Eps. 2 "Sungguh"

1 0 0
                                    


Bismillah.

Sambil menunggu waktu sholat isya, saya mencoba untuk mengetik seribu kata ini.

Kuingat-ingat dulu apa yang terjadi hari ini.

Hmmm... hari ini saya menyetor naskah tulisan tangan yang sedang diikutkan dalam lomba peringatan hari Ibu. Para peserta disuruh bercerita tentang kisah, namun sepertinya saya malah berkata-kata puitis tapi sesuai realita. Sungguh, apapun hasilnya saya terima. Apalagi saya ikut lomba karena hanya disuruh oleh kak Lela mewakili Garbi (hmmm.... Apa yah kepanjangannya. Kenapa saya tiba-tiba lupa. Titik-titik Gerakan Arah Baru Indonesia).

Usai menyetor naskah di Balai Ainun Habibie, saya bergegas ke SDIT Darul Qur'an. Namun, sebelumnya saya bertemu 3 orang dosen di kampus. 2 di antaranya menyapaku, sedangkan yang satu sedang sibuk memeriksa tulisan-tulisan para peserta. Pikirku, ia sedang menjadi juri. Terlintas di pikiran, apakah ia akan menyukai tulisanku? Entahlah. Allah yang menggerakkan hatinya untuk memberikan penilaian pada tulisanku.

Kupandangi motorku saat menuruni anak tangga gedung, terlihat kotor. Bagaimana mungkin seorang cewek yang seharusnya bersih malah terlihat kotor (ini motorku yaa). Sungguh, saya malas mencucinya. Dikarenakan tempat parkir yang terbuka di depan kos menyebabkan motorku mudah kotor saat hujan turun. Pasir-pasir hitam akan melengket di setiap body motor. Maka ketika kamu melihat benda kotor, jangan langsung menjudge yak. Seperti motornya bapakku yang selalu terlihat kotor. Sang penguasa dapur malah suka berceramah tentang pemandangan kotor itu. Bapakku hanya menjawab, "Yaa... wajar saja kan kalau motor kotor, itu juga karena yang dilewati setiap hari merupakan jalan empang yang becek. Toh, akan merepotkan saja jika harus selalu dicuci".

Saya berhenti sejenak dulu, sudah adzan isya.

***

Usai sholat isya, saya melanjutkan ketikan ini. Oiya, viewers kamu udah sholat gak pas baca ini? Kalau belum. Tolong kamu sholat dulu sana. Saya gak mau, viewers meninggal dalam keadaan membaca ini lalu belum sholat. Naudzubillah.

Gih, sana sholat.

Sanaaa....

Sholat...

Iya... sholat.

Kamu Islam kan?

Tolonglah jangan hanya Islam KTP.

Tuh, malaikat Rakib dan Atid dari tadi standby mengamatimu.

Sanaa... sholat.

Sungguh, saya tidak tau kapan viewers membaca ini. Namun, saya sangat berterima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan receh ini.

Yaudah, sholat sana...

Yaa... sekarang.

Sana...

Sana...

Ooh... udah yah? Hehe.

Aku sayang viewers karena Allah (jika sudah sholat yak, hehe).

Ok, kita lanjut ceritanya.

Hee... bukannya dari tadi saya bercerita? Hehe.

Ditemani teh botol sosro (meskipun saya lihat berbentuk kotak persegi panjang bukan botol), saya mengetik ini. Teringat, kejadian pas pulang dari SDIT. Saya hampir ditabrak motor yang melaju kencang dari arah depan. Syukurnya, saya masih diselamatkan olehNya. Saat itu, sebenarnya saya hanya diam saja di atas motorku yang sedang bersiap ingin menyebrang ke jalan raya. Ya, posisiku dari lorong.

Sebuah motor melaju kencang, namun saya tak sadar kalau motor itu ternyata mau menuju ke arahku. Bahkan, saat motor itu berpapasan denganku saya tak melihatnya secara jelas. Namun, hal yang membuatku tersadar hempasan angin yang terasa sangat dekat dan kencang. Rasanya, jika saat itu pengedara motor itu meleset dari perkiraannya atau saya yang bergeser ke arahnya. Maka habislah sudah. Syukur-syukur kalau bukan usia kami yang habis. Seperti penyataan ka Lela sebelum kami keluar dari kelas SDIT, "kita tidak tau apakah kita masih hidup esok. Bahkan 2 menit ke depan". Yap, kita sering kali terselamatkan dari mara bahaya. Beberapa kejadian kita sadar (karena melihat dan merasakan) dan beberapa lagi kita tidak tau (tidak sadar). Makasenantiasalah bersyukur dan bertobat pada Allah swt.

Sebelumnya di pagi hari, saya dan teman kosku juga terselamatkan dari kejatuhan tokkek.

Loh kok bisa?

Nah, sayapun juga bertanya-tanya. Kenapa tokkek itu bisa jatuh dari atas kami padahal kan tokkek itu punya kemampuan melekat erat. Apa ia grogi yaaa... saat kami ada di bawahnya yang sedang serius mengamati laptop (sedang mengoreksi tugas temanku di teras kos).

Hmm... sontak saat itu saya teriak. Bayangkan saja kamu lagi serius-seriusnya menatap layar laptop lalu tiba-tiba tokekknya jatuh di keyboard laptop. Saya pun refleks teriak dan menjauh dari tempat kejatuhan tokkek. Hehe.

Maklum saya agak apa yah.... Agak geli saja kalau lihat tokkek. Pun termasuk kecoa, cacing, kodok, katak, ular dan.... Hmm... pokoknya sesuatu yang kurang sedap dipandang mata. Saya akan refleks menjauh. Pun termasuk pada kaum Adam yang over negative, saya akan refleks menjauh dengan cara memblokirnya. Hehe.

Kira-kira, itu tokkeknya kenapa jatuh ya?

Apa ia sedang mencoba menarik perhatian kami? Yang jelas, besok-besok ketika saya menyapu di teras kos(tempat jatuhnya tokkek), saya akan lebih waspada. Mungkin, saya akan menyapu kilat. Hehe.

Loh, kok malah bahas tokkek sih. Kita skip yakkk.

Hmm... lalu ketik apa lagi yah?

Tesisku juga belum selesai. Padahal seharusnya saya sudah mewawancari 3 informanku.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Bantu kami (ya, saya dan viewers) menyelesaikan apa yang kami telah mulai dan memulai apa yang telah kami rencanakan.

Saya berharap ketikan ini segera cukup seribu kata. Soalnya saya ingin segera menguploadnya dan tidur lebih awal. Siapatu di sepertiga malam saya menemukan inspirasi dan mendapatkan ampunan Dari-nya.

Sungguh, viewers saat kamu rutin sholat malam (sholat Tahajjud) kamu akan merasakan ketenangan di awal pagi hingga menjelang tidur. Coba saja.

Iya, coba saja. Haa, lagi-lagi kamu gak tau caranya? Saya rasa banyak di youtube penjelasannya. Tentu, sambil memperhatikan krediblitas si pak Ustad yaa.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Kami (saya dan viewers) tak tahu apa yang akan terjadi ke depan.

Selain tak tahu, kami juga bukan tempe.

Yapp, kata Allah dalam Qur'an kita adalah khalifah di muka bumi. Tolong viewers ketik di google 'manusia sebagai khalifah di muka bumi'. Baca penjelasannya dan pahami maksudnya. Tolong yaa viewers....

Tentu, ini bukan untukku semata tapi untuk viewers.

Sungguh, saya sangat peduli dengan viewersku. Tentu, kepedulianku karena Allah Sang Kasih Sayang. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Sisa, seratus kata. Apa lagi yang harus saya ketik viewers.

Topic udah kemana-mana, tapi entah kalau topic hidayat. Sungguh, saya tidak tahu lagi tempe.

Oiya, viewers. kuharap suatu hari nanti kita bisa berkumpul bersama di Jannah-Nya. Tentu, bersama keluarga dan orang-orang tersayang. Tentu, harapan ini takkan bisa terwujud tanpa kesungguhan ikhtiar untuk mewujudkannya. Viewers, saya harap kita bisa melalukan yang Terbaik untuk Allah. Ya, Pencipta kita.

Viewers, sungguh saat ini saya sedang merindukan dua orang yang diamanahkan oleh Allah untuk merawatku. Hmm... viewers tau siapa orang itu?

Kalau kata Ippho Santosa "Sepasang bidadari". Sungguh, apa yang kamu maksudkan tentang sepasang bidadari belum tentu sama dengan apa yang dimaksukan oleh Ippho Santosa. Penjelasan maksudnya dapat ditemukan di buku Mega Best Sellernya "7 Keajaiban Rezeki". Kapan-kapan baca yak viewers... biar kita sepemikiran, kalau belum sepemikiran setidaknya saling mengerti satu sama lain. Ok, cukup seribu kata. Terima kasih telah membaca hingga tuntas. Sebarkan jika ketikan ini berfaedah meskipun terkesan rangkaian kata receh. Parepare, Sabtu 05 Desember 2020 pukul 

180* DaysWhere stories live. Discover now