Munajat.01

3 0 0
                                    

Bismillah.

"Lagi-lagi saya tak mendengar alarmku. Padahal sudah kuatur dua kali bunyi. Tetap saja tidak kerasa. Ini akibat Aku tidur larut malam," batin Cenning dalam hati yang penuh penyesalan.

Cenning bangkit dari tidurnya, lalu bergegas ke kamar mandi. Bukan untuk mandi tapi untuk berwudhu agar bisa menunaikan shalat subuh.

Cenning, selalu saja menyesalkan diri jika tidak bisa sholat subuh tepat waktu. Karena banyaknya keistimewaan saat seseorang bisa shalat subuh apalagi jika ditambah shalat sunnah sebelum subuh.

Hmm..... apakah saya harus menulis seribu kata dengan model seperti itu?

Atau tetap menulisnya dengan gaya yang seperti ini (bak buku diary). Eh, memang sih ini buku diary tapi bersifat umum. Siapa saja boleh membacanya, menyebarkannya, mengomentarinya bahkan mengkritisinya.

Sepertinya saya lebih nyaman bercerita seperti ini dibandingkan harus bercerita seperti paragraph awal. Menurutmu bagaimana readers? Bagusan yang mana?

Kipas Miyako berputar swing. Sebenarnya saya merasa mengantuk. Tapi, kutahan ngantukku agar tidak kebablasan menikmati tidur siang. Maklum untuk tidur cepat, saya mesti tidak tidur siang. Ya, begitu tekniknya.

Setelah menyelesaikan sebuah video yang sudah lama bersembunyi di pikiran, hatiku pun merasa lega. Ini seperti janji yang tertunaikan, plong...

Masih ada beberapa video yang harus saya selesaikan. Tentu, harus segera diselesaikan, agar hati ini semakin ringan seringan awan. Eh,,, emangnya ringan yak?

Kelihatannya sih. Hehe

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Sebenarnya saya ingin sekali pulang ke rumah. Tapi, saya juga ragu untuk pulang. Mengingat namaku masuk dalam antrian peserta seminar hasil penelitian. Tentu, kalau saya pulang lalu tiba-tiba jadwal keluar.... Hmmm... berarti saya harus kembali menempuh perjalanan 100 km lagi. Gak apa-apa sih kalau jedanya seminggu tapi kalau baru dua hari yaa.... Nanggung sekali rasanya.

Oiya, sampai sekarang pidato Direktur Pascasarjana IAIN Parepare Dr. Mahsyar masih selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Apa itu?

Katanya jadilah manusia yang berbahagia dan senantiasalah bermunajat kepada Allah.

BERMUNAJAT. Seolah-olah kita harus bersungguh-sungguh berbisik pada Allah tentang segala keluh kesah yang ada di hati dan otak.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Mungkin hati ini sering berdoa kepadaMu namun terkadang karena dikejar waktu hati sering lalai dari rasa khusyu' berdoa.

Bagaimana mungkin, kita ingin doa dikabulkan tetapi tidak berdoa dengan sepenuh hati. Pun, jika doa belum terkabulkan itu berarti kamu dituntut untuk bersabar atau kamu akan digantikan dengan pilihan yang lebih baik lagi. Ingat, manusia itu hanya sok tau bukan Maha Mengetahui. Tak pantas rasanya selalu berpikir negative (suudzon) PadaNya di tengah keterbatasan pengetahuan.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Engkau Maha Adil. Bagaimana hati yang kecewa, Engkau menjadikan sesorang yang menjadi penyebab juga merasakan kekecewaan hati. Saya benar-benar tak menyangka dengan kejadian kemarin.

Yap, semoga Allah menyudahi rasa kecewanya karena sayapun telah menyudahi terlebih dahulu.

Beberapa keadilan yang terjadi dalam hidup kita, kadang kala ditunjukkan secara langsung di hadapan kita. Beberapa lagi, tersembunyi dan tak pernah kita ketahui.

Coba deh amati. Apa yang terjdi dalam hidupmu barangkali merupakan konsekuensi atas apa yang perbuat. Tentu ini berdasarkan WS. Az Zalzalah ayat 7 dan 8.

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, maka ia akan melihat balasannya. Dana barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat biji zarrah, maka niscaya ia akan melihat balasannya".

Bagaimana readers? Coba diingat-diingat lagi. Kebaikan apa yang pernah kita lakukan sehingga hari-hari kita dipenuhi dengan rezeki atau dipenuhi kabar-kabar baik ataupun keselamatan raga? Dan seberapa sering kita mendapatkan musibah saat raga dan jiwa sedang lalai DariNya?

Tentu, musibah yang didapatkan tidak melulu pertanda pembalasan (sebab akibat). Tapi kadang kala seperti ujian yang akan berdampak pada level ketakwaan seseorang.

***

Angin bertiup sepoi melalui kipas Miyako. Sepertinya, saya berhasil dibuatnya lebih mengantuk.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Bantu diri yang lemah ini agar sanggup melawan bisikan penundaan. Kau harus kuat melawannya bahkan mengusir dari dirimu sendiri.

Saya cerita apalagi ya readers?

Kipas terus saja berputar. Namun, terdengar suara rintik hujan di luar rumah. Rasanya saya ingin menari di bawah hujan. Eh, maksudku saya mau hujan-hujanan tentu tidak menari. Karena akan terlihat aneh kala saya melakukan itu di depan kosku.

Hadirnya hujan membuat penyakit homesickku jadi kumat. Syukur, bukan stadium akhir. Terlintas sajian kue-kue menggugah selera di kala hujan menyapa.

Berkumpul dengan keluarga dengan makanan manis asing dan teh hangat adalah salah satu kebahagiaan yang sangat bernilai. Yap, meskipun nilainya bukan angka.

Saya menguap dan mencoba menahannya dengan tangan kiri. Konon, kalau kita menguap itu berarti ada jin yang sedang menggoda kita. Mungkinkah?

Apa readers sudah tahu, bahwa setiap kita selalu ada jin yang mengikuti. Tunggu, saya tanya omku, om kita, om gugel.

***

Eh, saya tidak menemukan. Ada sih tapi krediblitas linknya diragukan apalagi bukan pendapat tokoh agama Islam. Yaudah, skip saja.

Barusan dapat saran atas video yang tadi pagi saya edit. Katanya, lagunya diganti. Memang benar sih bukan lagu nasionalis, tapi rasanya akan berbeda feel saat saya mengganti lagunya.

Bagi saya dalam mengedit itu backsound adalah patokan pertama. Karena pergerakan gambar akan mengikuti ritme gambar yang ditampilkan. Kalau diganti itu artinya saya akan mengedit ulang. Backsound itu seperti cetakan. Bagaimana readers?

Hmm...

Saya sedang berpikir harus mengetik apa lagi. Rasanya beberapa bulan ini, kecerdasan emosionalku sedang diuji. Apa yang saya kerjakan selalu harus diulang beberapa kali. Tentu, sebenarnya hal baik karena kamu diberikan kesempatan untuk memperbaiki lebih baik lagi.

Bukannya dulu waktu semasa SMK, seringkali tugasmu harus kau setor ulang. Karena gurunya Pak Jayadi (salah satu guru favoriteku) mengatakan "ulang lagi, Hayana. Ulang lagi". Guruku seolah yakin bahwa saya bisa berkarya lebih dari itu. Tentu, awalnya bikin sesak tapi ternyata malah menghasilkan ketekunan, kesabaran, dan sikap pantang menyerah. Yap, kau dituntut untuk memperbaiki lagi dan lagi.

Bagaimana dengannmu readers? Apa pernah kamu mengerjakan sesuatu lalu disuruh ulang?

Oiya, apa kamu pernah gak sih mengulang sholatmu saat kamu merasa sholatmu itu tidak berkualitas?

Bayangkan kamu menghadap ke Allah tapi sholatmu asal-asalan, asal gugur kewajiban, asal selesai. Padahal kita sedang menghadap pada Sang Maha Kuasa, Sang Pencipta kita. Betapa kurang ajarnya kita, jika kita tak bersujud padaNya dengan kualitas sujud yang terbaik. Maksudku sih... sudah sekhusyu' apa sholat kita?

Sayapun sendiri masih suka lalai dan ini menjadi tugas penting yang harus segera diperbaiki. Bukankah banyak quote yang tersebar di media sosial bahwa "jika kamu ingin memperbaiki hidupmu, maka perbaikilah sholatmu". Tentu ini menjadi pengingat bagi kita, jangan-jangan sholat kita hanya sekedar sholat. Asal-asalan. Astagfirullah....

[Parepare, 03 November 2020, pukul 14:37 wita]

180* DaysWhere stories live. Discover now