•47• SAATNYA BERAKSI

4.2K 441 11
                                    

Enjoy this story

"Gue setuju, kita tinggal dulu disini untuk sementara waktu sampai kita bisa dapat tempat tinggal baru yang pastinya lebih mewah. Sekalian keliling dulu, siapa tau ada inspirasi buat copy paste desain mansion ini," ujar Tian.

"Dari dulu kan lo emang gak kreatif, taunya cuman salin pekerjaan orang lain. Otak dangkal," cibir Alta.

"Gak usah diperjelas juga dong, malu sama generasi muda," ujar Tian.

"Biarin, biar mereka tau betapa gobloknya lo," ujar Alta tanpa beban.

"Nanti sifat gue malah jadi motivasi buat mereka, mereka yang masih jadi beban. Udah rebahan doang, scroll tiktok sama Instagram. Udah gitu suka dighosting lagi," ujar Tian.

"Lah, si tukang ghosting kan pasti dapat karmanya. Tuhan mah maha adil," ujar Alta.

"Udah deh diam, bukannya istirahat. Cape nih," ujar Raja.

"Cape apa kamu? Dari tadi duduk aja juga, gak kerja apa-apa," ujar Tian.

"Cape dengar suara orang tua, debat mulu kerjaannya. Heran," ujar Raja.

***

Malam pun tiba, Moza dan Mentari beserta para maid sedang menyiapkan makanan yang cukup banyak karena akan ada tamu tidak ada akhlak yang datang ke Mansion Alta.

Alta memang sengaja mengundang semua teman-temannya saat sekolah, teman akrab aja untuk datang ke Mansion tanpa terkecuali Bara dan keluarganya.

Alta bilang pada mereka bahwa dia memiliki sebuah hadiah untuk mereka semua, tentu saja hal itu membuat semua teman-teman Alta heboh karena ini pertama kalinya Alta memberikan mereka sebuah hadiah.

Mereka sudah berkhayal kalau Alta memberikan mereka mobil mewah, Mansion mewah, tiket liburan bahkan sebagian aset kekayaan Alta.

"Pada heboh semua, anjir. Dasar ya mereka dari dulu gak berubah," ujar Tian.

"Kayak gak tau aja lo, mereka kan mata duitan. Padahal udah tua, tapi gak tau diri," ujar Alta.

"Biasalah, udah tua tapi menolak untuk tua," ujar Tian.

***

Hari sudah mulai malam, teman-teman Alta sudah mulai berdatangan bersama dengan istri dan anak mereka.

Moza beserta keluarga kecilnya sedang berada di dalam kamar untuk mempersiapkan diri mereka agar terlihat cetar membahana saat bertemu dengan rakyat buluk.

"Hai bestie, apa kabar?" Tanya  Aldo bapaknya Langit.

"Gak usah alay," balas Alta sinis.

"Aduh bestie, makin tua makin dingin ya," celetuk Faldi bapaknya Aland.

"Bacot lo, babi," sentak Alta.

"Tau nih, udah tua juga sukanya ganggu orang. Nanti dibalas eh kena mental, nangis, sok dramatis. Ujung-ujungnya disuruh traktir dengan alibi ganti rugi, emang dasar tua," cibir Farez.

Para orang tua yang disitu hanya melongo mendengar cibiran Farez, auto kena mental mereka.

"Gak bapak, gak anak sama aja," ujar Gerald, bapaknya Farel.

"Makanya, udah tau anak sama bapak sensian masih aja diganggu. Herman gue," ujar Tisa, bininya Faldi.

"Heh, tisu. Nama gue gak usah lo bawa-bawa juga setan," gertak Herman, bapaknya Davan.

"Maaf bestai, nama lo terlalu gampang buat gue inget," ujar Tisa sambil cengengesan gak jelas.

"Kita gak disuruh duduk nih? Kaki aku pegel nih, maklum orang kaya," ujar Syifa, taulah siapa.

ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang