Kepalaku agak pusing saat menulis ini, mungkin efek selalu begadang. Padahal saya sangat tau, salah satu hal yang dapat menurunkan imun tubuh adalah kurang tidur. Semoga saja project video utnuk ummat, esok selesai. Aamiin.
Kutarik nafas dalam-dalam, mendengar suara hujan sambil ditemani suara favorite di laptop. Sebenarnya ingin segera kuakhiri tugas ini, namun aplikasi editing video ku lagi super duper lalod maka kuputuskan untuk menghentikan dan melanjutkan esok hari saja.
Saat saya ingin beranjak dari tempat dudukku (diatas lantai tanpa alas, di depan ada meja kecil yang diatasnya ada sebuah laptop), saya baru mengingat tentang seribu kata ini. Sempat ada terbersik, kamu lewatkan saja dulu. Namun, tekadku untuk berusaha tidak mengulang lagi, telah membulat. Semoga saja tak pecah bah pecahnya informasi hoax tetang telur rebus di tengah malam.
Beberapa ekor nyamuk menggigit kakiku. Seolah mengingatkanku tentang targetku untuk memenuhi persyaratan agar bisa berdonor darah. Mengingat darahku bukanlah termasuk darah popular (darah O). menurun dari ibu, kami sama-sama berdarah A sedangkan bapak dan kakak itu berdarah O.
Hujan terus saja turun bersemanyam dengan tanah yang dari tadi sudah basah kuyup. Semoga saja tak ada kenangan, eh genangan. Apalagi genangan dalam bentuk massa air yang lebih tinggi.
Saya mengetik apa yah?
Oiya tentang darah A. banyak yang beredar tulisan di internet katanya lebih rentan terkena virus padahal belum bisa dipastikan.
Dalam laman www.alodokter.com (postingan terbaru dibandingkan laman web lainnya yang memabahas darah A) mengungkapkan bahwa kerentanan seseorang terhadap infeksi virus apapun dipengaruhi oleh kekuatan daya tahan tubuhnya. Daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena usia lanjut atau penyakit kronis, dapat membuat seseorang lebih mudah terinfeksi virus.
Hmmm... apalagi yang saya tulis.
Pandangan ku menuju pada sebuah capung (kusebut juru-juru bukan juru kamera atau juru bicara) sedang bertengger di atas kipas off. Entah darimana lewat hingga bisa masuk ke kamar.
Suara hujan terus bergema, suara dari sepasang headset ku pun tak mau kalah.
Masih tiga ratusan... saya harus menulis apa lagi agar cukup seribu kata?
Kasur empuk sudah menungguku, editing videopun juga sudah menunggu ku untuk esok hari. Namun, belum tentu sih kita akan bisa membuka mata esok hari.
Lailaha illawlah...
Semoga kalimat indah itu menjadi kalimat terakhir di penghabisan batas usia kita.
Apa lagi yang saya tulis?
Hujan mulai meredah, meskipun suaranya masih terdengar jelas mengenai atap rumah.
Saya belum mendengar suara kokok ayam. Tapi, saya sudah mulai menguap kembali.
Beberapa hari yang lalu, teman-teman suka chat, "kak ajarika menulis".
Betapa saya merasa bingung saat disuruh mengajari menulis. Biasanya saya akan langsung memberi balasan, "mulailah seribu kata perhari. Tulis saja apa yang kamu pikirkan. Mau baik atau buruk itu urusan kamu bukan urusan pembaca. Toh targetnya, bagaimana kamu untuk sementara ini terbiasa menulis. Udah, itu aja"
Akupun kembali menguap lagi.
Saya harus tulis apa lagi? Sudah empat ratusan menju lima ratusan.
Tentang keingannku melukis pun belum terwujud, semoga saja pekan depan saya bisa keluar untuk membeli cat poster walaupun yaa ada imbauandi rumah aja. Yang penting selama keluar tetap waspada, gunakan masker dan jangan mudah berprasangka buruk.
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...