•23• ADITYA

6.8K 592 15
                                    

Enjoy this story

Aditya Baraq, siapa yang tidak kenal Adit. Seorang wakil ketua geng Tigris sekaligus ketua OSIS SMA Angkasa, memiliki paras yang tak kalah tampan dengan Farez.

Namun sayang, Adit adalah orang yang kaku dan juga dingin. Dia tidak seperti Farez sesekali konyol, dia hanya bisa menampilkan wajah datar tanpa ekspresi apapun.

"Adit, Papa mau bicara penting sama kamu," ujar seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Bisma, Papa Adit.

"Mau bicara apa lagi Pa? Masalah perusahaan lagi? Adit bosan Pa, Adit masih SMA. Masih terlalu muda buat pusing tentang masalah kantor, please Papa ngertiin Adit dikit," ujar Adit.

"Kamu satu-satunya pewaris Papa, ke siapa lagi Papa akan mewariskan semuanya kalau bukan kamu? Kamu harus bisa belajar dari sekarang, sebelum kamu benar-benar mewarisi semuanya," ujar Bisma.

"Tapi Adit juga masih butuh waktu bermain Pa, Papa jangan seenaknya dong. Papa udah jarang pulang, sekalinya pulang bukan bikin senang tapi bikin Adit tertekan. Apa Papa gak bisa mengerti perasaan Adit? Kalau bisa memilih, lebih baik Adit hidup sederhana tapi bahagia. Daripada hidup mewah tapi gak pernah dapat kasih sayang orang tua, Adit seperti anak yang gak punya orang tua aja Pa. Miris memang hidup Adit," geram Adit diakhiri tawa sinis.

Mama Adit hanya bisa berdiam diri sambil mengeluarkan air mata.

Bisma juga terdiam mendengar ucapan Adit, memang benar semua yang Adit katakan. Dia dan istrinya jarang pulang ke rumah karena urusan pekerjaan mereka, tapi mereka melakukan itu semua untuk memenuhinya kebutuhan Adit.

"Papa kerja Dit, itu semua untuk kamu," ujar Bisma.

"Adit tau, Adit sangat tau itu. Tapi gak selamanya kebutuhan Adit hanya bisa dipenuhi dengan uang dan uang. Adit juga butuh kasih sayang, Adit juga butuh perhatian Papa sama mama, Adit butuh dukungan dari kalian. Papa pernah pikirin itu semua? Gak, Papa hanya pikir uang, uang, uang dan uang aja," marah Adit.

Dia sudah terlalu lelah dengan semuanya, dia juga butuh sosok orang tua dalam hidupnya.

Sejak kecil dia hanya tinggal dengan pembantu, orang tuanya datang sebulan sekali saja.

Untuk apa dia lahir jika hidupnya seperti tidak memiliki orang tua, begitu pikirannya.

Adit yang emosi pergi dari rumahnya, meninggalkan kedua orang tuanya yang masih terdiam kaku mendengar bentakan Adit barusan.

POV Adit

Gue udah nahan buat gak bentak mereka tapi mereka selalu pancing gue buat berkata kasar, mereka kira gue apaan harus ikut semua kemauan mereka. Kalau gitu beli aja robot dari Jepang biar ikut semua mau mereka, dikira otak gue otak google apa.

Punya orang tua tapi kayak gak punya orang tua, pulang sebulan sekali. Kayak gak punya otak aja, kalau kayak gini mending gak usah punya anak kali. Curiga gue, jangan-jangan gue ada nih karena paksaan doang. Secara kakek gue ngebet punya cucu terus.

Gue akhirnya milih buat keluar dulu jalan-jalan malam, sekalian makan deh lapar.

Biarin mereka makan sendiri, bodo amat.

POV end

Adit keluar dengan motor sport miliknya, keluar dari kompleks perumahannya.

Mengendarai motor dengan kecepatan sedang saja, kalau kecepatan tinggi yang ada dia bisa masuk angin.

"Makan dulu deh," ujar Adit.

Adit pun turun dan berjalan menuju sebuah pedagang pinggir jalan dan memesan makanan.

ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang