Pliss jangan baper dulu ya kawan, tahan senyum ya😌
Enjoy this story
Farez menyusul Mentari yang belum jauh dari pandangannya, ternyata Mentari pergi kesebuah taman yang ada di dekat rumah sakit.
Farez bisa mendengar suara isak tangis Mentari, entah mengapa dia tidak tahan mendengar itu. Dia juga ikut sedih melihat Ciranya menangis.
Farez langsung duduk disebelah Mentari, diam sejenak menunggu Mentari menumpahkan semua kesedihannya.
"Gak usah nangis lagi ih, lo gak cocok tau kalau nangis terus," ujar Farez.
"Kenapa sih Rez, setiap gue mau bahagia pasti ada aja kendalanya," ujar Mentari dengan isakan kecil.
"Kata siapa, mungkin ini cobaan buat lo. Kata Tuhan, lo gak boleh langsung percaya semua hal yang lo lihat, harus dipikirkan dengan matang dulu jangan cepat ambil keputusan dan jangan terbawa suasana," ujar Farez.
"Tapi gue baru aja rasain punya keluarga Rez, rasanya gak adil kalau cuman sehari doang gue rasain itu," ujar Mentari.
Farez langsung mendekap erat tubuh Mentari, mengelus rambut Mentari dengan lembut seolah tau apa yang Mentari rasakan. Hatinya ikut sakit, pikirannya kacau, emosinya pun semakin menggebu-gebu ingin segera dilampiaskan.
"Gak usah pikirin mereka, lo masih punya gue, masih punya Ayah, masih punya teman-teman kita yang lain. Kita semua keluarga lo. Gue, ada gue Ra. Ada gue tempat lo ngadu, ada gue tempat sandaran lo, kesini ke gue kalau lo butuh seseorang. Guna apa gue ada didekat lo coba, hm. Biarin aja mereka benci lo, biarin mereka marahin lo, ada gue ada gue yang bakal balas mereka. Lo gak perlu nangis karena mereka yang sama sekali gak peduli sama lo," ujar Farez panjang lebar.
"Mereka gak ngertiin perasaan gue, jelas-jelas mereka tau gimana kejadiannya, mereka lihat pakai mata kepala mereka sendiri," ujar Mentari dengan suara lirih.
"Mereka gak ada otak, ngapain nangisin orang gila kan. Jadi sekarang berhenti nangis," ujar Farez sambil menghapus air mata Mentari.
"Makasih," ujar Mentari dengan senyuman.
"Gak usah makasih, ini emang harus gue lakuin buat lo, cuman buat lo," balas Farez.
***
Farez membawa Mentari langsung pulang ke rumah untuk segera istirahat.
Keadaan mansion yang cukup sepi, ya cukup sepi karena masih ada beberapa maid yang masih nonton sinetron.
Farez dan Mentari langsung masuk ke kamar mereka karena percuma jika menyapa para maid, mereka tidak akan mendengar mereka karena para maid sangat fokus menonton.
Setelah berganti pakaian, Mentari tidak langsung tidur, dia memilih untuk duduk di balkon kamarnya untuk mengenang kebersamaan bersama keluarganya beberapa hari ini.
Mengingat itu semua membuat Mentari sedih dan kembali menangis, tangisan pilu terdengar sampai ke kamar Farez.
"Kenapa mereka datang kalau cuman jadiin gue pelampiasan, gue kira cuman doi doang yang bisa gitu. Giliran yang utama datang, gue disingkirkan. Padahal gue cuman mau rasain kasih sayang orang tua doang, tapi mereka seenaknya bentak-bentak gue, ngejek gue lagi. Mulut mereka belum kena robek dari Ayah sih," ujar Mentari sambil terisak sedih.
"Sok segala jadi orang humoris, padahal aslinya batu karang. Munafik banget jadi orang, gini amat punya keluarga."
Farez mendengar itu semua, ada rasa sedih, ada juga rasa ingin tertawa mendengar itu semua. Lucu sekali gadisnya ini. Eh gadisnya? Em mungkin sebentar lagi dia akan menjadikan Mentari miliknya, hanya miliknya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACA
Teen FictionALFAREZI by ferayarayaya [ Teenfiction-Humor-Romance] Hai pembaca baru, selamat datang di cerita ini. Saya harap kalian bisa menikmati dan menyukai cerita ini, squelnya bisa dibaca terpisah ya bestie🧡 Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak da...