Langit perlahan mulai cerah, awan-awan hitam perlahan menghilang menampakkan hamparan langit biru. Namun di bawahnya, bekas hujan masih tampak terlihat. Ada genangan air di tengah taman, serta tumbuhan yang masih berselimutkan sisa air hujan.
Di taman rumah sakit itu, bau tanah basah begitu terasa, hawanya begitu lembab. Gemya membawa Ryn ke sana. Dimana itu memanglah tujuan awal mereka.
Namun, meski sudah tiba di taman, Ryn terus saja berusaha melepaskan genggaman Gemya. Karena ingin kembali bersama kakaknya. Tapi sayangnya tenaganya kalah kuat.
"Lepasin, aku mau sama kak Zeylan." Ryn memberontak.
"Tunggu di sini aja. Nanti mereka juga nyusul kemari."
"Nggak mau! aku mau sama kak Zeylan sekarang."
Gemya tak menggubris ocehan Ryn, dan segera membawanya ke salah satu kursi di taman.
"Lepasin." Ryn masih memberontak.
Gemya tak peduli, ia hanya membersihkan air sisa-sisa hujan yang terperangkap di atas kursi. Kemudian duduk, menatap Ryn sabar.
"Sini, duduk."
"Nggak mau." tolak Ryn dengan wajah masamnya.
Gemya menghela nafas panjang.
"Duduk."
"Nggak."
"Duduk nggak." Gemya mulai memaksa. Namun Ryn yang begitu keras kepala, tetap setia dengan pendiriannya.
"NGGAAAK!!" tolak Ryn lagi yang pada akhirnya merampas kesabaran Gemya.
"Kamu tu ya, susah banget dibilangin." Gemya jengkel.
"Aku mau sama kak Zeylaaan!!"
"Ya tapi Zeylannya nggak mau ketemu sama kamu!" ungkap Gemya tanpa sadar sangking kesalnya pada bocah 7 tahun itu.
Deg!
Ryn terdiam, ekspresinya berubah. Yang seketika membuat Gemya tersadar, jika tak seharusnya ia mengatakan hal itu pada Ryn.
"Egh ... maaf, maksud kakak nggak gitu."
Namun Ryn sudah terlebih dulu memakan mentah-mentah ucapan Gemya, matanya mulai memerah, air matanya siap jatuh.
"Aaaghhh ... kak Zeylaaan," rengeknya, dengan air mata yang mulai tumpah. Ia kembali memberontak mencoba melepaskan diri.
Gemya bingung.
"Ryn tunggu, Ryn. Duh ... jangan nangis. Kakak tadi salah ngomong, kakak minta maaf. Kamu jangan nangis ya, Ryn. Ryn ..."
Namun perkataan Gemya tak merubah apapun.
"Kak Zeylaaaaaan," isak Ryn dengan begitu sedih. Gemya kian bingung.
"Duh ..."
"Ryn?" panggil Zeylan yang sudah menyusul.
Ryn segera berbalik, menoleh ke sumber suara. Yang seketika membuat tangisan Ryn semakin pecah. Sontak Gemya melepas genggamannya.
"Kakaaaak!"
Ryn berlari menuju Zeylan. Gemya tampak gugup.
"Kamu kenapa?" tanya Zeylan khawatir.
Ryn menunjuk ke arah Gemya. "Katanya kakak nggak mau ketemu sama akuuu," adu Ryn pada Zeylan. Membuat Gemya mendapat lirikan tajam dari Zeylan. Gadis itu tampak salah tingkah, takut.
Zeylan kembali beralih pada Ryn.
"Trus kamu percaya sama dia?" tanya Zeylan dengan lembut pada Ryn.
Ryn mengangguk dengan sesunggukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomantizmDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.