Dia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara
Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku.
"See u ninja," pamitnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lanara masih bersandar di bahu Zeylan, menempatkan dagunya dengan nyaman di sana. Matanya terpejam, dengan tangan yang masih meremas ujung baju yang Zeylan kenakan.
Zeylan hanya diam, membiarkan Lanara untuk tenang. Walau dalam kepalanya, pikirannya sedang berkecamuk, memikirkan siapa orang yang sudah mengirim kotak misterius itu. Dan kecurigaannya langsung tertuju pada orang yang meneror Sarah selama ini.
Namun ia juga tidak tau siapa yang meneror Sarah, bahkan saat di rumah sakitpun ia tak berhasil menemukan orangnya. Zeylan berpikir serius.
"Zeylan ?" Panggil Lanara pelan dengan suara serak. Melepaskan posisi nyamannya tadi dan kini menghadap Zeylan menatapnya lekat. Tangannya juga ikut melepas baju Zeylan dan kini mulai saling menggengam satu sama lain.
"Kenapa Lan ?" tanya Zeylan lembut saat merasa ada keraguan dari gadis di hadapannya itu.
Lanara menghela nafas sebentar, kemudian memantapkan diri.
"Dokter bilang, gue bisa sembuh kalau gue udah inget semua kejadiannya, jadi-bantu gue ya. Gue pengen sembuh."
Zeylan tak menjawab, ia hanya diam menatap Lanara teduh dengan senyuman tipis yang hampir tak terlihat.
"Ze?" panggilnya karena Zeylan hanya diam.
"Zeylan!"
Lanara memukul pelan paha lelaki itu karena merasa diabaikan. Namun Zeylan malah meringis kesakitan, membuat Lanara jengkel. Dan Zeylan malah terkekeh puas mendapati reaksi itu, setidaknya gadis dihadapannya kini sudah mulai membaik. Dan dengan gemas ia mengusap pucuk rambut Lanara lembut.
"Makanya kalau orang ngomong itu didengerin. Tadikan gue udah janji, bakal nyembuhin lo. Jadi tanpa lo mintapun, gue bakal tetep lakuin."
"Ya tadikan gue ngak dalam kondisi baik," jelas Lanara membela diri.
"Eh tapi, mama ngak usah tau ya," sambung Lanara.
"Kenapa ?"
"Ngak papa, cuma ngak mau dia khawatir aja."
"Oh, oke."
Zeylan beranjak, mengambil kotak misterius yang ia letakkan tadi.
"Kotaknya mau lo kemanain ?"
"Kenapa ? Lo mau baca ?"
Lanara tampak ragu, ia tak menjawab.
"Kalau ngak. Biar gue simpen di kamar gue, karena kalau di kamar lo. Mama terlalu bebas buat masuk," jelas Zeylan.
"Nanti kalau lo udah siap, dan mau baca. Tinggal bilang gue," lanjut Zeylan dan Lanara langsung mengangguk paham.
Zeylanpun pergi, masuk ke kamarnya. Menuju meja di samping ranjang untuk menyimpan kotak itu. Namun saat ia ingin memasukkannya, tangannya perlahan berhenti. Mendadak rasa penasarannya mencuat.