Enjoy this story
Hari pun berganti, hari di mana semua murid sangat malas. Hari apa lagi kalau bukan hari Senin, berjemur di bawah terik matahari yang sangat menyengat.
Mentari dan Farez sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah, tidak lupa sebelum berangkat mereka sarapan dulu.
Pagi ini tidak lagi diawali dengan drama ala Farez, mungkin kedua rubah itu sudah tidak tahan lagi atau mungkin otak mereka telah diservis kembali.
Entahlah, mereka tidak penting sama sekali untuk dibahas.
"Naik cepetan," ujar Farez.
Tanpa banyak kata lagi Mentari langsung naik ke atas motor milik Farez, tempat di mana banyak cewek berkhayal bisa naik ke motor itu.
Bukan motornya yang mereka suka tapi pengendaranya, ganteng dan cool. Bukankah dia idaman para kaum hawa? Tentu saja, siapa yang tidak suka.
Mungkin dari 100% hanya 85% menyukai wajahnya, selebihnya hanya hartanya saja.
***
Upacara telah dimulai, namun kepala sekolah sama sekali belum ada niat untuk mengakhiri pidatonya yang sangat membosankan itu. Setiap upacara hanya itu saja yang dia bahas, apa dia kira semua murid tidak bosan?
"Lama banget, mentang-mentang dia berdiri di bawah pohon dia seenaknya," gumam Farez kesal.
Panas matahari pagi ini sungguh menyengat, matahari pagi ini sangat agresif menurutnya.
Dirinya sudah perawatan setiap hari tapi tetap saja sepertinya semuanya percuma.
"PAK, MAU SAMPAI KAPAN BAPAK NGOMONG TERUS? PANAS NIH, BAPAK ENAK BERDIRI DI BAWAH POHON. SEDANGKAN KITA DI BAWAH TERIK MATAHARI, EMANGNYA BAPAK KIRA KITA MANUSIA MATI RASA APA," teriak Farez dengan sangat lantang.
Semua pandangan murid dan guru beralih padanya, ah akhirnya ada satu manusia yang menjadi penyelamat mereka pagi ini.
Karena biasanya Farez tidak mengikuti upacara tapi tumben sekali hari ini dia ikut, mungkin dia salah makan atau dia kerasukan jin baik.
"BAIK, UPACARA PAGI INI SAYA AKHIRI. DAN KALIAN BOLEH BUBAR," ujar Kepsek dengan lantang.
Semua guru dan murid bernapas lega, akhirnya mereka terbebas dari pidato menyebalkan ini.
Semua barisan dibubarkan membuat seluruh murid berhamburan selayaknya semut berpakaian abu-abu sedang berhamburan mencari makanan.
Ricuh dan rusuh, itu yang menggambarkan keadaan sekarang.
Kantin yang ada di sekolah ini dipenuhi dengan semua murid yang kehausan, seperti vampir yang kehausan darah.
Sama halnya dengan Farez dkk dan Mentari dkk, semakin hari kedua perkumpulan itu semakin akrab. Tidak ada lagi rasa canggung dan gugup saat berpapasan.
"Gak lama lagi bakal ujian, kira-kira kalian ada request gak buat liburan kemana sebelum kita berpisah untuk meraih cita-cita,"ujar Davan berlagak serius.
"Ujian belum dimulai, gak usah sombong buat mikirin liburan kemana. Kali aja pas udah nentuin eh lo gak lulus, kan gak lucu," ujar Farel.
"Gak usah doain yang gak baik dong, lo sebagai teman harus mendukung sesama teman," ujar Davan.
"Nanti aja bahas gituan, lagian gak penting juga," ujar Langit.
"Mulut lo, ntar giliran udah mau jalan lo paling heboh," semprot Aland.
"Gak usah ngatain sesama teman, kita ini sama," ujar Langit.
"Mikirin itu nanti aja, nih para cewek banyak. Tinggal suruh mereka cari tempat aja," ujar Farez.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACA
Подростковая литератураALFAREZI by ferayarayaya [ Teenfiction-Humor-Romance] Hai pembaca baru, selamat datang di cerita ini. Saya harap kalian bisa menikmati dan menyukai cerita ini, squelnya bisa dibaca terpisah ya bestie🧡 Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak da...