•36• CIEEEEEE

5K 468 5
                                    

Enjoy this story

Pagi pun tiba, seperti biasa penghuni rumah akan heboh dengan kegiatan mereka masing-masing.

Bersiap-siap, sarapan lalu pamit pergi ke sekolah.

Tidak ada lagi drama pagi bersama ibu tiri dan saudara tiri, hanya ada tawa bahagia saat pagi hari bersama keluarga tercinta. Namun, berbeda dengan Mentari yang hanya tersenyum tipis saja. Mereka semua menyadari hal itu, tapi mereka tak mau bertanya lebih jauh karena takut membuat putri kecil mereka tambah sedih.

Alta menyimpan dendam dalam hatinya untuk teman bodohnya itu, teman munafiknya dari masa kecil sampai tua saat ini.

Jangan kira dia tidak tau semuanya, dia tau bahkan lebih tau. Sejak awal dia memang tidak suka kehadiran Bara saat mengaku bahwa Mentari adalah anaknya, tapi demi putrinya itu dia bersikap biasa saja.

Bahkan dia sudah menyusun rencananya dengan sangat rapi, dia juga tidak akan membiarkan Mentari kembali pada mereka sampai kapanpun. Mentari hanya anaknya saja, tidak ada orang tua lain yang akan menjadi orang tua bagi putri kecilnya.

"Tunggu saja kau bajingan, aku akan memberimu pelajaran yang lebih sulit dari matematika dan pastinya kau akan sedih lebih sedih dari orang yang tidak lulus sekolah." Begitu batin Alta.

Alta adalah sosok yang sadis jika menyangkut orang tersayangnya, dia tidak akan diam saja apalagi ini menyangkut putri kecilnya.

Enak saja manusia itu membuat anaknya sedih, dia sudah bertanya pada Farez apa saja yang terjadi dan juga ada beberapa bodyguard yang selalu memantau keadaan anak-anaknya.

Bukankah seru jika dia membuat Bara dan Syifa menyesal bahkan menangis karena perbuatan mereka sendiri dan datang kepada anaknya untuk memohon maaf.

Membuat mereka menderita dan sedih karena perbuatan mereka terhadap anaknya adalah suatu hal yang sangat menyenangkan bagi Alta, membuat mereka memohon-mohon dengan tangisan buaya mereka.

Jahat? Tentu saja, dia akan berubah jahat jika ada yang berani membuat anak-anaknya bersedih dan terancam.

***

Farez dan Mentari sudah sampai disekolah, banyak pasang mata yang melihat mereka dan ada juga yang heran mengapa mereka terlihat berbeda hari ini.

Tidak ada aksi kocak diantara keduanya, tidak ada tawa menggelar, tidak ada saling cibir. Mereka berbeda, Mentari hanya tersenyum tipis lebih tepatnya senyum paksa, sementara Farez hanya diam saja.

Farez langsung menggandeng tangan Mentari lembut, Mentari sempat memandang Farez dan ingin melepaskan tautan tangan mereka namun Farez malah makin mempererat genggaman tangannya pada tangan Mentari.

"Gak usah dilepas," ujar Farez.

Mentari diam saja tanpa ingin berniat memberontak.

Banyak cewek yang melotot melihat itu, bahkan ada yang sampai ngiler.

Demi apa seorang Farez bisa romantis sama cewek? Dulu aja dideketin dikit langsung marah-marah, dipukul, lah ini digandeng cuy. Begitulah pikir mereka semua, semuanya tanpa terkecuali teman-teman Farez dan Mentari.

***

"Itu curut dua tumben akur gitu," celetuk Langit.

"Jadian kali mereka," balas Hana.

"Masa sih? Kerjaan mereka aj tiap hari berantem," ujar Farel.

"Eh tapi kok muka Mentari kayak yang sedih gitu ya," ujar Ara.

"Iya bener, biasanya kan dia bar-bar. Kok hari ini kayak lemes gitu," ujar Thalita.

"Mungkin Farez gandeng tangan dia biar gak jatuh kali," ujar Aland mencoba positif.

ALFAREZI [COMPLETED]/TERBIT DI APK KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang