"Mentari"
Gadis yang mendengar namanya dipanggil menoleh ke belakang, ternyata disana ada teman-temannya yang sedang berkumpul di sebuah Cafe tempat dia bekerja.
Mentari Archiera Ghazala, gadis yang kerap disapa Mentari merupakan gadis pekerja keras dan mandiri. Sejak kecil dia sudah terbiasa bekerja dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendiri, dia tidak pernah merasakan seperti apa kasih sayang orang tua.
"Tumben kalian kesini," tanya Mentari.
"Kita kan pengen ketemu kau oon, habisnya diajak hangout gak bisa," sahut salah satu teman Mentari, Elora Amarise. Gadis super cerewet dan bawel. Elora juga memiliki sedikit darah Medan makanya logatnya agak kasar.
"Ya kan gue harus kerja, kalau gak kerja mau makan apa gue? Batu? Gak mungkin kan, nanti gue malah jadi orang terkuat di dunia," ujar Mentari.
Sementara temannya hanya memutar bola mata mendengar ucapan Mentari yang tidak masuk akal, "kalau lo makan batu bukan jadi manusia kuat bego, jadi mayat lo," ujar teman Mentari yang lain, Hana Anindira. Cewek bermulut pedas namun penyayang.
"Nah itu tau, emang lo pada mau gue jadi mayat? Sayang kalau gue mati, jodoh gue nanti sendirian," ujar Mentari.
"Gaya ngomong jodoh kayak udah pernah pacaran aja, boro-boro pacaran pdktan sama cowok aja gak pernah," ujar Aqila. Aqila Adina, cewek bobrok dan polos nyerempet bego.
"Emang lo pernah? Bocil kayak lo gak tau apa-apa," ujar Arabella. Arabella
Cahyani, satu spesies dengan Aqila."Ngapain pada ribut heh, itu semua orang mandang kita. Udah kayak orang rebutan sembako aja lo pada," ujar Thalita Azkia, cewek bar bar diantara mereka.
"Halah munafik lo, biasanya suka kalau dipandang kayak gitu," ujar Hana.
"Lo kalau ngomong lembut dikit napa, sekali ngomong nusuk ke jantung anjir," ujar Aqila.
"Lah itu emang keahlian gue kali, udah turun temurun dari nenek moyang gue," ujar Hana.
"Turun temurun congor lo, nenek moyang jaman dulu pada kalem tuh gak ada yang kayak lo," ujar Mentari.
"Tau apa lo soal jaman dulu," ujar Hana.
"Tau banyak lah," ujar Mentari dengan bangga.
Memang Mentari merupakan siswi cerdas di SMA Angkasa, sering kali mengikuti lomba-lomba dan sering mendapatkan juara.
"Sombong lo monyet," ujar Aqila.
"Apa lo bocil," sahut Mentari sambil melotot kan matanya.
Sementara Aqila hanya bergumam tak jelas, karena merasa kesal dengan temannya yang satu ini yang suka memanggilnya bocil.
"Gue lanjut kerja dulu," ujar Mentari.
Dan teman-temannya mengangguk, dan Mentari pergi melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
"Si Mentari giliran di luar sekolah cakep, eh pas di sekolah cupu. Emang geser otaknya," ujar Hana.
"Hooh bener anjir, aku aja greget kadang. Di sekolah aja alim, giliran di luar gue-lo lancar," ujar Elora.
"Teman siapa sih dia, heran deh," ujar Aqila.
Semua yang ada di meja itu menatap Aqila dengan datar, Aqila bingung. Salahnya di mana?
"Kenapa kalian natap gue kayak gitu?" tanya Aqila.
"Itu teman kita goblok, jangan bego disini deh Aqila. Gemes aku jadi pengen cekik leher jau terus buang kau ke sungai," ujar Elora.
Sementara Aqila hanya menyengir bodoh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
***
Hari pun sudah gelap, sekarang Mentari sedang bersiap-siap untuk pulang ke kost miliknya yang tidak jauh dari Cafe tempat dia bekerja.
"Mentari, pulang sama siapa?" tanya seorang gadis yang lebih tua dari Mentari.
"Tari pulang sendiri kak, kenapa kak?" ujar Mentari menjawab pertanyaan Mei.
Ya orang itu adalah Mei, teman kerja Mentari sekaligus tetangga kost Mentari.
"Pulang bareng aja yuk, kan tetanggaan," ujar Mei.
"Yaudah kak, ayo pulang," ujar Mentari.
Akhirnya mereka berdua berpamitan pada rekan kerja yang lain dan pulang ke kost mereka menggunakan sepeda motor milik Mei.
Usia Mei dan Mentari tidak beda jauh, hanya beda 3 tahun saja.
Saat ini mereka berdua berada di atas motor, Mei memang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang karena cuaca malam ini sangat dingin.
"Ri, kamu udah makan?" tanya Mei.
"Belum sih kak, memangnya kenapa kak?" tanya Mentari.
"Mampir makan dulu yuk, biar gak usah masak lagi," ujar Mei.
"Boleh aja kak," ujar Mentari.
Akhirnya mereka berdua mampir ke warung sederhana untuk makan disana. Mereka berdua turun dari motor, dan ternyata disana sangatlah ramai dengan pengunjung. Lebih tepatnya para cowok-cowok, sepertinya mereka adalah anak geng.
"Eh kak, warung penuh banget. Mana semuanya cowok lagi, mending kita pulang aja deh," ujar Mentari dengan takut.
"Gak usah Ri, nanggung kalau pulang lagi. Lagian mereka gak bakal ganggu kita kalau kita gak ganggu mereka, udah tenang aja. Di sana juga ada yang cewek kok," ujar Mei.
Dengan pasrah dia mengangguk saja dan mengikuti Mei untuk makan disana.
***
Mentari makan dengan sangat lahapnya, membuat Mei yang melihat itu tertawa kecil.
"Kamu lapar banget ya Ri, sampai makannya lahap banget," ujar Mei.
Mentari menoleh kearah Mei dan mengangguk kecil, "ya gimana kak, habisnya aku lupa makan siang soalnya buru-buru banget takut telat," ujar Mentari.
"Ya kamu sih, siapa suruh jadi nerd di sekolah kan ribet ganti baju. Mending tampil biasa aja Ri, kamunya nyaman terus gak bakal lupa makan siang juga," ujar Mei.
"Enak sih jadi nerd kak, Mentari menikmati suasana baru," ujar Mentari.
"Iya suasana barunya itu dibully mulu, dipandang rendah, dihina terus. Emangnya kamu gak cape apa Ri digituin mulu," ujar Mei.
"Gak kak, nanti juga kalau bosan aku berubah kok. Rubah penampilan aja," ujar Mentari.
Dan mereka pun melanjutkan makan mereka, dengan sesekali seseorang memperhatikan Mentari dengan intens.
Mentari juga menyadari itu, namun dia mencoba untuk acuh saja. Terserah orang itu mau melihat dia atau tidak, toh itu mata dia bukan matanya.
***
"Makasih ya kak udah anterin Mentari," ujar Mentari saat tiba di kost miliknya.
"Yaelah kayak sama siapa aja lo, santai aja kali," ujar Mei.
Mei pun masuk ke dalam kost miliknya begitu juga dengan Mentari.
Mentari langsung merebahkan tubuhnya ke kasur karena dia sudah sangat lelah hari ini, beraktivitas seharian tanpa istirahat.
"Cape juga yaampun, mana besok harus sekolah lagi. Ya gpp lah dikit lagi lulus, semangat Mentari," ujar Mentari.
Mentari pun bangkit dari acara rebahan, menuju ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan berganti pakaian.
Setelah itu dia kembali merebahkan tubuhnya ke kasur dan masuk ke alam mimpinya, mungkin karena terlalu kelelahan Mentari langsung saja tidur untuk melepas penat seharian bekerja hari ini tanpa kenal lelah.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACA
Teen FictionALFAREZI by ferayarayaya [ Teenfiction-Humor-Romance] Hai pembaca baru, selamat datang di cerita ini. Saya harap kalian bisa menikmati dan menyukai cerita ini, squelnya bisa dibaca terpisah ya bestie🧡 Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak da...