Bismillah,
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Pergantian work instrument benar-benar menguji kesabaranku. Ke depan, saya harus ekstra sabar dan pandai-pandai mengatur waktu di tengah gempuran instruksi yang berlapis-lapis dan penuh dadakan.
Saya harap suasana ini segera berganti meskipun baru dimulai. Bukannya menghindari tantangan, tetapi saya merasa ini kurang berimpact secara social dan menyeluruh, impactnya hanya segelintir orang dan bukan yang paling membutuhkan.
Suara radio masjid terdengar jelas saat saya mengetik ini pada pukul 04:41 Wita. Berencana untuk sahur tetapi ternyata saya lupa masak nasi, maka puasa sunnah pun terpending meski niat baiknya sudah dicatat oleh malaikat Rakib.
Menjelang subuh, sebenarnya waktu yang sangat mustajab untuk berighstigfar.
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah...
Waktu ini memiliki keisitmewaan, ustad Adi Hidayat biasa menjelaskannya dengan menyebut waktu Saffar. Saya tidak bisa menjelaskan secara utuh, setelah membaca ini cobalah mengunjungi youtube lalu search waktu saffar atau waktu mustajab sebelum fajar.
Lampu timberlake berkerlap-kerlip, pikiranku sebenarnya kemana-mana tapi ia lebih menguat ke arah rumah. Besok lusa, saya akan pulang. Hal yang sederhana tapi paling membahagiakan. Moment yang selalu kutunggu tiap berganti bulan.
Adzan subuh berkumandang. Saya tau, bahwa meskipun suaranya lantang tapi tak semua pemilik indera pendengaran mampu mendengarnya. Terlebih lagi bagi mereka yang tertidur pulas.
Apa hanya saya yang merasa suka ingin menangis ketika mendengar suara adzan?
Why?
Tunggu saya tunda dulu, untuk menunaikan kewajiban.
Ok, lanjut.
Deretan semut mirip kereta api melintas isi lemariku, kuambil kapur bagus anti serangga dan kuhalau jalan mereka. Sepertinya tindakanku keliru tapi mereka memasuki isi pakaianku. Tapi, setidaknya deretan semua itu akan pindah tempat yang tak mengganggu pandanganku.
Suara ayam menggantikan suara radio masjid, berkokok saling bersahutan. Mungkin mereka berusaha membangunkan setiap orang yang masih terlelap. Namun, jangankan suara kokok ayam, suara alarm dekat telinganya pun kadang dimatikan (nah, termasuk saya). Bahkan meskipun alarmnya sudah berlapis-lapis lapis tetap saja disilentkan atau dijeda.
Memang yah, kalau ngantuk enak sekali tidur.
Ini salah satu nikmat yang tidak boleh luput dari kesyukuran sekaligus menjadi ujian disaat waktu-waktu tertentu. Soalnya kan ada beberapa kita yang malah susah tidur atau insomnia. Pikirannya kemana-kemana dan terlalu gelisah hingga terlelap pun terasa sulit.
Alhamdulillah bagi kita yang meskipun banyak pikiran, banyak kegelisahan tetapi mata tetap bisa tertidur lelap bahkan sulit bangun.
Pandangan ku menuju pada sebuah tulisan di pintu lemari. Entah kapan saya menulisnya. Kata-katanya tertulis begini...
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kau tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang," Qs. An- Nahl ayat 18.
Sepertinya saya benar-benar harus berkomitmen menyegerakan membeli buku tafsir. Kamu tau kan? Akan lebih bagus jika kita memahami terjemahan ayat berdasarkan tafsirnya. Kita akan mengetahui sebab akibat turunnya ayat termasuk hikmah (pembelajaran) secara rinci terhadap setiap ayat.
Kita mampu membeli smartphone jutaan, lalu soal ilmu akherat.... Kapan-kapan saja. ;-( ini singgungan untuk saya pribadi yakkk. Kalaupun pembaca juga tersinggung, lebih bagus lagi. Biar kita sama-sama tersinggung meskipun bukan singgungan garis phytagoras.
Kelopak mataku terasa berat, sepertinya setan mulai membisikkan godaan untuk tidur pagi. Waktu menunjukkan puku 05:44. Apakah saya akan didahului deadline kembali? Padahal kemarin saya baru mulai satu lagi. Bisa-bisa saya hanya akan tetap berada di angka satu tanpa bergerak kemana-mana karena sering didahului waktu deadline.
Saya mencoba untuk tidak bertanya, saya ketik apa lagi? Tapi sepertinya barusan saya mengetiknya.
Keyboard laptop yang hang-hang membuatku kadang menekan keyboard double soalnya beberapa tombol huruf kadang tidak berfungsi. Ini menjadi salah satu tantangan dalam mengetik.
Rencana ingin pergi memperbaiki, selalu saja tertunda dengan alasan "Saya takut kalau waktu servicenya lama padahal masih banyak yang ingin dikerjakan dengan support laptop".
Saya kembali mengecek, jam smartphone. Namun, rasanya perutku merasa lapar dan seribu kata belum cukup.
Banyak hal yang menanti setelah ini, tugas proposal tesis yang deadline hari ini, tumpukan pakaian yang siap dilipat. Semakin banyak tugas deadline, maka akan mempengaruhi kerapian kamarku. Begitulah hipotesisnya.
Hari ini saya harus menarget apa yang ingin saya selesaikan.
Kalau tidak ditarget, maka tidak selesai-selesai.
Dan tentunya,,, "Penundaan akan memperpanjang kegalauan".
Menunda waktu selesainya sebuah tugas, maka kamu akan semakin memiliki waktu kegalauan yang lebih panjang lagi.
Mau?
Gakk kan.
Pandanganku menoleh ke kanan dan terlihat tulisan "Thank You. Kamu tidak mengeluh,".
Jika kamu masuk ke dalam kamarku, maka kamu akan menjadi pembaca dinding. Hampir setiap dinding dipenuhi kata-kata positive bahkan lemari dan ricecookerku pun tidak luput dari ulah jemariku ini.
Saya suka sekali menulis kata-kata motivasi. Karena memang ini sangat penting agar terhindar dari perasaan letih, lesu, lunglai. Tapi terlepas dari kata-kata motivasi, kepercayaan terhadapNYa jauh lebih penting dan berguna. Kalau kita yakin Pada-Nya maka semuanya akan aman meskipun kamu sedang dalam kondisi yang paling terpuruk.
Tanganku kembali melihat jam smartphone. Tersisa 5 menit lagi. Saya selipkan saja, tiga paragraph hasil pikiranku kemarin yang akan menjadi latar belakang dari proposal tesisku.
Ada perbedaan mencolok ketika para jamaah haji pulang ke Indonesia khususnya haji yang memiliki identitas bersuku Bugis. Dibandingkan suku lainnya, haji Bugis tampil lebih glamor dengan pakaian dan perhiasan yang dikenakan. Terlebih lagi jika haji Bugis ini sedang menghadiri pesta pernikahan. Haji Bugis akan menarik perhatian bagi setiap tamu yang hadir.
Di pengujung tahun 2019, sebuah video yang diunggah pada laman social media facebook menjadi sorotan bahkan beberapa akun youtube mengedit dan mempublish kembali dengan mengemas layaknya sebuah berita. Dalam video tersebut beberapa ibu-bu dengan memakai songkok haji tampak asik bergoyang menikmati lagu yang dilatungkan oleh temannya sendiri. Postingan tersebut berhasil mendapatkan ribuan like dan dishare.
Trend Haji gaul mulai menyebar kepada setiap masyarakat, meskipun tidak semuanya. Beberapa haji Bugis mulai eksis menggunakan akun facebook. Berbagai postingan seperti haji Bugis yang memakai kalung dan gelang emas yang bersusun-susun melekat pada tubuhnya. Hal ini sukses mengundang perhatian pengguna akun facebook lain.
***
Masih kurang. Saya mengetik apa lagi? Tersisa dua menit.
Tapi intinya, terima kasih telah membaca tulisan retjeh ini. Jangan bosan dan jangan takut memberikan komentar. Semoga berfaedah, meski isinya gak terlalu berkualitas banget. Tapi setidaknya semoga tidak membosankan dan punya nilai-nilai kecil yang dapat menjadi bahan renungan. Agar kita semakin sadar tentang kenapa kita harus hidup dan untuk siapa? Penting sekali menemukan dua pertanyaan tersebut. Karena ini akan menentukan tindakan kita kedepannya. Ok, sedikit lagi cukup seribu. Dan akhirnya cukup.
Sekian,...
YOU ARE READING
180* Days
De TodoSeribu Kata selama Seratus delapan puluh hari. Jika ada satu hari terlewatkan tidak menulis, maka ulangi lagi meskipun sudah di hari seribu tujuh puluh sembilan. Saya mencoba mengikuti saran Tere Liye, saya harap suatu hari ia akan membaca tulisan i...