#42

1.5K 114 3
                                    

Regan segera mengakhiri panggilannya, kemudian melirik ke arah Zeylan. Ia merasa aneh dengan tatapan Zeylan yang ia tujukan pada Lanara. Walau seperti biasa, Lanara hanya membalas dengan tatapan datarnya.

"Lan ?" panggil Regan yang langsung mengalihkan pandangan Lanara. Tak terkecuali Zeylan yang ikut menoleh.

"Lo cobain deh nasinya, enak banget." Regan mengacungkan jempolnya.

Lanara menautkan alisnya merasa heran, memangnya nasi bisa seenak apa. Begitu juga dengan Zeylan yang benar-benar memberikan tatapan sinisnya. Dalam pikirannya terlintas tentang apa yang Regan harapkan dengan melakukan itu.

Gemya yang sedari tadi hanya diam, kini mulai mengeluarkan suara. Dari wajahnya terlihat bahwa sedang terjadi sesuatu.

"Lan ?" panggil Gemya ragu-ragu.

"Lo tau nggak, siapa yang neror lo selama ini ?" tanya Gemya terus terang.

Yang sontak membuat Zeylan dan Regan yang mendengarnya langsung melihat ke arah Gemya. Sedangkan Lanara yang diberi pertanyaan tampak biasa saja, bahkan dari sudut bibirnya terbentuk senyuman tipis di sana.

"Kenapa ?" tanya Lanara tanpa menjawab pertanyaan Gemya.

Gemya menggeleng merasa bingung dengan panggilan yang baru saja ia terima, "Barusan ada nomor yang nggak dikenal nelpon gue, dan dia bilang ... gue harus jauhin lo."

Lanara membenarkan posisi duduknya. Kemudian menatap Gemya lekat-lekat.

"Terus ?"

Gemya mulai melanjutkannya lagi "Gue ... gue tanya dia siapa?" Gemya menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. "Tapi, dia nggak jawab. Malah ketawa-ketawa nggak jelas. Jadi gue matiin telponnya."

Lanara tersenyum lucu seolah Gemya baru saja mengatakan lelucon padanya, sehingga Zeylan dan Gemya yang melihatnya merasa bingung. Namun tidak dengan Regan yang menyadari jika tangan gadis itu gemetar, menandakan bahwa ia tidak baik-baik saja.

"Coba siniin handphone lo Gem," ucap Regan dan Gemya segera memberikan handphoneya itu.

"Ini nomornya kan ?" tanya Regan untuk memastikan.

Lanara yang melihat itu, langsung tau apa yang ingin Regan lakukan. Ya, Regan mencoba menghubungi kembali nomor tersebut.

"Percuma, nomornya sekarang udah nggak aktif," celetuk Lanara dan benar saja, setelahnya langsung terdengar suara operator yang mengatakan nomor yang mereka tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Kini pandangan mereka tertuju pada Lanara, mereka merasa bingung sekaligus heran. Mereka pikir Lanara tidak tau perihal orang yang menerornya selama ini.

Lanara kembali tersenyum, kemudian memandang ketiga orang yang sedang menatap dan menunggu penjelasan darinya itu.

"Nggak usah natap gue kayak gitu, gue juga nggak tau dia siapa," ujar Lanara mencoba meluruskan pikiran mereka.

"Tapi lo pernah nerima telponnya kan?" tanya Regan dan Lanara mengangguk membenarkan.

"Kapan?" tanya Regan lagi karena seperti yang Lanara katakan sebelumnya, gadis itu dulu tidak mempunyai handphone. Itu artinya, kejadian itu belum lama terjadi.

"Lan ?" Lanara masih tetap diam seolah bibirnya tekunci rapat. Matanya menatap jenuh Regan, dan entah bagaimana Regan dapat memahaminya begitu saja.

"Di rumah sakit ?" tebak Regan yang sekilas menimbulkan reaksi semu dari wajah Lanara. Zeylan yang perlahan mulai paham siatuasinya ikut merasakan ketegangan itu.

"Lan, it's okey. Inget, kita bakal sembuhin ini sama-sama." Zeylan meraih tangan Lanara, menggenggamnya erat. Dan ia dapat merasakan suhu dingin dari tangan gadis itu.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang