial media (sosmed) yang tidak jarang memberikan kecanduan bagi para pemilik akun. Berbagai jenis sosial media yang populer di kalangan mahasiswa seperti Facebook (FB), Blackberry Messanger (BBM), Twitter, Line, Whatssup (WA), Instagram dan masih banyak lagi. Jika sosial media sudah memiliki kecanduan bagi penggunanya maka hal ini sangatlah mengkhawatirkan khususnya bagi mahasiswa yang tidak terlepas dari terpaan pengaruh sosial media ini. Betapa ruginya jika sebagian waktu dalam 24 jam dalam sehari yang dimiliki lebih banyak dihabiskan dengan bersosial media. Chating-chatingan dengan pacar ataupun teman dekat, menjadi stalker fanatik terhadap akun orang lain. Jika ini terjadi, hal ini tentunya dapat mempengaruhi masa depan mahasiswa sebagai generasi muda. Padahal mahasiswa memiliki tanggung jawab besar di masa depan dimana mahasiswalah yang akan menjadi penerus generasi bangsa, agen of change sehingga dituntut seseorang yang telah lulus dalam suatu perguruan tinggi atau universitas mampu menjadi generasi penerus yang memiliki kemampuan dalam membangun negara Indonesia ke depannya baik itu itu di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Namun tidak jarang segelintir mahasiswa yang lebih suka berinteraksi dengan smartphonennya dari pada buku-buku yang merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan atau lebih populer disebut buku adalah jendela dunia. Buku-buku memang bisa dibeli namun tidak semuanya mahasiswa memiliki banyak uang untuk membeli semua buku yang mendukung. Maka perpustakaan adalah salah satu tempat yang cocok untuk memperoleh buku-buku yang ingin dibaca. Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas penting dalam menunjang kampus untuk mencetak para alumni yang terbaik. Perpustakaan juga merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Namun tidak semua mahasiswa dalam suatu universitas atau perguruan tinggi memiliki tingkat literasi yang sama. Tidak semua mahasiswa memiliki hobi atau kegemaran dalam membaca buku-buku yang tersusun rapi di perpustakaan. Tidak jarang kini mahasiswa lebih suka bermain sosial media daripada membaca buku. Walaupun memang dalam aktivitas bersosial media terdapat aktifitas membaca. Namun tidak semua informasi yang dibaca dalam sosial media merupakan informasi yang mengandung unsur edukasi atau pendidikan. Buku-buku yang menarik untuk dibaca teralihkan ke layar smartphone dalam hal ini aktivitas sosial media (bersosial media). Sosial media seperti halnya dengan media televisi memiliki dampak positif dan negatif ibarat pisau yang bermata dua. Dimana selain sosial media mempunyai dampak positif namun juga disisi lain juga memiliki dampak negatif. Maka pihak perpustakaan perguruan tinggi harus meningkatkan kualitas dan pelayanannya disertai dengan terobosan baru untuk meningkatkan eksistensi perpustakaan di kalangan mahasiswa bersosial media. 

180* DaysWhere stories live. Discover now