Bismillah.
Saya mulai menulis ini pukul 21:05 wita.
Alhamdulillah, saat saya tulis ini saya sudah makan. Meskipun hanya dua sendok nasi. Bukannya tak punya banyak nasi hanya saja hari ini saya sudah kekeyangan dengan kabar baik. Emang bisa nyambung? Bagiku nyambung.
Rencana untuk bangun sekitar pukul 4 pagi, namun saya bangun jam 5 lewat hampir jam 6 pagi. Yaa,,, saya tidak merasakan dering bunyi alarmku. Ini efek tidak tidur cepat. Emang berpengaruh? Bagiku berpengaruh.
Rencana untuk konsul pagi-pagi harus pupus dikarenakan saya baru memperbaiki proposalku. Ternyata memakan waktu lama, ditambah lagi saya harus menyelesaikan job pesanan lain. Yaa sudahlah, ikhlaskan saja sambil tetap melakukan sesuatu.
Sebenarnya sih juga saya kepikiran karena dosen pembimbing pertama saya tidak membalas chat saya tentang keinginan untuk konsul. Namun, saya tetap berusaha untuk datang ke kampus sekitar pukul 2 siang.
Sekitar pukul 2 lewat, entah berapa menit. Saya singgah di tempat print, menunggu beberapa menit ternyata tukang printnya salah print, akhirnya saya menunggu sekitar setengah jam padahal saya sudah janji sama ibu dosen (pemberi job) untuk ke kampus jam 2.
Sambil menatap sayu, kertas yang sementara dicetak dengan rangkaian kata-kata ilmiah. Saya mencoba menatap orang-orang yang lalu lalang di depanku. Lebih tepatnya sih saya sedang mengamati mereka, bukan untuk menghina. Hanya saja bagi saya, setiap orang seperti buku yang mengandung pelajaran, empat sehat lima sempurna. Oops.
Tentunya kamu harus mengamatinya untuk mempelajari sesuatu, bukan dari segi fisik semata. Kamu bisa mengamati dari tingkah lakunya, dari caranya memperlakukan orang lain ataupun caranya memperlakukan benda. Kok benda? Yaiyalah, bukannya kamu bisa menangkap kesan ketika seseorang membanting pintu dengan keras?
Ok, next berikut beberapa hasil pengamatanku, bahwa:
1. Seseorang yang telah akrab akan cenderung bersikap santai bahkan jika ia diperlakukan tidak sopan (seperti nama sapaan). Diantara mereka, sudah tidak ada lagi ketersinggungan satu sama lain. Tapi bukan berarti tak perlu waspada. Karena faktanya banyak pertemanan yang retak hanya karena over akrab lagi keterlaluan (sikap yang tak terkontrol). Akhirnya, muncul deh ketersinggungan. Syukur-syukur kalau akhirnya ketemu happy salma, eh maksudku happy ending. Ini gak ada di jual di toko terdekat yaa. Silahkan dipikirin.
2. Orang bisa berubah karena waktu? Menurutku salah satunya karena lingkungan. Yap, tentunya waktu dan lingkungan saling terkait. Beberapa orang mampu terbawa atau terwarnai oleh lingkungannya termasuk orang di sekitarnya. Namun, tak selamanya juga. Karena beberapa orang justru ia yang mempengaruhi lingkungannya. Jadi, pilihannya harus apa? Balance lah, seimbangkan. Kadang kala kamu harus terwarnai oleh hal-hal baik dan kadang kala kau yang harus mewarnai orang dengan hal-hal baik. Simple kan? Kelihatannya sih. Hehe... tapi tidak ada yang tidak mungkin selama kamu mau dan Allah mengacckan. iya kan?
3. Kesetiaan pada kesukaan. Toh pada awalnya kamu suka A namun kamu menghianati meskipun kamu suka A, pada awalnya yaa. Seperti owner tempat print yang kutempati, saya mengenalnya sejak tahun 2015 saat bergabung dalam salah satu organisasi kampus. Awalnya ia tak mengetahui bahwa saya sebenarnya lebih tinggi tingkat semesternya daripada ia. Hingga suatu hari, ia berteriak tentang informasi yang tak kutampakkan. Hari ini ownernya sibuk dan tidak mengenali saya. Yaa,,, dikenali atau tidak memang sesuatu yang tidak terlalu penting bagiku. Seperti pembaca yang tak mengenaliku secara utuh lagi mendalam. Yang jelas saya suka caranya berbisnis hanya saja ia tidak menyelesaikan apa yang pernah ia mulai (kuliah). Ia sangat setia dengan kesukaanya, dari dulu hingga sekarang. Bahkan meskipun ia sudah bukan lagi mahasiswa, tapi ia telah memperkerjakan mahasiswa. Headlinenya, Mantan mahasiswa punya karyawan mahasiswa. Keren dari sudut lain kan?
Selain itu, hari ini saya mempratekkan 3 kata sakti. Apa itu?
Ikhlas, pasrah dan percaya. Setelah printku selesai, saya menuju ke kampus. Awalnya saya kecewa karena dosen yang kucari tak kutemui. Saya malah ketemu temen posko di halaman kampus. Seketika itu, kenangan berKKN jadi flashback. Meskipun saya bertanya tentang rencananya ke depan, tetap saja otak kecil ini mengingat rencana yang telah berlalu. Seperti reunian di posko mungkin yang selalu hanya sekedar wacana whatsApp.
Ikhlas, pasrah dan percaya. Saya ikhlas karena dosen yang kucari sudah tidak ada di ruangannya. Saya pasrah setelah usaha telah kulakukan. Saya percaya, besok saya bisa kembali dan menemukan mereka. Namun, usaha terakhirku untuk menghubungi dosenku melalui pesan chat whatsapp membuahkan hasil. Manis lagi lezat, eh bukan buah sih tapi rasa situasinya seperti itu. hehe.
Ada dua dosen yang menjadi target pencarianku. Dosen pertama berkata 'boleh' saat kutanyakan untuk kesediaannya menerima revisi proposalku. Dosen kedua, menginformasikan lokasi keberadaanya saat sebelumnya saya mencari-cari keberadaanya.
Pasrah, saat saya pasrah kalau dosen pertama sudah pulang ke rumahnya. Beliau malah datang menghampiri di gedung tempat saya berdiri. Seketika dag dig dug ser dan bertanya-tanya apakah saya akan diberikan tanda tangannya? Tanda tangan yang membuatku keluar dari zona nyaman rumahku, menempuh jarak 100km, melewati mobil 10 ban hingga harus menikmati makanan apa adanya dengan cara yang sesederhana mungkin. Sesederhana nama penulis.
Pasrah, saat dosen keduaku memutuskan untuk pergi dari tempat duduknya. Namun saya kembali bertemu dengannya, setelah sebelumnya saya dirangkul oleh seorang ibu dosen lain karena merasa tidak enak gara-gara saya batal ikut dengannya ke gunung Latimojong. Berkali-kali, saya ucapkan padanya bahwa 'tidak apa-apa bu' dan memang tidak apa-apa. Toh saya saya yakin ketidak pergianku ke Latimojong membuatku malah punya kenalan baru.
Ya, karena saya tidak jadi ke Latimojong saya pun mengikuti sebuah kegiatan training yang dibawakan oleh diri sendiri. Usai kegiatan training lebih tepatnya sih hanya sekedar sharing, seorang ibu menyodorkan amplop putih. Dengan sigap saya menolaknya. Bukannya apa, karena saya rasa pas sharing saya belum maksimal.
Yakin, saya yakin hari esok masih ada hal baik selama kau tetap bernafas dan melakukan yang terbaik sesuai versimu, bukan versi penulis apalagi kritikus. hehe.
Bernafaslah dengan ikhlas.
Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim. [Parepare, Selasa 21 July 2020|21:40 wita].
YOU ARE READING
180* Days
RandomSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...