Jalanan masih basah, bau hujan semerbak memenuhi kota. Sisa hujan menetes dari dedaunan di pohon.
Regan memacu mobilnya, segera kembali ke Rumah sakit. Dan Sesampainya di sana, ia dengan cepat berjalan menuju ruang tunggu di depan UGD. Namun saat sudah sampai, ia tidak menemukan siapapun di sana, tidak ada Zeylan ataupun Rasca.
Ia melihat ke sekelilingnya binggung.
Dalam benaknya, terpikir kemungkinan jika Lanara sudah di pindahkan ke ruang rawat. Karena tidak mungkin jika Zeylan meninggalkan Lanara sendirian begitu saja.
Tapi untuk sekedar memastikan, Regan memutuskan untuk mengecek langsung ke dalam ruang UGD. Dengan santai, ia menerobos masuk ke dalam ruangan darurat itu. Membuat para perawat yang ada di dalamnya sedikit kaget.
"Regan? Kamu ngapain?" tanya salah satu perawat itu sembari menghampirinya.
Regan tampak kikuk.
"Ah, itu. Lanara, kok dia nggak di sini?" tanyanya sembari melihat ke arah sekitar, mencari gadis yang ia maksud.
Perawat itu tampak paham.
"Aaa, Lanara. Dia udah dipindahin ke ruang rawat."
Regan menaikkan sebelah alisnya, dugaannya benar.
"Di ruangan melati nomor 3.2," lanjut perawat itu. Regan mengangguk, senyumannya sekilas terkembang. Kemudian langsung pergi begitu saja dengan terburu-buru, bahkan sampai lupa untuk mengucapkan terimakasih pada perawat yang membantunya.
Namun bukannya kesal, perawat itu malah menghela nafas dengan senyuman tipisnya, seolah sudah terbiasa dengan itu.
"Sama-sama," gumamnya. Kemudian kembali ingin melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti.
Namun belum sempat ia pergi dari tempatnya, tiba-tiba saja pintu UGD itu terbuka lagi. Yang sekali lagi mengagetkan para perawat yang ada di dalamnya.
Dan ternyata itu adalah Regan, lelaki itu kembali lagi. Namun ia hanya menampakkan bagian kepalanya saja.
"Terimakasih," ucapnya lalu kembali pergi.
Yang membuat para perawat di sana hanya bisa terkekeh kecil merasa lucu, terkhususnya perawat yang membantunya tadi. Perawat itu menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan tingkah Regan.
Sedangkan Regan segara menuju ruangan yang tadi disebutkan. Langkahnya terhenti, tepat di depan pintu ruangan Lanara. Ia mematung sejenak, tak langsung masuk dan hanya menatap dalam ke arah pintu itu.
Sampai akhirnya ia dengan yakin meraih gagang pintu itu, dan akan segera masuk. Namun tiba-tiba saja pintu itu sudah lebih dulu di buka dari dalam dan menampakkan Sarah di baliknya.
'Sarah'
Tatapan Regan seketika berubah, sorot matanya menjadi lebih tajam. Dan entah kenapa, kekesalannya menjadi. Dikepalnya tangannya erat-erat menahan amarah.
Mengingat bagaimana hidup Lanara bisa sehancur ini.
"Apa kabar ... tante?" sapa Regan dengan enggan.
Sarah yang peka, seketika paham. Jika Regan tidak benar-benar menanyakan kabarnya, dan ia juga dapat merasakan amarah Regan dari sorot matanya.
Sarah kembali menangguhkan diri, mengabaikan Regan dan mulai membuka langkahnya pergi. Namun seketika langsung dihadang oleh Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
عاطفيةDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.