#50

1.3K 117 23
                                    

Lagi-lagi semesta menguji Lanara. Semuanya kian tampak sulit untuk dihadapi. Membuat gadis renta itu kembali ingin menyerah. Hatinya kini sudah tak lagi berbentuk, hampa, kosong, nyaris tidak ada.

Rasa kecewa yang teramat sangat menyakitkan, Lanara tuai dengan ingatan yang sudah benar-benar utuh. Membuat kejadian itu benar-benar jelas tergambarkan olehnya.

Ditambah fakta, bahwa Sarah ada hubungannya dengan trauma yang selama ini menyiksanya, membuat Lanara kian  merasa menyedihkan. Ia merasa putus asa, kecewa, marah dan sedih secara bersamaan.

Dokter Veni berjalan ke arah Lanara, mengecek pupil mata gadis itu.

"Sekarang, Lanara akan kita pindahkan terlebih dahulu ke ruang rawat, tapi saya mohon kepada pihak keluarga untuk tetap mengawasi Lanara dengan pengawasan penuh."

Zuan mengangguk paham.

—○●○—

Perlahan awan hitam mulai menurunkan hujan, memberikan hawa dingin yang langsung menyelimuti kulit. Suara decit roda brankar yang di dorong, mengarah pada sebuah ruangan di lantai 1. Ruangan yang akan menjadi ruang rawat bagi Lanara.

Mengingat kejadian sebelumnya saat Lanara nyaris lompat dari jendela, membuat Zuan dak dokter Veni sepakat untuk menempatkan ruangan Lanara di lantai 1 saja. Ditambah lagi kondisi Lanara yang sudah kian memburuk, membuat mereka tak ingin mengambil resiko.

Zuan menghadap Zeylan.

"Zeylan, mending kalian kembali ke sekolah," ujar Zuan yang dimaksudkan untuk Zeylan dan Rasca.

"Biar papa sama mama yang jaga di sini," lanjutnya.

Zeylan tak langsung mengiyakan, ia melirik sejenak ke arah Sarah yang sedang duduk di samping Lanara sembari membelai lembut rambut gadis itu. Wajahnya sembab, air matanya tak kunjung berhenti untuk jatuh.

Zuan yang peka, langsung mencoba meyakinkan putranya itu.

"Percaya sama papa," ucap Zuan menenangkan.

Membuat Zeylan mengalah, lelaki itu mengangguk. Perlahan melangkah pergi, dan diikuti Rasca dari belakang.

Keduanya hanya diam, masih kalut dengan perasaan masing-masing.

Melewati lorong yang begitu terasa sepi dan dingin.

"Rasca ?" panggil Dyon yang sudah tiba di rumah sakit.

Rasca menoleh.

"Dyon."

Zeylan ikut menoleh, menatap datar ke arah lelaki itu.

"Lanara gimana ?" tanya Dyon khawatir.

Namun Zeylan yang mendengar itu, menaikkan sebelah alisnya. Melihat bagaimana Dyon hampir basah kuyup hanya untuk menanyakan hal itu, membuat Zeylan merasa hal itu tidak cukup wajar untuk dilakukan oleh seorang teman sekelas yang bahkan belum genap sebulan.

"Lo suka sama Lanara," tuduh Zeylan dengan sinis.

"Ha?" Dyon sedikit kaget mendengarnya. Namun kemudian ia menggeleng menidakkan.

"Gue cuma khawatir aja," ucapnya dengan sedikit canggung.

"Oh," balas Zeylan dengan dingin, kemudian langsung pergi memisahkan diri. Rasca mengikutinya.

"Lho, Ras mau kemana ?" tanya Dyon yang bingung.

"Balik ke sekolah, yuk." Rasca memarik tangan Dyon agar ikut bersamanya.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang