Dia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara
Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku.
"See u ninja," pamitnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di bawah pohon, di jalan setapak di taman rumah sakit itu. Regan memeluk Lanara hangat. Mengusap lembut rambut Lanara, memyisirnya dengan jari jemari yang ia punya. Menempatkan Lanara pada posisi ternyaman, dan membiarkannya bertumpu di pundaknya.
Angin yang terus berhembus pelan, meneduhkan keduanya di bawah pohon yang cukup rindang. Dan saat itu, Lanara benar - benar merasa hangat.
Namun air mata Lanara terus saja jatuh, bahkan setelah Regan mengakhiri ucapannya. Dadanya masih sakit, ia benci dikasihani namun faktanya ia juga mengasihani dirinya sendiri.
Suara tangisan Lanara yang tertahan oleh tubuh Regan yang menutupinya. Membuat hanya Regan yang dapat mendengar betapa sakitnya isak tangis itu.
Regan hanya diam.
-○●○-
Lanara melepas pelukannya, matanya masih berkaca - kaca.
Ia menghindari tatapan Regan, canggung. "Kenapa lo baik sama gue ? Padahal lo tau, kalau gue udah mukulin anak buah lo."
Regan tersenyum tipis, kemudian menatap Lanara teduh.
"Karena lo milik gue, Lanara."
Tatapan mereka bertaut, menyatu di aliran yang sama. Saling memandang, dibatasi angin di antara keduanya.
"Sejak kapan ?"
Senyuman Regan berubah manis.
"Sejak lo mutusin buat masuk, waktu gue bukain gerbang." jawabnya penuh makna.
Lanara terdiam, mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Maksud lo, waktu kita pertama kali ketemu ?"
Regan mengangguk membenarkan.
"Waktu itu gue pikir lu semut itam, ternyata semut api- paginya gue tolong, pas pulangnya malah jadi jagoan."
"Apaansih, Lo ngepantun ?" tanya Lanara dengan tatapan anehnya.
"Lagian gue manusia kali, bukan hewan," jengkel Lanara.
Dan itu berhasil membuat Regan terkekeh melihat Lanara sekarang.
"Waw, Lanara mode savage udah mulai on nih," ujar Regan sedikit meledek. Alhasil membuatnya mendapat tatapan sinis dari Lanara. Namun itu malah membuatnya merasa puas, karena itu yang ia harapkan.
"Ck, udah ah. Gue mau balik."
Dan bukannya kembali membantu Lanara mendorong kursi rodannya, Regan malah beranjak mundur kemudian melambaikan tangan.
"Yaudah, hati - hati ya," ujarnya dengan nada yang sedikit menggoda. Membuat Lanara menatapnya takjup, tak percaya dengan perlakuan yang baru saja ia terima.