Enjoy this story
Pagi pun tiba, namun keempat manusia itu sama sekali belum membuka mata mereka.
Mereka terlihat sangat nyenyak, tidak seperti biasanya. Sampai satu orang dari mereka membuka mata karena merasa pegal ditangannya, orang itu adalah Mentari.
Mentari membuka matanya secara perlahan sambil menyesuaikan cahaya yang masuk dari jendela kamar.
Dia menoleh ke samping kiri dan kanannya, melihat ketiga Abangnya yang masih tertidur lelap. Wajah mereka terlihat sangat menggemaskan sampai membuat Mentari menahan diri untuk tidak mencubit ketiga orang itu.
"Kalem Mentari kalem, tahan diri untuk tidak mencubit mereka. Nanti kalau bangun terus nangis kan ribet," batin Mentari.
Mentari mencoba melepas pelukan mereka yang erat itu dengan sudah payah, setelah beberapa menit mencoba akhirnya berhasil. Mentari langsung bernapas lega karena berhasil keluar dari kurungan ini tanpa membangunkan mereka bertiga.
Mentari perlahan-lahan bangkit dan turun dari tempat tidur dengan begitu berhati-hati agar tidak mengusik ketiganya.
Dia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka terlebih dahulu agar saat turun dia tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja terkena badai topan.
***
Mentari berjalan menuruni tangga menuju ke dapur untuk membuat sarapan pagi bagi keluarganya.
"Selamat pagi Bi," sapa Mentari.
"Pagi Non," balas Maid itu.
Maid yang tau maksud kedatangan Mentari tidak bertanya lagi, dia langsung membantu Mentari untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk sarapan pagi.
Mentari dengan gesit memasak menu makanan yang terbilang enak, iyalah enak kan Mentari yang masak.
Mentari masak tanpa mengetahui ada seseorang yang berjalan kearahnya dengan perlahan, sampai didekat Mentari orang itu langsung saja memeluk Mentari.
Mentari yang dipeluk tersentak kaget, untuk gak mukul.
Mentari hanya diam tanpa marah ataupun berkata, dia tetap melanjutkan kegiatan masak yang sempat tertunda sedikit akibat orang rusuh di belakangnya.
"Selamat pagi cinta," sapa Farez.
Ya, siapa lagi yang suka ngerusuh kalau bukan Farez.
"Selamat pagi sayang," balas Mentari.
"Biasanya cewek kalau digituin malu, kok lo gak malu sih," ujar Farez.
"Beda versi," balas Mentari.
Farez hanya mengangguk pelan saja dan melanjutkan kegiatannya yaitu mendusel di leher Mentari.
***
Setelah selesai masak, Mentari langsung pergi membangunkan ketiga saudaranya yang masih terlelap di kamar Mentari.
Sedangkan Farez duduk di meja makan dengan wajah cemberutnya karena merasa tersingkirkan karena keberadaan ketiga cogan itu.
Alta dan Arka juga sudah ada di meja makan, kebetulan hari ini adalah hari libur makanya mereka semua ada.
Alta juga memperhatikan anaknya sejak tadi dan tersenyum kecut, selama ini dia tidak pernah melihat kelakuan anaknya pada hari ini pada hari-hari sebelumnya saat ibunya tiada dan saat belum ada Mentari kecuali saat kecil.
Ada perasaan bersalah dan menyesal karena pernah mengabaikan keberadaan anaknya itu hingga membuat hubungan antaranya dan anaknya renggang, tetapi dua juga bersyukur karena Tuhan menghadirkan Mentari yang membuat sifat Farez kembali ceria seperti dulu saat mendiang ibunya masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACA
Teen FictionALFAREZI by ferayarayaya [ Teenfiction-Humor-Romance] Hai pembaca baru, selamat datang di cerita ini. Saya harap kalian bisa menikmati dan menyukai cerita ini, squelnya bisa dibaca terpisah ya bestie🧡 Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak da...