#6 Krisis Air Krisis Ide

24 0 0
                                    

Apakah saya melanjutkan cerita kemarin? Tentang si gadis berkhimar pink. Nyatanya saya merasa sedikit terganggu dengan kondisi air di kos.

Krisis air....

Air dan makanan itu sama-sama penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Namun, pada sebagian daerah seperti Sidrap, Wajo saat ini mereka tidak terlalu menyukai air yang masuk ke dalam rumah mereka.

Ya, jika air datang melebihi kapasitas bak yang ada di dalam kamar mandi. Hal ini akan membuat si penghuni rumah merasa khawatir.

Air yang datang berwarna cokelat penuh kuman. Namun, sebagian orang terutama anak-anak kecil, air ini menjadi kabar gembira. Bagaimana tidak mereka bisa melompat ke dalam air ataupun sekedar berbaring di atasnya menggunakan sebuah ban bekas.

Apakah kau pernah memiliki sebuah pengalaman seperti itu?

Saya pernah merasakan tapi tak menggunakan ban, hanya dari gabus bekas kadang juga menggunakan jeregen minyak yang sudah tak terpakai.

Airnya... tentunya airnya tidak berwarna cokelat tapi kumannya tetap ada. Airnya dipenuhi oleh ikan-ikan yang konon selalu dikeluhkan oleh pemiliknya karena tak kunjung besar sesuai keinginan.

Air selalu menarik dan menyeramkan. Seperti genangan air yang tenang, sungguh itu menyeramkan meskipun tanpa hantu. Lalu apa yang membuatnya menyeramkan?

Itu karena pikiran.

Terkadang pikiran yang membuat sesuatu itu indah atau buruk, mudah atau sulit, senang atau sedih.

Karena pikiran juga saya menulis ini.

Karena pikiran juga seseorang bisa bertengkar bahkan saling membunuh. Teringat, pagi ini saya membaca sebuah berita. Seorang mahasiswa membunuh dosennya. Saya yakin mahasiswa itu sudah tidak bisa legi mengendalikan pikirannya yang berujung pada tunduknya ia pada nafsu amarahnya.

Sungguh, pikiran itu bisa berbahaya.

Lalu, bagaimana mengendalikan pikiran? Karena pikiran itu tak terlihat.

Ya, dengan mengingat Sang Pencipta, Penguasa langit, bumi dan seluruh semesta jagat raya.

Mintalah...agar pikiran kita tetap sehat dan selalu pro pada kebaikan.

Lihat, apa yang kamu pakai itu merupakan hasil dari pikiran kamu. Itupun juga berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca indera.

Panca indera yang kadang disia-siakan.

Semoga panca indera kita, kelak akan menjadi saksi pada kebaikan-kebaikan. Tentunya, hal itu terwujud jika kita melakukan kebaikan terlebih dahulu.

***

Rasanya saya selalu ngantuk tiap menghadapkan wajah pada laptop. Namun, anehnya saat saya menghadapkan wajah ke hp malah tidak ngantuk. Saya tau ini tipu daya setan agar saya terhambat untu berkarya.

Setan itu gak suka kalau kita berada pada aktivitas kebaikan. Saya masih ingat kata seseorang,

"kalau kita tidak berada pada aktivitas kebaikan, berarti kita sedang berada pada aktivitas keburukan".

Jadi, silahkan deteksi setiap saat, kamu berada pada aktivitas kategori apa?

Sungguh, dunia ini fana.

Tak kekal abadi. Kelak, akan hancur...

***

Seribu kata, apalagi yang saya tulis?

Intinya hari ini saya banyak bawa pulang oleh-oleh ke kos. Berbagai tugas siap menjadi beban pikiran. Sebisa mungkin saya akan berusaha untuk tidak menganggapnya sebagai beban tapi ini adalah tantangan dan tantangan itu selalu menarik meskipun terdang bikin migraine. Ah, sudahlah...

***

Sebuah tulisan mengingatkanku pada udara segar, kabut dan bunga terompet...

Begini ceritanya...

Lereng Hijau Jennae, Mendamaikan Hatiku Bersamanya.

Berulangkali saya berfikir apakah perkataannku ini akan direspon atau diabaikan. Ketika tugas sudah diujung deadline. Ya, saya diberi tugas sama dosen untuk membuat video tentang wisata ataupun kuliner. Dengan sedikit rasa berat hati, saya menyampaikan kepada sang ayah tentang sesuatu yang membuat saya dilema semalaman.

Mengapa dengan berat hati? Padahal perkataan itu bukanlah sesuatu yang salah. Namun, saya sadar bahwa apa yang saya inginkan dalam perkataanku tidak cocok dengan situasi dan kondisi keluarga saat ini. Suasana duka masih menyelimuti keluarga kami pasca kepergian Sang Nenek untuk selama-lamanya.

Ketika saya menyelesaikan pembicaraanku pada Ayah, tak kusangka ia justru langsung merespon baik dan mengajak pada hari itu juga ke lokasi yang akan menjadi target penyelesaian tugas anak perempuannya. Meskipun saya melihat, raut wajah sang Ibu saat kami ingin berangkat mendakan ketidaksetujuannya. Namun, kepala keluarga Ayah sudah memutuskan bahwa kami akan tetap berangkat. Mengingat perjalanan yang lumayan jauh disertai jalan yang berkelok-kelok menambah rasa khawatir ibuku, perasaan "kalau terjadi apa-apa bagaimana?".

Akhirnya, kami tetap berangkat sambil berharap perjalanan ini akan baik-baik saja dikarenakan niatnya memang bukan untuk hal yang buruk. Lokasi wisata lereng HIjau Jennae yang terletak di kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan menjadi target perjalanan panjang ini. Dengan BIsmillah, kami berangkat menggunakan kendaraan roda dua, motor. Menyusuri jalan yang berkelok-kelok, namun setiap tikungan selalu menyajikan panorama keindahan alam dari Sang Pencipta. Menyadarkanku betapa beruntungnya Aku dilahirkan dalam keluarga ini. Memiliki Ayah yang sangat pengertian dan rela berkorban untuk anaknya.

Ketika kami menemui jalan dengan background keindahan alam yang memukau, Aku segera menghetikan perjalan sejenak agar bisa mengabil foto ataupun video.Menurutku, ini bukan hanya tentang memnuhi kewajiban mengerjakan tugas. Tapi memang setiap moment indah harus diabadikan. Ketika ayah menua dan anaknya ikut bertambah tua, aku ingin ayah melihat hasil dokumentasiku agar ia kembali mengingat kenangan yang membahagiakan itu.


Pada dasarnya, semua manusia akan meninggal pada waktunya sendiri dan kita perlu mengabadikan kenangan agar kelak bukan Cuma kita yang akan mengingat moment indah itu namun anak dan cucu dapat melihat senyum dan rona kebahagiaan kami, bahwa kami harus tetap menikmati hidup yang tak abadi ini.


Lagi-lagi tentang nenekku... biarlah ia terabadikan dengan caraku sendiri. Karena ia belum sempat kuabadikan dengan camera phone.

***

Teringat topic lain, tentang saya suka ikut lomba tapi suka lupa untuk mengecek pengumumannya. Begini ceritanya...

***

Mengapa Memilih, Hayana?

Hayana, sebuah nama yang singkap padat namus sukar diingat, jika kamu gampang ingat berarti Hayana sangat beruntung. Diujung waktu deadline, saya sudah siap untuk tidur. Namun saya teringat dengan janjiku pada salah seorang teman mengharuskan saya membuka e-mail via smartphone. Tiba-tiba saya teringat dengan pencarian 4 pemuda yang ingin menulis, yang sudah berminggu-minggu selalu berada dalam pikiranku setiap hari. Hingga saya baru sadar, bahwa hari ini adalah batas pengumpulan tulisan.

Saya masih ingat dan selalu ingat. Di pengujung tahun 2017, saya menargetkan bisa mempunyai sebuah buku dan saya terkadang masih bingung harus mulai dari mana.

Doa yang selalu kupanjatkan pada-Nya semoga menjadi jalan atas terpilihnya saya sebagai salah satu dari 4 pemuda itu.

Saya ingin menulis tentang sebuah buku tentang hal-hal yang dilupakan oleh orang lain bahkan tidak terpikirkan. Saya ingin menghasilkan tulisan yang berbeda, unik dan memiliki karakternya sendiri (cirri khasnya). Lihat bagaimana Boycandra ataupun Asma Nadia menuangkan gagasannya. Buku-bukunya disukai karena mereka memiliki cirri khas tersendiri. Mereka memiliki karakter unik dalam setiap tulisannya. Membuat tulisan unik tapi tak membosankan. Bagaimana caranya? Saya yakin, setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Saya dengan otak kecilku ini, semoga bisa menghasilkan karya yang bermanfaat bagi para pembaca dan menjadikanku lebih bersyukur dan mengerti akan kehidupan yang hanya sementara ini. J

Oleh: Hayana, seorang gadis yang menyukai tantangan, maksimalkan usaha maksimalkan ibadah dan maksimalkan doa. Jangan lupa maksimalkan taubat, istigfar everyday (sended to email...)

180* DaysWhere stories live. Discover now