Setelah kondisi Lanara cukup stabil dan kian mulai membaik, ia diizinkan untuk pulang. Tapi tentunya harus tetap dalam pengawasan. Selain itu, untuk memantau perkembangannya Lanara, ia harus kembali seminggu sekali ke rumah sakit untuk kontrol.
Karena sudah terlalu lama izin, besok Lanara sudah kembali masuk sekolah. Dan sekarang ia sedang di kamarnya, membantu Sarah melipat pakaian dan menyusunnya kembali ke lemari.
"Regan anaknya baik ya kak," celetuk Sarah tiba-tiba.
"Ha ?"
Lanara sedikit kelabakan dengan serangan dadakan itu.
Sarah terkekeh merasa lucu. "Kok reaksi kayak gitu ?" godanya.
"Igh mama ... "
Clek
Zeylan tiba - tiba masuk. Langsung membuka pintu.
"Ma, dipanggil papa."
"Ouh, iya." Sarah meletakkan pakaian di tangannya ke kasur.
"Astaga, mama lupa. Kamu bisakan, bantu jagain Lanara dulu."
Zeylan mengangguk pelan.
"Oke." Sarahpun pergi.
—○●○—
Zeylan berjalan menuju kasur, kemudian duduk di tepinya. Menoleh, menatap Lanara yang masih sibuk melipat pakaian di tangannya.
"Regan bilang kalian mau pergi main, bener ?"
Lanara menoleh, menatap Zeylan kemudian mengangguk pelan membenarkan.
"Kemana ?"
"Ngak tau."
"Siapa aja ?"
"Gue, Regan sama Gemya."
"Ralat, lo, Regan, Gemya sama gue," kata Zeylan tiba - tiba.
"Hah, sejak kapan."
"Pokoknya kalau gue ngak ikut, lo ngak boleh pergi," putus Zeylan seenaknya.
"Dih, kok lo yang ngatur."
Zeylan tak acuh, membuat Lanara jengkel.
"Zeylan, lo ih."
Dengan jengkel dilayangkannya pakaian yang sudah dilipatnya tadi ke arah Zeylan. Namun langsung ditepis oleh saudara tirinya itu, membuat Lanara semakin jengkel. Dan itu berhasil membuat Zeylan tersenyum senang.
"Lo pokoknya ngak usah ikut."
"Gue mau ikut."
"Lo— ah terserah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.