#16

3.3K 328 37
                                    

Masih di dalam ruang CCTV, Regan terus menatap Gemya yang tampak serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di dalam ruang CCTV, Regan terus menatap Gemya yang tampak serius. Ia yakin ada sesuatu yang lebih, antara Gemya dan Lanara. Dihentikannya tangan Gemya yang terus mengotak-ngatik keyboard di depannya.

"Lo tau sesuatukan," ujarnya penuh makna.

Gemya yang mendengar itu sedikit kaget dibuatnya. Namun dengan cepat ia berusaha bersikap biasa saja. Menepis tangan Regan kemudian melanjutkan pencariannya.

"Apaan sih lo."

Regan menaikkan sebelah alisnya, kemudian tersenyum sinis.

"Mau main ?" tanya Regan tiba-tiba. Membuat Gemya membatu seketika.

Ia terlalu fokus mencari Sarah, hingga lupa kalau sedang berhadapan dengan Regan. Ia menoleh perlahan, menatap Regan yang sudah menatapnya tajam.

"Atau mau cerita aja," pancingnya.

Gemya mengatur nafasnya. Dan Regan tetap setia dengan ekspresi datarnya.

"Oke .... Itu yang baru keluar dari tangga darurat nyokapnya Lanara ... atau lebih tepatnya, ibu angkatnya dia," ujarnya semakin pelan di akhir.

Regan menaikkan alisnya, meminta kelanjutan dari kebenaran yang lainnya. Seolah ia mengetahui jika Gemya tau lebih dari itu.

Gemya menarik nafasnya lagi. "Dulu Lanara murid pindahan di sekolah gue, dan gue ngak tau kalau dia ternyata ngidap PTSD. Sampai suatu hari tanpa sengaja gue buat dia kambuh dan hampir aja mati waktu itu." Gemya kembali sedih, rasa bersalahnya mencuat lagi. Dan Regan terus menatap ke arahnya dalam.

"Gue tau, walaupun gue ngak sengaja. Tetap ngak akan ngerubah fakta kalau gue hampir aja bunuh dia ... Gue nyesel ..." ia terhenti.

"Dan selalu berharap, ngak akan pernah ketemu lagi sama dia. Tapi sialnya, takdir malah pertemuin kita lagi. Dan lihat apa yang terjadi ... dia hampir aja mati lagi karena gue!" kesalnya pada diri sendiri.

Sedangkan Regan masih terlihat belum puas. Matanya terus menyorot Gemya, menuntut lebih dari gadis itu.

Gemya menggeleng, ia tak bisa melanjutkannya lagi. Pikirannya kembali teringat dengan yang dilakukan Keyri, setelah mengetahui kebenaran soal Lanara darinya.

Ia menarik nafas, kemudian mencoba pergi dari sana.

"Lo yakin jauhin dia cuma kerena rasa bersalah," pancing Regan. Yang seketika membuat langkah Gemya terhenti. Regan tersenyum puas, umpannya berhasil lagi.

"Terus tadi ngapain, segitunya buat nyari kemana nyokapnya Lanara pergi."

Gemya berbalik, ia tak bisa lari lagi. Regan telah mendesaknya ke jalan buntu, dan tak ada jalan lain selain cerita.

Disisi lain, Lanara perlahan bangun. Karena Sarah akan pergi cukup lama, pikirnya. Dilepasnya alat bantu pernafasan dari kepalanya, kemudian beranjak.

Kakinya turun, ia tertatih. Berjalan perlahan menuju jendela. Matanya menatap kosong ke sana, termenung cukup lama sampai setetes hujan terjun dari matanya.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang