Kantin semakin ramai, bukan lagi karena ingin membeli makanan ataupun minuman, melainkan ingin melihat Kegaduhan yang terjadi.
"Lo regan?" tanya Lanara yang masih bingung. Regan tersenyum tipis.
"Kenapa, takut lo?" tanya anak buah Regan yang pernah ia pukuli, ia terkekeh .
"Gue? Gak tuh," jawab Lanara yakin sembari menatap Regan yang juga menatapnya dengan senyuman yang masih sama.
Bel masuk telah berbunyi, mengharuskan mereka semua kembali ke kelas masing-masing. Termasuk Lanara dan kawan-kawan yang mulai beranjak, dan mengabaikan Regan yang masih berdiri di tempatnya. Dan memperhatikan mereka hingga mereka benar-benar pergi. Sedangkan anak buahnya, hanya bisa berdiam diri menunggu intruksi dari Regan.
"Bubar," perintahnya kemudian berlalu pergi, membuat anak buahnya bingung dan saling lihat satu sama lain.
Disusulnya Lanara, mencoba kembali menghampiri gadis itu. Namun belum juga sampai datang Zeylan yang menghalaginya.
Regan mengintip ke belakang Zeylan. Lanara sudah berjalan jauh, ia tersenyum.
"Mau main?" tanyanya dan bukannya menolak zeylan malah tersenyum.
Mereka di atap sekarang, hanya mereka berdua. Dan pukulan demi pukulan terus dilayangkan antara keduanya. Regan terjatuh, dan Zeylan menimpahinya juga menarik kerah baju lelaki itu.
"Harus berapa kali gue bilang, gue muak sama permainan lo," katanya kemudian melayangkan pukulan lagi di wajah Regan dengan ganas.
Regan segera melawan dan membalikkan keadaan. Itu terus terjadi, secara bergantian. Hingga keduanya terbaring dilantai dan memutuskan untuk mengakhirinya. Mereka menatap langit, yang saat itu sangat indah. Nafas mereka masih berpacu dan berusaha untuk di tenangkan kembali.
"Jangan deketin dia," kata Zeylan tiba-tiba, Regan terkekeh.
"Emang lo siapa? Lagian, Dia punya gue."
"Dia sakit," jawab Zeylan serius.
"Dan ngeliat cara lo meluk dia semalem, gue yakin lo tau itu kan." Regan malah terkekeh mendengarnya. Kemudiam membuang pandangannya ke langit.
"Intinya, jauhin dia, karena gue yakin lo juga tau, kalau lo cuma bisa bahayain dia," sambung Zeylan mengakhiri kemudian beranjak pergi meninggal Regan sendiri di sana. Regan tertawa merasa lucu dengan sesuatu yang baru saja ia dengar,
"Bangsat," makinya.
Kemudian datang Bagas, yang kaget mendapati Regan terbaring di lantai dengan wajah yang babak belur,
"Lo abis ngapain?" Regan menoleh ke sumber suara kemudian ia menyeringai membuat Bagas bergidik ngeri melihatnya.
Zeylan yang tiba di bawah, pergi ke toilet untuk merapikan seragamnya yang berantakan. Lanara yang saat itu baru saja keluar dari toilet, berpapasan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.