Mata tak mengantuk, meskipun hati sudah ingin tidur. Wajah berkeringat meskipun di luar rumah air turun dari langit.
Kepala tak merasa pusing, tapi gigi agak ngilu.
Aku mulai menguap. Tapi berita virus corona terus bergema melalui tv di ruang nonton.
Aku kembali menguap, kali ini aku mulai mengantuk.
Sambil melirik smartphone yang sedang mendownload video, akupun kembali menguap lagi.
Mata mulai berkaca-kava meskipun tak mirip gelas-gelas kaca.
Akupun kembali menguap lagi.
Rasanya sudah ingin tidur, tapi aku baru memulai.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, Sungguh Engkau yang paling mengetahui hamba.
Kuperbaiki posisi dudukku yang mulai tenggelam di kasur empuk.
Sejenak kututup mata, mencari topic tetang apa yang harus saya ceritakan?
Kuusap kedua mataku dan akupun kembali menguap.
Ternyata aku sama dengan proses hujan. Air laut yang menguap ke awan akan berubah menjadi gumpalan yang menyebabkan awan menjadi hitam atau mendung kemudian turun ke bumi dalam bentuk air tawar. Pun, sama dengan kondisi wajahku. Aku menguap dan air matapun keluardari sepsang mata sipit. Meskipun tak deras, tapi cukup membuatku harus waspada agar air mataku tak terlalu banyak.
Kutekan tombol control s lalu kuusap mataku, akupun kembali menguap lagi.
Sebelum kutulis ini, akupun menguap lagi. Sangat terbukti bahwa untuk membuatku mengantuk cukup mengetik seribu kata saja.
Kembali kuceh smartphoneku, berharap prosesdownloadnya segera berakhir.
Aku benar-benar mengantuk.
Lalu, pikiranku melayang pada naskah video profil pesantren yang menunggu untuk diselesaikan.
Dalam proses editing, setiap kata harus divisualisasikan dan ini yang membuatnya sedikit rumit di tengah minimnya stok gambar.
Kira-kira begini naskahnya...
Bagian pertama
********
Batetangnga Adalah sebuah sebuah desa di Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. Yang lebih masyhur disebut Kanang, Desa ini terletak di kaki bukit dan memiliki sungai bernama Sungai Batetangnga.
Masyarakat Batetangnga dikenal dengan masyarakat yang peduli pendidikan, religius, dan semangat gotong royong yang kuat.
Ada satu hal menarik dari desa ini, sebuah pondok pesantren al-Risalah berdiri pada hari Rabu 19 Agustus 2015 di bawah naungan Yayasan Harisah al-Gifary. Didirikan oleh H. Bedong, Dr. H. Muhdin Bedong, M.Pd., Dr. Abdul Gaffar Bedong, M.Th.I. dengan pengasuh ustat Mudir mahmud, S.Pd.I. dan ketua yayasan Dr. Muhammad Ali Rusdi Bedong, S.Th.I., M.H.I. Meskipun baru, namun telah memiliki perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun.
Terbukti, dapat dilihat dari perkembangan jumlah santrinya yang terus meningkat, awalnya hanya berjumlah 3 orang pada tahun 2015, meningkat 45 santri pada 21 Februari 2016, 150 santri di tahun 2017, 430 santri di tahun 2018, dan 698 santri di tahun 2019.
Hal ini tidak terlepas dari komitmen para pengurus pondok pesantren. Tak hanya itu, berbagai prestasi dan penghargaan berhasil diraih, baik di tingkat lokal, regional hingga nasional.
Pondok Pesantren al- Risalah paling tidak merujuk pada 3 filosofi. Pertama al-Risalah memiliki makna ajaran yang dibawa oleh para rasul dan nabi. Filosofinya adalah santri dan alumni diharapkan menjadi warasah al-anbiya' atau pewaris para nabi.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...