Malam yang penuh bintang, dan begitu indah ketika dipandang. Harus dinodai oleh perbuatan ibunya Lanara malam itu.
Tubuh Lanara gemetar, tangisannya tertahan. Ketakutannya terlalu utuh, hingga ia tak berani lagi untuk menangis. Matanya tertuju pada ibunya, yang kini berjalan ke arahnya.
"Ma-ma ... ?"
Dicengkram wanita itu pipi mungil Lanara, menyinggahkan rasa sakit yang teramat sangat di sana.
"Ngapain kamu di sini?" tanyanya dingin. Lanara yang terlalu takut, tak bisa menjawab.
"Jawab!" bentak wanita itu yang membuat Lanara tersentak. Air matanya jatuh tanpa ia sadari, dan itu berhasil membuat kegilaan wanita itu semakin menjadi.
"DASAR ANAK SIALAN!!" makinya pada anak sendiri. Menghempaskan tubuh mungil itu ke lantai. Menendangnya dua kali, lalu menjambak rambutnya agar tubuh itu berdiri lagi.
"Ampun ma," pinta gadis kecil itu tanpa sadar.
"Apa? Apa kamu bilang?" Wanita itu kembali mencengkram pipi mungil Lanara. Membuat air matanya terus saja jatuh tanpa bisa ia tahan.
"Jawab!"
"JAWAB SIALAN!!" kesalnya dan dengan tiba-tiba menampar Lanara hingga jatuh tersungkur ke Lantai. Membuat tangisannya tak bisa lagi tertahan, pecah sudah.
"Maaf maaaa ... ampun ..."
.
.
."Ampun ma ... " lirih Lanara masih dengan suara yang tak jelas. Namun kali ini, bukan hanya Ryn, Zeylan juga mendengarnya.
Mereka segera beranjak, mendekati Lanara yang masih terpejam.
"Lan?" panggilnya khawatir.
"Lanara?"
"Kak ?"
Setetes air mata terlepas dari sudut matanya. Mata itu terbuka perlahan. Tampak meyedihkan.
"Lan?" panggil Zeylan lembut. Sambil mengenggam tangan Lanara erat.
Gadis itu menoleh ke arah mereka, tatapannya sendu.
"Gak papa," ujar Zeylan tanpa suara. Dengan senyuman hangat dan genggaman yang kian mengerat. Membuat pertahanan gadis itu seketika roboh. Ia mulai terisak, tangisannya pecah.
"Gak papa, semua bakal baik-baik aja," ujar Zeylan lagi yang membuat tangisan Lanara semakin deras, bahkan Ryn juga ikut menangis di sebelahnya.
"Eeegggghhh ... Kakaaak, hiks ... huaaaa ..." isak Ryn.
Seisi ruangan dibuat penuh dengan suara isak tangis mereka.
Semua kembali tenang, perlahan tapi pasti. Zeylan masih menggenggam tangan Lanara, yang kini sudah tertidur. Begitu juga Ryn yang sudah tertidur di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.